Perkembangan diri ibarat saat Anda mendaki gunung. Setiap kali tiba di puncak, Anda melihat puncak-puncak lain yang belum Anda taklukkan dan ingin Anda taklukkan dalam perjalanan berikutnya. Ia merupakan perjalanan yang tidak pernah berakhir. A never ending journey.
Menurut anggapan banyak orang, perkembangan diri berlawanan dengan penerimaan diri alias self-acceptance. Self-acceptance dianggap menjadikan orang puas dan mandek.
Mengapa begitu?
Ini karena, menurut mereka, penerimaan diri, menerima kekurangan berarti menganggap kekurangan itu bukan sebagai kekurangan melainkan kelebihan. Nah, manakala kekurangan dipandang sebagai kelebihan, maka logikanya buat apa Anda bersusah-payah memperbaikinya? Bukankah Anda baik-baik saja dengan kekurangan itu?
Itulah mengapa menurut mereka, self-acceptance bertentangan dengan perkembangan diri, dan bahkan menghambatnya.
Tetapi, tahukah Anda, ternyata para pakar berpikir sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa self-acceptance tidaklah menghambat perkembangan diri, tetapi justru menunjangnya.
Penasaran?
Tiga Alasan Mengapa Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Menunjang Perkembangan Diri Anda
Bagaimana bisa self-acceptance mendorong Anda untuk terus berkembang?
Berikut ini beberapa alasannya.
1. Penerimaan diri mengajarkan Anda untuk lebih bersabar
Setiap orang pasti memiliki kekurangan. Tak terkecuali Anda. Namun demikian, reaksi masing-masing orang terhadap kekurangan berbeda-beda. Ada yang menerimanya dan ada yang menolaknya.
Sebagaimana dijelaskan di atas, banyak orang menganggap bahwa menerima kekurangan sama artinya menganggap kekurangan itu sebagai kelebihan yang tidak perlu diperbaiki. Nah, dari anggapan ini, mereka memilih menolak kekurangan mereka. Menurut mereka, penerimaan diri menjadikan mereka pribadi yang mandek, merasa puas dengan hidup mereka, dan karenanya tidak terdorong untuk maju.
Tetapi, sebenarnya, yang terjadi bukanlah seperti itu. Menerima kekurangan tidaklah sama artinya dengan menganggap kekurangan sebagai kelebihan yang tidak perlu diperbaiki.
Ketika Anda menerima kekurangan Anda, Anda tetap menganggapnya sebagai kekurangan yang perlu diperbaiki. Hanya saja, Anda tidak menyesali kekurangan itu. Anda juga tidak menyalahkan diri Anda sebagai sumber kekurangan tersebut. Anda memafaakan dan memaklumi diri Anda karena memiliki kekurangan itu.
Justru sikap memaafkan dan memaklumi diri sendiri inilah yang memotivasi Anda untuk terus berkembang, untuk OPTIMIS memperbaiki kekurangan tersebut. Memaafkan diri atas kekurangan Anda membuat Anda lebih BERSABAR dalam meningkatkan diri. Anda jadi lebih bersabar bahwasanya proses perkembangan diri tidaklah selalu berjalan mulus dan instan. Penerimaan diri mengajarkan Anda untuk menyikapi kekurangan dengan wajar, menganggap kekurangan sebagai fase yang normal dilalui oleh manusia.
Ini berbeda dari orang-orang yang menolak kekurangan mereka. Penolakan itu alih-alih memotivasi mereka untuk memperbaiki kekurangan tersebut justru membuat mereka PESIMIS. Ini karena, ketika menolak kekuarangan mereka, mereka bukan hanya menganggap kekurangan itu masalah. Lebih dari itu, mereka MENYESALI kekurangan tersebut dan larut dalam penyesalan itu hingga lupa untuk memperbaikinya.
2. Mengajarkan Anda untuk memaafkan kesalahan Anda
Dalam perjalanan hidup, setiap orang pasti pernah berbuat salah dan mengalami kegagalan. Anda pun tak terkecuali.Namun, reaksi orang berbeda-beda dalam menyikapinya. Ada yang menerimanya dengan santai. Ada juga yang menolak dan menyesalinya.
Nah, coba tebak, di antara dua sikap di atas, mana sikap yang membantu perkembangan diri dan yang menghambatnya! Heheheh.
Tentu Anda tahu, bukan, bahwa sikap yang membantu perkembangan diri adalah sikap menerima kesalahan dan kegagalan itu. Sementara itu, sikap yang menghambatnya adalah sikap menolak kegagalan dan kesalahan tersebut.
Tetapi, apa alasannya?
Seseorang yang menerima kesalahan yang telah dilakukannya, ia memaafkan diri sendiri karena telah melakukan kesalahan itu. Ia tidak membiarkan dirinya terlarut dalam penyesalan. Ia paham bahwa melakukan kesalahan adalah hal yang lumrah dan tidak perlu terus menerus diratapi. Dan, justru karena itulah dia menerima dan mengakui bahwa ia telah berbuat salah. Baginya, sekalipun sudah melakukan kesalahan, semuanya masih bisa diperbaiki. Hidup tidaklah berakhir hanya karena kesalahan itu.
Demikian juga dengan kegagalan. Baginya, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Ia memandang kegagalan sebagai hal yang wajar dalam perjalanan hidup. Tidak ada yang bisa luput darinya, entah sekali seumur hidup atau berkali-kali selama hidup.
Dari pemahaman inilah dia menerima kegagalan dengan ikhlas dan dapat melanjutkan perjalanan, dapat terus mengembangkan dirinya. Ia tidak menjadi tawanan bagi masa lalunya yang gagal.
Sebaliknya, orang yang menolak kesalahan cenderung menganggap kesalahan itu sebagai akhir dari segalanya. Menurutnya, kesalahan dan kegagalan adalah masalah yang luar biasa besar. Kesalahan dan kegagalan membuatnya berpikir bahwa ia tidak layak dan tidak kompeten. Buktinya, ia melakukan kesalahan dan kegagalan.
Nah, anggapan bahwa dirinya tidak layak dan tidak kompeten membuatnya pesimis dalam mengembangkan dirinya. “Saya tidak bisa. Saya tidak mampu. Saya orang yang gagal,” demikian pikirnya. Hal itu menghancurkan motivasinya untuk terus maju.
3. Mengajarkan Anda untuk menghargai proses
Andaikanlah Anda sedang mempelajari sebuah keterampilan baru. Kebetulan, Anda tidak memiliki bakat dalam keterampilan itu. Dan, karenanya, Anda agak bersusah payah menguasainya. Dibanding si A, misalnya, yang berbakat dalam bidang itu, usaha Anda untuk menguasai keterampilan tersebut jauh lebih besar. Anda harus berjuang mati-matian, barulah bisa menguasainya.
Nah, penerimaan diri bisa membantu memotivasi Anda untuk tidak menyerah di tengah perjuangan Anda.
Dalam konteks ini, penerimaaan diri berarti menerima diri Anda yang lamban dalam menguasai keterampilan tersebut. Anda tidak menyalahkan diri Anda sendiri karena kelambanan Anda. Dengan sikap ini, Anda jadi lebih menghargai proses. Anda paham bahwa menguasai sesuatu yang baru tidak harus selalu instan. Ada orang yang bisa menguasainya dengan cepat dan ada pula yang harus berusaha keras. Dan, it’s ok, tak masalah.
Berbeda jadinya jika Anda tidak menerima kelambanan Anda. Anda akan menyalahkan diri Anda sendiri atas kelambanan tersebut. Menurut Anda, kelambanan itu adalah AIB yang MEMALUKAN.
Penolakan itu membuat Anda tidak mampu menghargai proses. Anda tidak mau tahu. Anda ingin seperti si A, misalnya, yang bisa menguasai keterampilan tersebut dengan cepat. Mendapati diri Anda bersusah-payah menguasai keterampilan itu membuat Anda malu dan akhirnya malah menyerah di tengah perjuangan Anda.
Kesimpulan
Nah, dari penjelasan di atas, Anda paham, bukan, berkebalikan dari anggapan banyak orang, penerimaan diri bukannya menghambat perkembangan diri Anda, tetapi justru menunjangnya.
Penerimaan diri alias self-acceptance mengajarkan kepada Anda untuk memaafkan kelemahan, kesalan, dan kegagalan Anda, dan move on darinya. Ia mengajarkan Anda untuk terus melanjutkan hidup, terus berkembang, tidak terpaku meratapi kelemahan, kesalan, dan kegagalan Anda.
Untuk mengembangkan diri Anda, Anda perlu untuk pertama-tama menerima diri Anda apa adanya, menerima segala kelebihan dan kekurangan Anda, bukan menyesalinya.
Baca juga:
Rahasia Sukses Mengembangkan Diri
Pengembangan Diri: Cara Praktis Menjadi Sukses
Ini Dia Cara Memperkuat Mental sehingga Anda lebih Percaya Diri dan Berani Menghadapi Apapun!
Menghilangkan Rasa Takut terhadap Tantangan dengan Teknik Afirmasi
Program Pengembangan Diri Anda Gagal di Tengah Jalan? Ini Solusinya!