Sudah bahagiakah hidup Anda?

Belum,” jawab Anda. Padahal, Anda termasuk orang yang sukses. Kekayaan Anda melimpah. Anda orang yang terpandang. Selain itu, anak-anak Anda juga meraih prestasi akademis yang membanggakan. Namun demikian, Anda belum merasa bahagia. Rasanya, masih ada yang kurang dalam hidup Anda.

Nah, apakah Anda merasa diri Anda seperti di atas? Anda memiliki segalanya yang diinginkan setiap orang: kekayaan, status sosial, keluarga yang harmonis, anak-anak yang cerdas. Tetapi, tokh Anda tidak merasa bahagia.

Lantas, apa yang menyebabkan Anda tidak bahagia?

Mengapa Hidup Anda Tidak Bahagia?

Jim Taylor, pakar psikologi yang mengajar di The University of San Francisco menjelaskan, salah satu sebab mengapa seseorang tidak bahagia yaitu ia tidak menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ia junjung tinggi.

Tetapi, apa itu nilai? Nilai adalah ekspresi dari apa yang paaaaaling penting bagi Anda. Nilai mengekspresikan tujuan hidup Anda. Apabila Anda memiliki tujuan hidup untuk membahagiakan orangtua, maka nilai yang Anda junjung tinggi mengekspresikan tujuan itu. Anda akan menghargai sikap berbakti kepada orangtua. Dan sebaliknya, Anda akan membenci mereka yang durhaka terhadap orangtua. Apabila Anda menjunjung nilai berbakti kepada orangtua, maka perilaku Anda pun akan sesuai dengan nilai tersebut. Anda akan mengutamakan orangtua Anda ketimbang istri, misalnya.

Nilai berbeda dengan minat. Jika minat tidak memiliki alasan, maka nilai memiliki alasan yang jelas. Maksudnya, jika Anda memiliki minat dalam bidang olahraga, misalnya, maka Anda menyukai olahraga tanpa alasan yang jelas. Anda hanya menyukainya. Anda mencintai olahraga bukan karena olahraga dapat membuat Anda sehat. Tetapi, Anda menyukai olahraga lantaran Anda sangat senang saat melakukannya.

Sebaliknya, jika olahraga timbul dari nilai kesehatan, Anda menyukai olahrga bukan lantaran olahraga itu sendiri, melainkan karena olahraga dapat membuat jasmani Anda sehat. Jika Anda menjunjung tingggi nilai kesehatan, maka niscaya Anda menyukai olahrga.

Contoh lain, Anda menunjung tinggi nilai manfaat. Maksudnya, menurut Anda, apa pun yang Anda lakukan atau apa pun yang Anda punyai harus memiliki manfaat. Menurut Anda, segala sesuatu harus diukur berdasarkan manfaatnya. Dalam hidup, Anda akan lebih menghargai aktivitas-aktivitas yang bermanfaat seperti membantu orang lain, melakukan pekerjaan yang menghasilkan uang, dan membeli barang sesuai kebutuhan pokok Anda saja. Anda tidak akan berkenan membeli barang hanya untuk pajangan. Mengapa? Karena, menurut Anda, itu hanya perbuatan yang mubazir.

cara hidup bahagia

Apabila keluarga merupakan hal yang penting bagi Anda, maka Anda pun memiliki nilai yang menunjunjung tinggi keluarga yang harmonis. Dalam hidup, Anda akan mengutamakan keluarga dari apa pun. Apabila Anda menjunjung tinggi nilai keluarga, Anda akan mengutamakan keluarga dibanding pekerjaan, misalnya. Apabila pekerjaan menghalangi Anda menghabiskan banyak waktu dengan keluarga, maka Anda akan merasa tidak bahagia.

Nah, sebagaimana dijelaskan Jim Taylor, penyebab seseorang tidak bahagia yaitu ia tidak menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ia junjung tinggi.

Mengapa Anda Tidak Menjalani Hidup Berdasarkan Nilai yang Anda Junjung Tinggi?

Tetapi, mengapa ia tidak menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ia junjung tinggi?

Penyebab seseorang tidak hidup dalam nilainya sendiri yaitu ia hidup di dalam nilai-nilai yang DIDIKTEKAN kepadanya. Nilai itu dapat berupa nilai yang dijunjung tinggi oleh orangtua atau lingkungannya. Apa yang pasti, nilai itu tidak sesuai dengan nilai yang ia junjung tinggi.

Pengalaman penulis kiranya bisa menjadi contoh yang baik.

Dulu, waktu kecil, penulis diajarkan untuk menjadi orang yang taat beragama. Nilai yang dijunjung tinggi oleh keluarga penulis yaitu nilai religius. Beribadah dan menjalankan semua perintah agama merupakan sikap yang paaaaaling penting bagi orangtua penulis. Mereka mengajarkan penulis untuk mengutamakan ibadah dibanding hal lainnya.

Awalnya, penulis hidup dalam nilai itu (nilai religius). Penulis menjalankan setiap perintah agama yang diajarkan kepada penulis. Tetapi, hidup dalam nilai itu membuat penulis hampa. Penulis merasa ada yang kurang dalam hidup penulis, yang membuat hidup penulis tidak puas dan tidak bahagia. Serasa ada yang kurang.

Hingga akhirnya, penulis tahu mengapa penulis tidak puas menjalani hidup seperti itu. Rupanya, penulis menjunjung nilai yang lain, yang bahkan bertentangan dengan nilai-nilai religius. Jika nilai religius mengajarkan kita untuk tunduk patuh pada perintah ayat-aayat kitab suci, maka penulis justru menjunjung tinggi kebebasan berpikir, bahkan kebebasan mempertanyakan kebenaran ayat-ayat kitab suci. Jika nilai religius mengajarkan kita untuk bertindak berdasarkan iman, penulis justru menjunjung tinggi perilaku yang didasarkan pada rasionalitas.

Namun demikian, bukan berarti penulis mengajak Anda untuk hidup dalam nilai kebebasan seperti di atas. Itu hanya contoh bagaimana nilai kehidupan memengaruhi kebahagiaan seseorang.

Teman penulis justru sebaliknya. Keluarganya menjauhkannya dari nilai-nilai religius. Menurut keluarganya, apa yang paling penting dalam hidup adalah status sosial dan ketenaran. Menurut orangtuanya, hidup agamis menjauhkan anaknya dari ketenaran. Dan, karena itu, mereka melarang anak-anaknya untuk hidup agamis.

Tetapi, teman penulis tidak bahagia hidup dalam keadaan seperti itu. Ia merasa ada yang kurang.

Ia pun mencari tahu apa yang menyebabkannya tidak bahagia dalam hidup. Dan, setelah lama merenung, ternyata ia merasa jenuh hidup mengejar keteranan. Ia menjunjung tinggi nilai yang lain, yang bahkan bertentangan dengan ketenaran dan keglamoran, yakni nilai religius.

Nilai religius menuntunnya untuk hidup sederhana alias zuhud, meninggalkan kesenangan yang bersifat duniawi.

Menjalani hidup seperti itu membuat teman penulis bahagia. Menurutnya, hanya dengan berzuhud lah manusia dapat hidup dengan tenang dan tentram.

Cara Hidup Bahagia: Hiduplah dalam Nilai yang Sesuai Jati Diri Anda!

Nah, menyimak penjelasan di atas, Anda paham, bukan, mengapa Anda tidak bahagia? Bisa jadi, hidup Anda tidak bahagia lantaran Anda tidak hidup dalam nilai-nilai yang Anda junjung tinggi. Sebaliknya, Anda menjalani hidup berdasarkan nilai-nilai yang DIDIKTEKAN kepada Anda, di mana nilai itu tidak sesuai dengan jati diri Anda.

Oleh karena itu, agar hidup Anda bahagia, Anda perlu merenungkan kembali nilai-nilai Anda sendiri. Apa saja nilai yang Anda junjung tinggi? Apa nilai yang diajarkan kepada Anda yang membuat hidup Anda tidak puas?

Tinggalkan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan jati diri Anda dan hiduplah dalam nilai-nilai yang sesuai dengan apa yang Anda anggap penting. Hanya dengan begitu, Anda akan merasa puas, bahagia, dan ikhlas menjalani hidup.

Kedengarannya sangat klasik, bukan, nasihat di atas? Tetapi, banyak di antara kita yang tidak menyadari hal di atas. Banyak yang tidak sadar mengapa mereka tidak bahagia, sekalipun penyebabnya sangatlah sederhana.

Ada juga yang merasa bersalah memilih menjalani hidup sesuai dengan nilai yang ia junjung tinggi. Ia merasa bersalah dan takut meninggalkan nilai-nilai yang diajarkan orangtua atau lingkungan. Menurutnya, nilai-nilai itu adalah nilai-nilai yang luhur, yang wajib diikuti. Sebaliknya, nilai yang ia junjung tinggi adalah nilai yang keliru, yang hanya berdasarkan nafsu semata.

Dihadapkan pada rasa bersalah dan takut seperti di atas, apa yang bisa Anda lakukan?

Anda dapat merenung, bertanya, apakah nilai yang diajarkan kepada Anda itu baik bagi Anda atau tidak. Jangan-jangan, Anda menganggapnya nilai yang luhur hanya karena orangtua Anda menganggapnya demikian. Tanyakan pula pada diri Anda, apa yang salah ketika Anda hidup dalam nilai-nilai Anda sendiri. Jangan-jangan, Anda menganggapnya salah hanya karena orangtua Anda menganggapnya demikian.

 

 

 

 

Rina Ulwia
 

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

>