Bayangkan ilustrasi ini: Besok, Anda hendak bepergian dengan pesawat. Katakanlah Anda hendak pergi ke Bali untuk berlibur. Adapun, jadwal keberangkatan pesawat adalah jam 08.30 pagi.
Kira-kira, apa yang terjadi ketika hari keberangkatan Anda tiba? Kemungkinan terbesarnya yaitu Anda telah mempersiapkan segala sesuatunya di malam sebelum keberangkatan Anda ke Bali. Anda telah mempersiapkan baju, uang, bekal, dan yang terutama: tiket.
Di pagi harinya pun, Anda bangun lebih awal untuk mempersiapkan segala sesuatu. Anda menyempatkan waktu untuk sarapan supaya tidak sakit selama perjalanan. Anda juga sudah menghubungi agen taksi untuk mengantarkan Anda ke bandara jauh sebelum jadwal penerbangan tiba. Tujuannya, tentu saja supaya Anda tidak ketinggalan pesawat.
Dan, karena persiapan yang matang itu pun, perjalanan Anda berlangsung lancar. Perut sudah terisi makanan; Segala keperluan tak lupa dibawa; Dan, (ini yang terpenting) Anda tiba di bandara tepat pada waktunya. Yup, tepat waktu; bukan jam karet!
Sekarang, bayangkan ilustrasi berikut: Besok adalah hari Senin. Setelah menikmati libur akhir pekan, besok Anda harus bergulat lagi dengan aktivitas Anda di kantor.
Adapun, jadwal jam kerja di kantor Anda yaitu mulai dari jam 08.30 pagi hingga pukul 17.00.
Bayangkan, kira-kira apa yang akan terjadi ketika hari Senin tiba. Hmmm, apa yang bakal terjadi sudah dapat dibayangkan: Anda bangun satu jam sebelum berangkat kerja. Waktu satu jam itu Anda pergunakan untuk mandi dan mempersiapkan keperluan Anda, tanpa sempat sarapan pagi. Ini dikarenakan, waktu yang tersisa hanya cukup digunakan untuk menempuh perjalanan dari rumah ke kantor.
Karena jalanan padat merayap, kendaraan Anda pun tidak dapat melaju kencang. Walhasil, Anda terlambat tiba di kantor.
Sekarang, setelah melihat dua ilustrasi di atas, kira-kira apa yang dapat Anda simpulkan dari kedua ilustrasi itu?
Pada ilustrasi pertama, Anda tiba di bandara tepat waktu. Karena itu, Anda tidak ketinggalan pesawat. Sementara itu, pada ilustrasi kedua, Anda terlambat tiba di kantor, seperti biasanya.
Pertanyaannya, mengapa saat hendak bepergian ke Bali Anda tidak terlambat? Mengapa berbeda halnya saat Anda berangkat ke kantor, di mana hampir setiap hari Anda datang terlambat?
Mengapa motivasi untuk pergi ke Bali jauh lebih tinggi dibanding motivasi untuk bekerja? Apakah perbedaan tingkat motivasi itu disebabkan oleh perbedaan tingkat urgenitas, di mana tiba di bandara tepat waktu sangat urgen dibanding tiba di kantor tepat waktu (Jika Anda terlambat tiba di bandara, maka Anda akan tertinggal pesawat. Itulah mengapa tiba di bandara tepat waktu sangat urgen)?
Jika iya, maka apakah tiba di kantor tepat waktu tidak urgen? Apakah penilaian/ evaluasi kerja Anda di kantor tidak urgen?
Nah, dari sini kita tahu bahwa urgenitas bukanlah jawaban yang relevan.
Memang benar urgenitas turut memengaruhi motivasi kita dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin tinggi urgenitas suatu pekerjaan, maka kita semakin termotivasi untuk melakukannya. Sebaliknya, semakin rendah urgenitas suatu pekerjaan, maka motivasi untuk melakukannya pun semakin rendah. Contohnya, besok Anda harus pergi ke rumah orangtua Anda karena ibu Anda sakit. Padahal mobil Anda sedang rusak.
Nah, demi bisa menggunakan mobil itu besok, Anda pun terdorong untuk membawanya ke bengkel, sekarang. Berbeda halnya jika besok Anda tidak memiliki jadwal bepergian dengan mobil. Maka, kemungkinan terbesarnya yaitu, saat ini Anda enggan membawa mobil Anda ke bengkel.
Tetapi, urgenitas bukanlah satu-satunya faktor yang mendorong/memotivasi kita untuk melakukan suatu pekerjaan.
Dalam dua ilustrasi di atas, terdapat faktor lain (selain urgenitas) yang turut memengaruhi motivasi Anda. Pada ilustrasi pertama, faktor itu adalah faktor kesenangan. Anda termotivasi untuk pergi ke Bali karena ada kegembiraan dalam perjalanan itu. Sebaliknya, pada ilustrasi kedua, faktor itu adalah faktor tekanan kerja, tekanan dari atasan, kompetisi, dan lain sebagainya. Anda kurang termotivasi untuk berangkat kerja karena pekerjaan Anda di kantor penuh tekanan, misalnya. Faktor ini mengalahkan faktor urgenitas. Jika urgenitas mendorong Anda untuk bertahan bekerja di kantor Anda, maka tekanan merupakan faktor yang mengurangi motivasi kerja Anda di kantor.
Kondisi Kerja dan Motivasi Kerja
Memang, kantor merupakan salah satu tempat di mana kita amat sangat rentan kehilangan motivasi kerja. Mengapa? Karena, di kantor, kita menjumpai tekanan dari berbagai pihak. Dampak tekanan ini sangat luar biasa, mulai dari stres, capai, konflik, kecemasan, dan maaaaasih banyak lagi. Dan, dampak-dampak tekanan inilah yang berpotensi mengurangi motivasi kerja kita.
Kondisi di kantor tentu saja berbeda dengan kondisi di perjalanan saat Anda hendak pergi ke Bali, misalnya. Apa perbedaannya? Dalam suatu perjalanan keluar kota, Anda tidak menemui banyak tekanan sebagaimana saat Anda berada di kantor. Dalam perjalanan, Anda tidak perlu menghadap atasan; Anda tidak perlu mengerjakan tugas sulit yang menumpuk; Anda juga tidak perlu berdebat dengan rekan kerja Anda mengenai suatu hal, dan sebagainya.
Sekarang, pertanyaannya, jika kondisi di kantor membuat Anda kehilangan motivasi, adakah cara untuk meningkatkan motivasi kerja di kantor? Apakah Anda dapat menciptakan kondisi-kondisi tertentu di kantor sedemikian sehingga kondisi tersebut mengembalikan motivasi kerja Anda?
Nah, dalam artikel ini, penulis akan mengulas 3 faktor penting yang turut memengaruhi motivasi kerja Anda di kantor. Terpenuhinya tiga faktor ini akan turut meningkatkan motivasi kerja Anda di kantor. Sebaliknya, tidak terpenuhinya 3 faktor ini akan turut mengurangi motivasi kerja Anda.
Nilai (Value)
Salah satu penyebab mengapa Anda kurang termotivasi saat bekerja di kantor yaitu, Anda tidak mengetahui tujuan Anda mengerjakan pekerjaan itu.
Di sini, makna “tujuan” ini tidak sama dengan tujuan Anda bekerja (secara umum), yang bisa jadi untuk menafkahi keluarga atau membayar cicilan rumah. Sekali lagi bukan!
Dalam konteks penulis, tujuan itu adalah membantu pembaca menyelesaikan persoalan dan mengembangkan diri mereka.
Perasaan khawatir bahwa artikel-artikel yang penulis tulis tidak memberikan manfaat bagi pembaca cukup membuat penulis kehilangan motivasi.
Jadi, nilai (value) bagi penulis yaitu saat penulis mampu membantu pembaca lewat artikel-artikel yang penulis susun.
Nah, bagaimana dengan Anda? Apa nilai (value) pekerjaan Anda di kantor? Apakah nilai (value) kerja Anda adalah memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan? Kerjakan tugas Anda sesuai dengan standar nilai (value) yang Anda tetapkan supaya Anda tetap termotivasi untuk mengerjakannya.
Jika Anda belum menyadari nilai (value) kerja Anda, maka mulai saat ini, renungkan apa nilai (value) kerja Anda. Bekerjalah demi terpenuhinya nilai itu, niscaya Anda akan lebih termotivasi.
Kompetensi
Hilangnya motivasi bisa terjadi karena kurangnya kompetensi kerja. Mengapa demikian? Kurangnya kompetensi akan membuat kita kewalahan dalam mengerjakan tugas-tugas kita di kantor. Hal ini tentu sangat menekan psikologis kita. Kita akan merasa terintimidasi oleh tugas-tugas tersebut.
Nah, perasaan terintimidasi inilah yang membuat kita kehilangan motivasi untuk mengerjakannya.
Oleh karena itulah, untuk meningkatkan motivasi kerja, Anda perlu terus menerus mengembangkan kompetensi Anda. Bila perlu, jadikan diri Anda sebagai ahli dalam bidang yang Anda tekuni. Dengan demikian, Anda tidak menemui banyak kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas Anda di kantor.
Dan, saat semuanya berjalan mudah, maka Anda pun akan semakin termotivasi untuk mengerjakannya.
Bagaimana cara mengembangkan kompetensi kerja? Anda dapat menggali dan mempelajari lebih dalam mengenai bidang kerja yang anda tekuni. pelajarilah semua hal yang menyangkut bidang tersebut sedemikian sehingga Anda menjadi ahli dalam bidang itu.
Otonomi
Bagaimana rasanya jika atasan terus-menerus mengawasi dan mengendalikan kerja Anda? Apakah Anda merasa nyaman? Penulis yakin, jawaban Anda justru kebalikannya: Anda amat sangat tidak merasa nyaman.
Yach, penulis paham dengan perasaan Anda. Tetapi, tahukah Anda mengapa Anda merasa tidak nyaman saat kerja Anda diawasi dan dikendalikan oleh atasan Anda?
Saat kerja kita diawasi dan dikendalikan oleh atasan, itu artinya, hasil kerja itu bukan 100% jerih payah kita. Ia adalah hasil jerih payah atasan kita.
Ini membuat kita tidak puas terhadap hasil kerja kita. Kita merasa diremehkan. Kita merasa kompetensi kita diragukan. Kita merasa bahwa atasan belum mempercayakan tanggung jawab kepada kita. Yup! kita merasa atasan tidak mempercayai tanggung jawab kita.
Nah, perasaan-perasaan itulah yang mebuat kita kehilangan motivasi untuk mengerjakan tugas-tugas kita di kantor.
Inilah juga alasan mengapa otonomi kerja sangat diperlukan. Otonomi berarti kebebasan dan kepercayaan. Anda bebas mengerjakan tugas-tugas Anda dengan cara Anda sendiri; Dengan kebebasan itu, artinya, Anda dipercaya untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas tugas Anda; Saat Anda diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab penuh atas tugas-tugas Anda, itu artinya Anda dianggap penting oleh perusahaan.
Nah, pada akhirnya, perasaan dipercaya dan dianggap penting oleh perusahaan akan senantiasa meningkatkan motivasi kerja kita.
Lantas, bagaimana agar atasan memberikan Anda otonomi kerja? Biasanya otonomi bergantung pada manajemen. Ada perusahaan yang menerapkan kebijakan otonomi kerja kepada karyawannya. Tetapi, banyak pula perusahaan yang tidak menerapkan kebijakan itu.
Anda dapat mengkomunikasikan otonomi ini kepada atasan Anda. berkonsultasilah kepada atasan Anda. Tanyakan kepadanya apakah otonomi dapat diterapkan dalam pekerjaan Anda.
Siapa tahu, jawaban atasan Anda adalah, ya, otonomi dapat diterapkan dalam pekerjaan Anda. Dan, jika demikian kenyataannya, maka Anda pun dapat meminta kepada atasan Anda untuk memberikan otonomi itu. Kemukakan alasan mengapa Anda membutuhkan otonomi itu.
Demikian 3 faktor penting yang dapat memengaruhi motivasi kerja Anda di kantor. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, terpenuhinya 3 faktor itu akan turut meningkatkan motivasi kerja Anda. Sebaliknya, tidak terpenuhinya 3 faktor itu akan turut menurunkan motivasi kerja Anda.
Oleh karena itulah, Anda perlu membuat kondisi kerja Anda sedemikian sehingga 3 faktor itu terpenuhi. Caranya sudah penulis sebutkan di atas.