3 Alasan Mengapa Anda Perlu Waspada terhadap Sanjungan

Saat orang lain memuji dan menyanjung Anda, bagaimana perasaan Anda? Senang, bukan? Sebaliknya, bagaimana perasaan Anda manakala orang lain mengritik dan mengkomplain Anda? Anda sedih? Kecewa? Marah?

Adalah wajar apabila kita bahagia lantaran mendapatkan sanjungan dari orang lain. Demikian sebaliknya, wajar pula apabila kita sedih dan kecewa manakala orang lain mengritik dan mengomplain kita.

Mengapa demikian? Karena, sanjungan seseorang terhadap kita merupakan pertanda positif bagi kita. Sanjungan seseorang terhadap kita mengindikasikan kita memiliki kualitas-kualitas yang positif seperti kita melakukan kerja dengan baik, sempurna, kita hebat, kita memiliki sifat yang terpuji, bertindak benar, dan sebagainya. Sebaliknya, komplain dan kritik menunjukkan bahwa kita memiliki kualitas-kualitas yang negatif seperti kinerja yang buruk, perilaku yang negatif, sifat yang buruk, dan sebagainya.

Lebih dari itu, sanjungan menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan (orang yang menyanjung kita) menyukai kualitas kita, entah itu menyukai hasil kerja kita, menyukai sikap dan perilaku kita, atau pun menyukai kecerdasan kita. Sebaliknya, komplain dan kritik menujukkan bahwa orang yang bersangkutan tidak menyukai kualitas kita, entah itu tidak menyukai hasil kerja kita, sikap dan perilaku kita, atau pun tidak menyukai jalan pikiran kita.

Itulah mengapa wajar kiranya jika kita senang saat orang lain menyanjung kita dan sedih ketika orang lain mengritik kita.

Judgement sebagai Monitor

Penilaian/judgement, termasuk sanjungan dan kritik, pada satu sisi, memang merupakan faktor yang penting dalam kehidupan kita. Penilaian/judgement, baik yang berupa sanjungan maupun yang berupa kritik berperan dalam memonitor capaian/progress kita.

Judgement/penilaian seperti sanjungan dan kritik memonitor sejauh mana kita mencapai tujuan kita. Dengan sanjungan, kita terbantu dalam meninjau progres/kemajuan yang kita capai. Dengan sanjungan, kita tahu bahwa kita telah mencapai kemajuan dari titik awal kita beranjak. Dengan begitu, kita pun tahu bahwa sekarang waktunya untuk beranjak dari titik terakhir kita dan memulai kembali perjalanan, ke depan.

Demikian sebaliknya, dengan kritik, kita terbantu dalam meninjau kemajuan/progres kita. Dengan kritik, kita tahu bahwa kita belum mencapai kemajuan dari titik awal kita beranjak. Dengan demikian, kita pun tahu bahwa kita masih perlu memperbaiki diri atau mencoba strategi lain untuk mencapai progres.

Sampai di sini, kita dapat menyimpulkan bahwa penilaian/judgement yang mencakup sanjungan dan kritik merupakan hal yang positif.

Oleh karena itu, kita perlu mengapresiasi orang yang menyanjung atau mengritik kita. Dengan sanjungan dan kritik itu, kita terbantu untuk membangun dan mengembangkan diri kita.

Judgement sebagai Kontrol

Namun demikian, di balik sisi positif penilaian/judgement (sanjungan dan kritik), penilaian juga memiliki sisi negatif. Apa sisi negatif dari penilaian/judgement? Penilaian/judgement dapat menjadi sarana untuk mengontrol kita.

Sekarang, apa saja bentuk kontrol itu? Yuk, langsung saja kita simak uraian berikut ini.

1. Sanjungan dan Otoritas

Bentuk kontrol ini bisa sangat halus sedemikian sehingga kita tidak sadar telah dikontrol oleh orang lain melalui judgement. Nah, kontrol yang halus ini terutama sekali muncul dari sanjungan. Saat Anda disanjung, maka otomatis Anda senang, bukan? Nah, rasa senang ini dapat menutupi kontrol yang dilakukan oleh orang yang menyanjung Anda.

Sebagai contoh, Anda adalah seorang fotografer otodidak. Anda mampu menghasilkan foto yang bagus dan artistik tanpa belajar dari sekolah atau kursus.

Sejak dulu, potret-memotret memang merupakan salah satu bakat Anda. Hanya dengan berbekal latihan sendiri, Anda mampu menjadi fotografer handal.

Nah, suatu hari, seorang fotografer yang merupakan lulusan sekolah(berijazah) di bidang tersebut datang kepada Anda. Tujuan kunjungannya yakni untuk menyampaikan pujian dan sanjungannya kepada Anda. Menurutnya, Anda merupakan seorang fotografer yang hebat.

Sesampai di rumah Anda, sanjungan itu ia perlihatkan dengan menilai/menyanjung karya-karya fotografi Anda.

Kira-kira, bagaimana reaksi Anda terhadap sanjungan fotografer berijazah tersebut? Anda senang, bukan? Anda merasa bahwa kualitas Anda tidak jauh berbeda dengan kualitas para fotografer berijazah. Ini artinya, Anda jauh lebih hebat dibanding mereka.

Akan tetapi, jika Anda renungkan sejenak, penilaian/sanjungan itu merupakan bentuk kontrol terhadap Anda. Dengan sanjungan itu, sang fotografer berijazah seolah memiliki otoritas untuk menilai karya Anda. Dia seolah memposisikan diri menjadi otoritas yang berhak menentukan mana karya foto yang berkualitas dan mana yang tidak berkualitas.

Apa akibat dari sanjungan itu? Jika Anda tidak menyadari dan mewaspadai sanjungan tersebut, tidak tertutup kemungkinan, penilaian/sanjungan itu membuat Anda terus bergantung padanya. Dan, saat Anda bergantung pada penilaian/sanjungan orang lain, maka mulai saat itu Anda terjebak dalam kontrol orang tersebut.

Lantas, pertanyaannya, apa arti kontrol itu?

Kontrol itu menghambat kreativitas dan kebebasan Anda dalam berkarya. Saat Anda telah terjebak dalam kontrolnya, maka Anda akan berkarya hanya sebatas memenuhi standar sang fotografer berijazah tersebut. Maksudnya, dalam berkarya, Anda akan menggunakan standarnya untuk mengukur kualitas karya Anda.

Dengan standar ini, Anda tentu tidak akan dapat melampaui karya orang lain yang jauh lebih berkualitas dari karyanya. Selain itu, Anda pun tidak bebas dalam berkarya. Anda akan menghindari apa yang menurutnya (menurut sang fotografer berijazah) tidak baik dan melakukan apa yang menurutnya baik. Dengan begitu, karya Anda berada dalam bayang-bayangnya.

Inilah alasan mengapa sementara orang tidak berkenan disanjung atau pun dikritik: Kritik dan sanjungan (atau, dalam kata lain penilaian/judgement) merupakan bentuk kontrol terhadap orang lain.

Sementara orang tidak berkenan dinilai, baik disanjung maupun dikritik lantaran sanjungan dan kritik merupakan cara untuk menundukkan dan menumpulkan daya kreatif mereka.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda senang dinilai/menerima sanjungan?

2. Sanjungan dan Motivasi

Selain menghambat kreativitas, bergantung pada penilaian orang lain (terutama dalam bentuk sanjungan) juga memengaruhi motivasi Anda.

Saat orang lain menilai kerja Anda dengan sanjungan/pujian, Anda pun merasa senang dan termotivasi untuk melakukan yang lebih. Namun sebaliknya, saat orang lain menilai kerja Anda dengan kritik dan komplain, maka Anda merasa kecewa, marah, dan sedih. Dan, dampak yang jauh lebih parah yakni, motivasi kerja Anda menurun lantaran kritik dan komplain itu. Selain itu, motivasi kerja Anda pun berkurang manakala orang lain tidak menyanjung maupun mengkomplain Anda.

Nah, dalam hal ini, Anda menjadi haus akan sanjungan dan alergi terhadap komplain.

3. Sanjungan, Kepercayaan Diri, dan Manipulasi

Jika Anda adalah tipe orang yang tidak memiliki kepercayaan diri, wajib hukumnya bagi Anda untuk mewaspadai pujian dan sanjungan orang lain terhadap diri Anda.

Mengapa demikian? Orang lain yang mengetahui kelemahan Anda (bahwa Anda tidak memiliki kepercayaan diri) dapat memanfaatkan kelemahan itu untuk kepentingannya.

Bagaimana caranya? Mengetahui Anda orang yang tidak memiliki kepercayaan diri, dia pun menyanjung Anda sedemikian rupa sehingga tumbuh kepercayaan diri di dalam diri Anda. Sebagai orang yang tidak percaya diri, tentu Anda butuh sanjungan dari orang lain, bukan? Sanjungan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kepercyaaan diri bagi Anda yang memang tipe rendah diri.

Nah, lewat sanjungan itu, ia memperoleh kontrol atas diri Anda. Anda akan bergantung padanya lantaran dialah satu-satunya orang yang menyanjung Anda, satu-satunya orang yang mau melihat kualitas Anda, satu-satunya orang yang mau menganggap keberadaan Anda.

Ia tahu Anda tidak akan pernah sekali pun menolak permintaannya. Mengapa demikian? Karena, ia tahu Anda takut penolakan akan membuatnya menjauhi Anda dan tidak menyanjung Anda lagi. Ia tahu Anda menggantungkan kepercayaan diri Anda padanya. Ia tahu Anda menggantungkan diri Anda pada penerimaannya.

Nah, mengetahui Anda menggantungkan diri padanya merupakan pertanda bagus baginya. Ia memanfaatkan ketergantungan Anda padanya untuk memanipulasi dan mengontrol Anda sedemikian sehingga Anda mau menuruti apa pun keinginannya.

Apa yang Harus Dilakukan?

Setelah mengetahui tiga sisi negatif penilaian/judgement (terutama dalam bentuk sanjungan), kita paham bahwa kita harus mewaspadai segala jenis sanjungan yang ditujukan kepada kita.

Reaksi yang paling aman dalam menyikapi sanjungan/penilaian adalah dengan menganggapnya semata-mata sebagai monitor, yang mengukur sejauh mana progres/kemajuan kita, sejauh mana perkembangan diri kita.

Hindari menyikapi penilaian dan sanjungan sebagai bentuk kesukaan/ketidaksukaan seseorang terhadap kita. Mengapa? Karena, hal itu akan mengganggu pikiran kita.

Rina Ulwia

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

Leave a Reply

Close Menu