Bayangkan Anda menemukan sekarung uang di jalan. Kira-kira, apa yang akan Anda lakukan dengan uang itu?
Mungkin, Anda akan mengambilnya dan melaporkannya kepada pihak yang berwajib untuk dikembalikan kepada yang punya. Anda, sebagai orang yang jujur berpikir uang itu bukan hak Anda dan karenanya Anda harus mengembalikan kepada si pemilik.
Sekarang, bayangkan yang menemukan uang itu adalah seorang koruptor. Kira-kira, apa yang akan ia lakukan dengan uang tersebut? Pastinya, ia akan diam-diam memungut uang itu dan menjadikannya hak miliknya, bukan?
Nah, mengapa sikap Anda dan sikap sang koruptor berbeda? Apa yang membuatnya demikian?
Jawabannya, karena Anda dan sang koruptor memiliki fokus yang berbeda!
Fokus Anda adalah kejujuran, sedangkan fokus sang koruptor adalah memperkaya diri. Fokus itu menentukan perilaku. Fokus yang baik mendorong Anda berperilaku baik. Fokus yang tidak baik mendorong Anda berperilaku yang tidak baik pula.
Sekarang, bayangkan Anda sedang berangkat bekerja. Di jalan, lalu lintas macet parah. Padahal, tidak lama lagi harusnya Anda sudah sampai di kantor. Kira-kira, apa yang akan Anda lakukan?
Mungkin, Anda akan berjalan kaki sejauh 100 meter hingga sampai kantor. “Itung-itung olahraga. Nikmatin saja,” demikian pikir Anda.
Bagaimana jika yang mengalami kemacetan itu adalah teman Anda yang terkenal suka mengeluh? Kira-kira, apa yang akan ia lakukan?
Pastinya, dia akan mengeluh dan menggerutu. Atau, lebih parah lagi, ia akan menyalahkan pedagang kaki lima sebagai biang kemacetan.
Nah, mengapa sikap Anda berbeda dengan sikap teman Anda? Apa yang membuatnya begitu?
Jawabannya, lagi-lagi, karena Anda dan teman Anda memiliki fokus yang berbeda!
Anda berfokus pada hal-hal yang positif, sementara teman Anda berfokus pada hal-hal yang negatif. Fokus yang positif itu membantu Anda menemukan jalan keluar masalah kemacetan. Sebaliknya, fokus yang negatif menghambat teman Anda menemukan jalan keluar. Alih-alih membantu, fokus itu justru membuatnya mengeluh tiada henti.
Dari dua ilustrasi di atas, kesimpulan apa yang Anda dapatkan?
Fokus Anda menentukan perilaku Anda!
Sekali lagi, fokus Anda menentukan perilaku Anda!
Yup, fokus Anda menentukan perilaku Anda!
Apabila Anda mengarahkan fokus pada hal-hal yang positif, maka Anda pun dipenuhi pikiran yang positif yang membantu membuat Anda lebih optimis. Sebaliknya, apabila Anda mengarahkan fokus pada hal-hal yang negatif, maka Anda pun dipenuhi pikiran yang negatif yang membuat Anda pesimis.
Jadi, agar selalu optimis, Anda perlu mengarahkan fokus Anda pada hal-hal yang positif. Sama halnya, untuk mendapatkan keuntungan yang berlimpah, Anda perlu mengarahkan fokus pada hal-hal yang bermanfaat bagi Anda.
Masalahnya, seringkali, kita tidak tahu bagaimana cara mengarahkan fokus dengan benar. Sering kita jumpai, orang yang fokusnya tidak terarah, yang membuatnya semakin jauh dari kesuksesan.
Contoh, kita sering mendengar pertengkaran atau tindakan bully yang dilakukan anak sekolah.
Mengapa hal seperti itu bisa terjadi?
Jawabannya, karena fokus mereka keliru!
Harusnya, mereka berfokus pada pelajaran di sekolah, pada bagaimana agar meraih prestasi, dan bagaimana agar mereka mampu menerapkan ilmu yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, karena tidak tahu cara mengarahkan fokus, fokus mereka pun keliru. Alih-alih mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, mereka malah mengurusi hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan dan tidak bermanfaat.
Lantas, bagaimana cara mengarahkan fokus dengan benar?
Untuk mengetahui jawabannya, mari kita simak penjelasan berikut.
Sense of Purpose: Cara Mengarahkan Fokus dengan Benar
Pada dasarnya, fokus kita ditentukan oleh tujuan/goal/purpose yang kita miliki. Apabila goal kita adalah memperkaya diri, maka otak mengarahkan perhatian kita pada informasi-informasi yang dapat digunakan untuk memperkaya diri sendiri. Sama juga, apabila goal kita adalah menjadi pembelajar seumur hidup, maka otak mengarahkan perhatian kita pada informasi-informasi yang dapat digunakan untuk mempelajari sesuatu yang baru.
Besarnya pengaruh tujuan/goal/purpose pada fokus dijelaskan dengan sangat gamblang pada sebuah percobaan yang terkenal dengan The Invisible Gorilla Experiment.
Dalam eksperimen itu, partisipan diminta untuk menonton sebuah video yang berisi adegan 6 orang sedang bermain bola. Enam orang itu dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok berbaju hitam dan kelompok berbaju putih. Partisipan diminta untuk menghitung jumlah lemparan bola kelompok berbaju putih ke kelompok berbaju hitam.
Setelah video selesai diputar, mereka ditanya apakah mereka melihat seekor gorila melintas di antara orang-orang yang bermain bola itu. Hasilnya, separuh dari partisipan mengaku tidak melihat keberadaan sang gorila.
Dari eksperimen itu, disimpulkan bahwa goal/tujuan yang jelas membantu mengarahkan fokus mereka. Goal untuk menghitung jumlah lemparan membuat mereka abai terhadap sang gorila dan hanya berfokus pada lemparan.
Apabila goal mereka adalah sebaliknya, yaitu melihat keberadaan gorila, maka bisa dipastikan mereka abai pada jumlah lemparan bola dan hanya fokus untuk menunggu kemunculan sang gorila.
Nah, sampai di sini, Anda dapat menangkap inti penjelasan di atas, bukan?
Intinya, goal alias tujuan membantu Anda mengarahkan fokus pada hal-hal yang relevan dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan.
Oleh karena itu, agar Anda dapat mengarahkan fokus dengan benar, Anda perlu tahu apa tujuan/goal Anda. Anda perlu tahu apa yang benar-benar Anda inginkan. Lebih jauh, Anda perlu MEMPRIORITASKAN TUJUAN TERPENTING Anda dan MENGESAMPINGKAN TUJUAN-TUJUAN lain yang TIDAK TERLALU PENTING. Dalam kata lain, Anda perlu memiliki sense of purpose yang tinggi.
Apa itu sense of purpose?
Sense of purpose adalah kesadaran akan apa yang paaaaaaaling penting dalam hidup Anda. Orang yang memiliki sense of purpose yang tinggi tahu dengan sangat jelas apa yang benar-benar mereka inginkan dalam hidup. Kesadaran itu membuat mereka mampu membangun komitmen yang kuat. Sebaliknya, orang yang sense of purpose-nya rendah tidak tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan dalam hidup. Mereka mudah terombang-ambing.
Kedengaran sangat sepele, bukan, nasihat di atas? Tetapi, seringkali, kita lupa dengan hal yang sangat sepele ini. Kita sering menjalani aktivitas tanpa tujuan yang jelas. Atau, dalam waktu yang bersamaan, kita memiliki banyak goal yang ingin kita capai dan lupa tidak menyusun prioritas.
Contoh, saat bekerja, Anda melakukannya sekadar untuk menjalani rutinitas. Saat membaca buku, Anda melakukannya sekadar untuk mengisi waktu. Atau, dalam menjalani hidup, Anda banyak keinginan dan tidak menentukan mana yang paling prioritas bagi hidup Anda. Maka, tak heran jika fokus Anda tidak terarah dengan baik, yang membuat Anda justru sibuk pada hal-hal yang tidak bermanfaat.
Jadi, sekali lagi, untuk mengarahkan fokus Anda dengan benar, Anda perlu tahu tujuan/goal Anda. Di samping itu, agar Anda memiliki sense of purpose (kesadaran akan tujuan) yang tinggi, Anda perlu memprioritaskan goal-goal yang paaaaling penting dalam hidup Anda dan mengesampingkan goal-goal lain yang tidak terlalu penting. Resapi goal/tujuan-tujuan itu. Renungkan secara mendalam apa makna tujuan itu bagi diri Anda. Hiduplah dalam tujuan-tujuan tersebut.
Dengan begitu, dijamin, fokus Anda terarah dengan benar. Otak akan mengarahkan perhatian Anda pada hal-hal yang relevan/berhubungan dengan tujuan-tujuan itu dan mengabaikan hal-hal lainnya yang tidak berhubungan dengan tujuan-tujuan tersebut. Akhirnya, Anda pun jaaaaaauh lebih mudah mencapai tujuan-tujuan dalam hidup Anda.
Baca juga:
7 Pertanyaan Wajib yang Perlu Anda Ajukan agar Tetap Fokus pada Tujuan
Manajemen Fokus: Rahasia Memecahkan Masalah
Bagaimana Melatih Konsentrasi agar Bisa Fokus pada Satu Hal?