Selama ini banyak orang memandang obsesi sebagai hal yang buruk. Obsesi dipandang sebagai ketertarikan irrasional pada sesuatu yang diimplementasikan dengan cara-cara yang juga irrasional sehingga merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Namun sebenarnya, obsesi tidaklah seburuk yang kita pikirkan. Justru sebaliknya, obsesi bisa menjadi hal yang positif, yakni mengantarkan kita mencapai gol-gol yang kita inginkan atau butuhkan.
High achievers atau orang-orang yang mencapai impian besar adalah orang-orang yang penuh obsesi.
Mereka memiliki perasaan yang menggebu-gebu pada gol-gol yang ingin mereka capai dalam hidup mereka, di mana perasaan ini mendorong mereka memfokuskan perhatian hanya pada gol-gol tersebut dan tidak terdistraksi hal lain. Dan mereka juga persisten dengan gol-gol tersebut, serta tidak membiarkan kesenangan sesaat mengalihkan perhatian mereka.
Adapun mengapa obsesi dipandang negatif, penyebabnya adalah kita sering melihat contoh orang-orang yang hidupnya hancur karena mengikuti obsesi mereka. Penyebab kehancuran ini bukanlah obsesi itu sendiri melainkan kondisi di mana obsesi tersebut mengendalikan mereka, bukan mereka yang mengendalikan obsesi mereka.
So, tidak perlu takut jika Anda mempunyai obsesi atau perasaan menggebu-gebu pada sebuah gol. Atau, jika Anda belum punya obsesi namun memiliki keinginan untuk bisa mencapai gol-gol besar dalam hidup Anda, jangan ragu untuk menumbuhkan obsesi pada gol-gol tersebut.
Karena jika Anda bisa mengendalikan obsesi Anda, Anda bisa mengarahkannya dengan benar, Anda bisa membuat obsesi Anda bekerja untuk Anda dan bukan sebaliknya.
Bagaimana cara mengendalikan obsesi yang Anda miliki? Bagaimana membuat obsesi yang Anda miliki bekerja untuk Anda, bukan sebaliknya?
Itulah pertanyaan yang akan kami coba jawab dalam artikel ini. So, teruslah membaca.
Bagaimana Membuat Obsesi Bekerja untuk Anda, dan bukan Sebaliknya?
Agar Anda bisa mengendalikan obsesi Anda dan mengarahkannya dengan benar sehingga bisa mengantarkan Anda mencapai gol-gol Anda, pertama-tama Anda perlu paham 2 penyebab mengapa obsesi menjadi buruk.
Pertama, jika obsesi itu adalah obsesi pada sesuatu atau sebuah gol yang tidak ada tujuannya atau obsesi pada hal-hal yang irrasional, yang bisa merugikan diri kita. Contohnya adalah obsesi pada obat-obatan terlarang.
Idealnya, obsesi yang kita miliki adalah obsesi yang sesuai dengan tujuan hidup kita sehingga dengan memiliki obsesi tersebut kita menjadi lebih terpacu untuk mencapai tujuan kita.
Kedua, jika obsesi yang kita miliki mengendalikan diri kita, membuat kita melakukan hal-hal yang merugikan diri kita dan orang lain. Contohnya adalah obsesi pada kekayaan yang diimplementasikan dengan bekerja keras siang-malam, sampai-sampai melupakan hal-hal lain seperti istirahat, olahraga, dan keluarga.
Idealnya, obsesi yang Anda miliki bukannya membuat Anda melakukan hal-hal merusak namun justru bisa mendekatkan Anda pada tujuan Anda.
Mengapa mengetahui 2 hal ini penting? Karena, mengendalikan obsesi yang kita miliki berarti:
Sekarang, mari kita bahas bagaimana cara mengendalikan obsesi yang kita miliki dan menjadikannya bekerja untuk kita.
1. Sadar dan arahkan dengan logika
Kunci utama agar bisa mengendalikan obsesi yang Anda miliki dan mengarahkannya dengan benar untuk mencapai tujuan Anda adalah sadar. Sadari bahwa Anda memiliki obsesi atau ketertarikan yang menggebu-gebu pada sebuah gol.
Sadari bahwa perasaan menggebu-gebu itu pada mulanya hanya berdasarkan emosi.
Setelah Anda sadar bahwa perasaan menggebu-gebu yang bernama obsesi itu hanya didasarkan pada emosi, maka mulailah libatkan nalar atau logika Anda. Kendalikan perasaan itu dengan logika Anda. Jangan biarkan perasaan itu menguasai, mengendalikan, dan memperbudak Anda.
2. Selaraskan dengan visi Anda
Agar obsesi yang Anda miliki bekerja untuk Anda, selaraskan dengan visi hidup Anda. Gali makna dari gol yang Anda obsesikan.
Contoh, Anda punya obsesi untuk mencapai financial freedom. Maka selaraskan financial freedom dengan visi hidup Anda.
Mungkin visi hidup Anda adalah memberikan yang terbaik untuk keluarga, atau berkontribusi pada kehidupan banyak orang. Maka Anda bisa menyelaraskan financial freedom dengan visi Anda, yakni dengan meniatkan finansial yang ingin Anda capai bisa bermanfaat bagi orang lain.
3. Pelajaran dari Tony Schwartz, Jim Loehr & Dwight Eisenhower
Banyak orang yang terperangkap dan diperbudak oleh obsesi mereka. Mereka rela melakukan apa pun bahkan sampai merusak diri sendiri dan orang lain demi bisa mencapai gol yang mereka obsesikan.
Tak peduli gol yang ingin mereka capai itu gol yang positif dan bisa memajukan hidup mereka, tetap saja menjadi negatif karena cara-cara untuk mencapainya destruktif.
Beberapa cara destruktif atau merusak yang umum dilakukan oleh orang-orang yang terobsesi pada sebuah gol adalah bekerja terlalu keras atau overwork hingga mengesampingkan istirahat, olahraga, refreshing, dan waktu bersama keluarga demi mencapai gol tersebut.
Grant Cardone dalam buku “Be Obsessed or Be Average” menegaskan bahwa idealnya implementasi dari obsesi adalah kerja keras melampaui yang dilakukan rata-rata orang. Jika rata-rata orang bekerja 8 jam, maka idealnya orang yang terobsesi pada sebuah gol menginvestasikan lebih dari 8 jam untuk bekerja.
Bahkan dia menjelaskan bahwa olahraga dan refreshing tidaklah penting. Intinya, orang yang terobsesi idealnya memfokuskan SELURUH tenaga dan pikiran hanya untuk bekerja atau melakukan tindakan yang secara langsung bisa mengatarkannya mencapai gol yang mereka obsesikan.
Olahraga, refreshing, dan istirahat cukup dianggap tidak bisa mengantarkan kita mencapai gol, dan oleh karenanya dia menyarankan agar kita tidak membuang waktu pada kegiatan-kegiatan ini.
Namun banyak pakar yang memiliki pandangan berbeda dari pandangan Cardone.
Tony Schwartz & Jim Leohr
Tony Schwartz dan Jim Loehr dalam buku “The Power of Full Engagement” menjelaskan bahwa istirahat, olahraga, refreshing, dan banyak hal yang sepintas tidak berhubungan dengan gol-gol yang ingin kita capai justru merupakan energi yang menjadikan kita mampu bekerja atau melakukan tindakan yang secara langsung bisa mengantarkan kita mencapai gol-gol kita secara efektif.
Menurut Schwartz dan Loehr, manusia membutuhkan 4 energi yang menjadikan mereka mampu bekerja dan bertindak dengan efektif. Empat energi itu yakni: energi fisik, energi mental, energi emosional, dan energi spiritual.
Energi bisa melemah jika terus digunakan. Sebagai contoh adalah energi fisik. Jika kita terus menggunakan energi fisik kita non-stop, maka lama kelamaan fisik kita melemah.
Energi juga bisa ditingkatkan kapasitasnya dengan melatihnya. Seorang awam yang tak terbiasa mengangkat beban berat tidak akan mampu mengangkat besi seberat…..dalam ……..
Namun hal itu tidak menjadi masalah bagi orang yang fisiknya sudah terlatih dengan olahraga angkat besi.
Bagaimana dengan energi lain?
Energi lain pun bisa melemah jika terus digunakan dan tidak dilatih dan dipulihkan. Contohnya energi mental. Jika mental kita terus-menerus digunakan untuk berpikir maka yang terjadi kepala kita pusing.
Namun jika dilatih sedikit demi sedikit untuk memikirkan sesuatu yang di luar pemahaman kita, maka lama-lama kapasitas mental kita meningkat.
Nah, karena kita membutuhkan energi untuk melakukan sesuatu, untuk melakukan tindakan apa pun dalam hidup kita, termasuk dalam bekerja untuk mencapai gol-gol kita, dan karena energi bisa melemah jika terus digunakan dan bisa meningkat kapasitasnya jika terus dilatih, maka kita perlu “mengistirahatkan” energi kita untuk pemulihan dan melatihnya untuk meningkatkan kapasitasnya agar kita bisa bekerja dan bertindak dengan efektif.
Bagaimana caranya?
Memelihara dan meningkatkan kapasitas energi fisik
Untuk memelihara dan meningkatkan energi fisik bisa dengan istirahat cukup, menjalani pola makan sehat, berolahraga setiap hari sesuai dengan porsi yang dibutuhkan.
Memelihara dan meningkatkan kapasitas energi mental
Untuk memelihara dan meningkatkan kapasitas energi mental, bisa dengan belajar sesuatu yang baru setiap hari, meditasi, relaksasi, dan olahraga.
Memelihara dan meningkatkan kapasitas energi emosional
Energi emosional adalah energi yang timbul dari emosi kita seperti senang, bahagia, marah, sedih, benci, gembira, cinta, dan sebagainya.
Emosi yang positif seperti gembira, cinta, senang, dan bahagia membantu menjadikan performa kita lebih baik. Sebaliknya, energi yang negatif seperti benci, sedih, marah, dan takut membuat performa kita buruk.
Oleh karena itu, kita perlu terus memelihara emosi positif kita. Misalnya dengan melingkupi diri kita dengan lingkungan yang positif dan mendukung, meluangkan waktu untuk bersenang-senang, meditasi, relaksasi, menghabiskan waktu berkualitas dengan orang-orang tercinta, dan masih banyak lagi.
Memelihara dan meningkatkan kapasitas energi spiritual
Energi spiritual adalah energi yang timbul dari tujuan atau purpose dan nilai-nilai inti (core value) yang kita junjung tinggi, seperti memberikan dampak pada kehidupan banyak orang, ingin mengubah dunia menjadi lebih baik, ingin membahagiakan orang-orang terkasih, dan masih banyak lagi.
Inilah mengapa, tanpa mengetahui tujuan hidup kita, kita merasa hidup dan diri kita tak berarti/meaningless. Karena, tujuan memberikan kita energi, memberikan napas dalam hidup kita.
Fakta bahwa 4 energi ini ada dan sangat vital perannya dalam hidup manusia (yakni membuat manusia bertindak lebih efektif) bertolak belakang dengan apa yang dijelaskan Grant Cardone, bahwa kita, manusia tidak membutuhkan pemulihan dan latihan fisik untuk mencapai impian kita.
Justru pemulihan dalam bentuk istirahat tubuh dan otak, atau dengan relaksasi sangat dibutuhkan untuk mengembalikan asupan energi kita. Begitu juga dengan pemulihan energi emosional yang bisa dilakukan dengan bersenang-senang, refreshing, berkumpul dengan orang-orang terkasih, justru bisa mengembalikan energi emosional yang melemah akibat berjam-jam bekerja (aktivitas bekerja yang sarat dengan tantangan, masalah, dan tanggung jawab merupakan kondisi yang potensial bagi timbulnya energi negatif dalam diri kita).
Eisenhower Matrix
Di waktu yang lain, Presiden Amerika Serikat ke-34 Dwight Eisenhower mengajarkan kita bagaimana menentukan prioritas sehari-hari dengan cara yang populer dikenal “Eisenhower Matrix”.
Eisenhower Matrix membagi prioritas sehari-hari menjadi 4 kuadran, yakni:
Kuadran 1: Aktivitas yang penting dan urgent
Kuadran 2: Aktivitas yang penting dan tidak urgent
Kuadran 3: Aktivitas yang tidak penting namun urgent
Kudran 4: Aktivitas yang tidak penting dan tidak urgent
Aktivitas yang penting dan urgent adalah aktivitas-aktivitas yang secara langsung bisa membawa kita pada gol kita. Contohnya jika gol kita adalah memiliki sebuah blog yang lengkap dengan tulisan bermanfaat, maka salah satu aktivitas yang penting dan urgent adalah menulis artikel untuk blog kita.
Jika gol kita adalah menjual 1000 eksemplar buku, maka salah satu aktivitas yang penting dan urgent adalah menawarkan buku yang kita jual kepada audiens atau calon pembeli.
Aktivitas yang penting namun tidak urgent adalah aktivitas-aktivitas yang penting bagi pencapaian gol kita namun tidak langsung berhubungan dengan gol kita.
Contohnya jika gol kita adalah memiliki sebuah blog yang lengkap dengan tulisan bermanfaat, maka salah satu aktivitas yang penting dan tidak urgent adalah mengasah kemampuan menulis dan memperkaya ilmu dan referensi.
Jika gol kita adalah menjual 1000 eksemplar buku, maka salah satu aktivitas yang penting dan tidak urgent adalah belajar strategi penjualan dan teknik persuasi.
Aktivitas yang tidak penting namun urgent adalah aktivitas yang tidak berhubungan dengan gol kita, namun perlu segera dilakukan. Contohnya adalah menjawab pertanyaan tetangga tentang suatu hal yang dibutuhkannya.
Sedangkan aktivitas yang tidak penting dan tidak urgent adalah aktivitas yang tidak berhubungan dengan gol kita dan tidak perlu segera dilakukan. Ini adalah aktivitas-aktivitas yang justru bisa menghambat diri kita mencapai gol. Contohnya adalah berselancar di internet tanpa tujuan, berkelahi, dan menonton acara-acara yang tidak mendidik.
Dari 4 aktivitas ini, Eisenhower mengajarkan kita untuk menempatkan aktivitas yang penting dan tidak urgent sebagai prioritas pertama. Prioritas keduanya adalah aktivitas yang penting dan urgent. Prioritas ketiganya, aktivitas yang tidak penting namun urgent. Dan prioritas terakhir adalah aktivitas yang tidak penting dan tidak urgent.
Mengapa aktivitas di kuadran ke-2 (penting dan tidak urgent) lebih prioritas dibanding aktivitas di kuadran ke-1 (penting dan urgent)?
Perhatikan ilustrasi berikut ini untuk memahami alasannya.
Bayangkan Anda punya gol, yakni memiliki sebuah blog yang berisi artikel-artikel bermanfaat di bidang yang Anda tekuni. Aktivitas yang penting dan urgent untuk menwujudkannya adalah menulis artikel untuk blog itu. Sedangkan aktivitas yang penting dan tidak urgent untuk mewujudkannya adalah mengasah kemampuan menulis dan memperkaya ilmu pengetahuan di bidang yang Anda tekuni agar Anda bisa memproduksi tulisan berkualitas untuk blog Anda.
Bagaimana jika Anda lebih mementingkan memproduksi tulisan daripada mengasah kemampuan menulis Anda dan memperkaya ilmu di biadang yang Anda tekuni? Maka, kualitas artikel yang Anda produksi pun rendah atau Anda membutuhkan waktu yang lama untuk memproduksi artikel berkualitas.
Sebaliknya, jika Anda lebih mementingkan mengasah kemampuan menulis dan memperkaya ilmu di bidang yang Anda tekuni, maka memproduksi artikel berkualitas menjadi lebih mudah dan cepat.
Nah, sampai di sini kita bisa menarik benang antara apa yang disampaikan Tony Zchwartz & Jim Leohr dengan apa yang disampaikan Eisenhower. Jika kita fahami secara seksama, aktivitas di kuadran ke-2 dalam Eisenhower Matrix adalah aktivitas-aktivitas yang bisa memelihara & meningkatkan kapasitas energi kita.
Ini berkebalikan dengan apa yang dijelaskan oleh Grant Cardone di buku “Be Obsessed or Be Average”. Dalam buku itu, Cardone justru mengajarkan kita untuk mengesampingkan olahraga dan traveling padahal olahraga bisa meningkatkan kapasitas energi fisik kita dan traveling bisa meningkatkan kapasitas energi emosional kita, di mana kedua energi itu menjadikan kita bertindak lebih efektif.
Dari apa yang disampaikan Tony Schwartz & Jim Leohr, serta Dwight Eisenhower kita bisa menarik pelajaran bahwa kita TIDAK HARUS bekerja terlalu keras untuk sukses dan mencapai gol-gol dalam hidup kita.
Justru menghabiskan waktu hanya untuk bekerja, bahkan sampai overwork membuat hasil kerja kita tidak maksimal dan menurunkan kualitas kerja kita.
So artinya, obsesi pada sebuah gol idealnya tidak menjadikan kita overwork dan melupakan hal lain seperti olahraga, istirahat, bersenang-senang, dan berkumpul dengan keluarga.
Sadari hal ini dan jadikan aktivitas-aktivitas di kuadran ke-2 seperti belajar, membaca buku dan olahraga yang bisa meningkatkan kapasitas energi kita sebagai prioritas pertama.
Barulah prioritas ke-2 nya adalah bekerja untuk mencapai gol-gol yang Anda obsesikan.
Dengan pendekatan seperti ini, maka obsesi Anda terarahkan dengan benar dan bisa semakin mendekatkan diri Anda pada gol-gol yang Anda obsesikan.
4. Petakan prosesnya dari awal sampai akhir
Seringkali ada orang yang terobsesi pada sebuah gol tanpa mengetahui bagaimana cara mencapai gol itu, bagaimana plan untuk mencapai gol tersebut, sehingga ia menempuh cara yang acak untuk mencapai gol tersebut.
Banyak yang tergila-gila ingin menjadi artis, misalnya namun tak tahu bagaimana merealisasikannya, sehingga yang dilakukan hanya ikut arus ke sana ke mari.
Ada juga yang terobsesi menjadi kaya namun tak memiliki plan untuk mewujudkan kekayaan, sehingga yang dilakukan adalah mencoba-coba berbagai cara dan berkutat di tempat.
Artinya, obsesi saja tidaklah cukup. Bekali diri Anda dengan plan untuk mencapai gol yang Anda obsesikan. Petakan step by step nya dari awal sampai akhir. Apa strategi untuk mencapainya? Apa saja hambatan yang mungkin muncul di tengah jalan? Apa solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan itu? Bagaimana jika strategi yang ditempuh tidak membuahkan hasil? Apa plan B untuk menggantikannya? Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk mencapai gol tersebut?
Nah, demikianlah bagaimana membuat obsesi bekerja untuk Anda. Jika Anda punya pemikiran lain atau ada yang ingin Anda sampaikan, silakan memberikan komentar.
Agus Setiawan, seorang pembelajar yang sangat menyenangi dunia pengembangan diri khususnya dunia pikiran. Hasratnya untuk membantu banyak orang membawanya mendalami berbagai pengetahuan tentang pengembangan diri dan hipnoterapi. Ia menjadi hipnoterapis yang direkomendasikan oleh Adi W Gunawan Institute. Dalam prosesnya Pria kelahiran 1982 ini juga menemukan Sistem Bacakilat yang menggunakan pikiran sadar dan bawah sadar untuk meningkatkan keefektifan dalam membaca buku yang sudah dibawakan ke berbagai kota mulai tahun 2009. Dorongan untuk membantu lebih banyak orang lagi membuatnya mendirikan Aquarius Resources yang berperan untuk memberikan Re-Edukasi terbaik kepada setiap orang yang ingin menempuh kesuksesan dalam kehidupannya.
Session expired
Please log in again. The login page will open in a new window. After logging in you can close it and return to this page.