Berdamai dengan Deadline

Bagaimana komentar Anda mengenai “deadline”? Apakah menurut Anda deadline merupakan penghalang? Atau, apakah sebaliknya, menurut Anda deadline merupakan dorongan yang memotivasi Anda?

Well, banyak alasan mengapa Anda membenci deadline. Salah satunya yakni deadline membatasi kreativitas Anda. Selain itu, deadline menekan Anda sedemikian sehingga membuat Anda stres, di mana pada ujungnya, stres itu menghambat kerja Anda.

Pertanyaannya, bagaimana deadline membatasi kreativitas Anda?

Dengan deadline, di mana waktu Anda dibatasi, Anda terjerumus dalam kontrol di luar diri Anda. Jadi, deadline membuat Anda terkontrol.

Melalui deadline, faktor luar menentukan kualitas karya/kerja Anda. Inilah yang membuat Anda kurang kreatif.

Untuk mempermudah Anda memahaminya, mari kita simak dan bandingkan dua ilsutrasi berikut ini.

Ilustrasi pertama:

Anda berkeinginan untuk menulis artikel yang nantinya akan Anda terbitkan di blog pribadi Anda. Tujuan Anda menulis artikel tersebut yakni untuk memenuhi kesenangan Anda. Tidak ada orang yang mengupah Anda untuk membuat artikel itu. Tidak ada pula tujuan mendesak untuk menerbitkan artikel itu. Artikel itu ditulis sekadar karena Anda sedang ingin menulis, menuangkan pikiran Anda. Syukur-syukur jika ada yang berkenan untuk membacanya.

Dan oleh karena itu, Anda dapat menulis kapan pun, di mana pun, dan sampai kapan pun. Tidak ada deadline yang membatasi kapan artikel Anda harus selesai.

Nah, karena tidak ada deadline, tidak ada yang mengontrol Anda, Anda pun bisa leluasa untuk mengeksplor tema yang Anda angkat. Anda memiliki waktu yang tak terbatas untuk menyempurnakan artikel Anda.

Jika hari ini Anda berpikir bahwa sasaran artikel Anda adalah anak-anak muda, besok, saat melajutkan artikel itu, Anda dapat merevisi tulisan Anda sesuai dengan sasaran baru Anda (Misalnya, ternyata di hari kemudian, Anda ingin agar pembaca artikel Anda adalah kalangan 30 tahun ke atas).

Karena tidak ada deadline, tidak ada batas waktu dan kontrol, Anda dapat berkarya sekehendak Anda. Anda dapat berkarya sesuai dengan idealisme dan kata hati Anda. Orang lain tidak dapat mendiktekan keinginannya terhadap karya Anda. Anda sendirilah yang menjadi tuan bagi tulisan Anda.

Sekarang, perhatikan ilustrasi kedua berikut ini:

Suatu hari, Anda menulis sebuah artikel yang nantinya akan Anda kirimkan ke redaksi sebuah majalah terkemuka di Indonesia. Kendati tidak terikat kontrak dengan redaksi/penerbit itu, Anda menetapkan deadline bagi diri Anda sendiri. Mengapa? Bagi majalah tersebut, artikel yang dikirimkan kepadanya harus up to date/ sesuai dengan isu yang sedang mencuat.

Itu artinya, Anda harus segera menyelesaikannya sebelum isu itu berlalu dan berganti dengan isu lainnya.

Karena terikat deadline, Anda pun harus cepat-cepat menyelesaikan artikel itu. Kesempatan untuk mengeksplor tema yang Anda angkat sangat terbatas. Anda bahkan tidak dapat menyempurnakan artikel Anda sesuai dengan yang Anda inginkan, terlebih saat deadline sudah berada di hadapan Anda.

Nah, dari contoh di atas, kira-kira, dalam ilsutrasi yang mana Anda dapat bekerja (menulis artikel) secara maksimal? Dalam ilsutrasi yang mana Anda dapat mencurahkan seluruh daya kreatif Anda?

Tentu, kita semua tahu, jawabannya adalah dalam ilustrasi pertama. Anda jauh lebih kreatif saat Anda bekerja tanpa batas waktu.

Deadline, Kontrol dari Luar, Tanggung Jawab, dan Kreativitas

Mengapa deadline membatasi kreativitas Anda? sebagaimana ilustrasi di atas, saat Anda bekerja dengan deadline, biasanya Anda bekerja bukan demi pekerjaan itu sendiri, melainkan untuk menyenangkan orang lain, untuk memperoleh upah, untuk memenuhi tututan pasar, dan demi tujuan apa pun, selain demi kesenangan dan demi kerja/karya itu sendiri.

Dan, saat Anda bekerja demi tujuan di luar diri Anda, seperti tujuan-tujuan di atas, Anda bertanggung jawab atas karya Anda, di mana tanggung jawab ini membebani diri Anda. Tanggung jawab membuat pekerjaan yang Anda lakukan serasa seperti “kerja”, bukan “permainan”.

Nah, inilah yang menjadikan Anda kurang kreatif. Kerja yang serasa “kerja” membebani psikologis Anda sedemikian sehingga Anda tidak dapat berkonsentrasi penuh. Konsentrasi Anda bukannya tercurah pada kerja itu sendiri, melainkan pada kecemasan kalau-kalau pekerjaan Anda belum selesai saat deadline tiba, atau kalau-kalau hasilnya mengecewakan pembaca.

Sebaliknya, kerja yang dilakukan demi kerja itu sendiri niscaya akan lebih mengalir dan kreatif. Mengapa? Kerja yang dilakukan demi kerja itu sendiri tidak menuntut Anda untuk bertanggung jawab atas kerja tersebut. Selain itu, kerja itu juga tidak menuntut Anda untuk menyelesaikannya dalam rentang waktu tertentu (tidak terikat deadline).

Nah, karena tidak terikat tanggung jawab dan deadline, kerja tersebut bukan serasa kerja, melainkan serasa permainan/play. Dan, saat kerja yang Anda lakukan serasa permainan, maka Anda bisa berkonsentrasi penuh pada pekerjaan itu. Konsentrasi Anda tidak terganggu oleh kecemasan dan ketakutan. Anda tidak perlu takut kalau-kalau pekerjaan Anda belum selesai saat deadline tiba; Anda juga tidak perlu takut kalau-kalau orang lain mengritik hasil kerja Anda. Anda bebas bekerja sesuai keinginan Anda. Anda menjadi tuan bagi pekerjaan Anda.

Dalam kondisi seperti itu (dalam kondisi di mana Anda memiliki kebebasan dan kontrol terhadap pekerjaan Anda), kreativitas Anda lebih leluasa mengalir, Anda dapat mencurahkan seluruh kreativitas Anda.

Sisi Positif Deadline

Sekali pun deadline membatasi kreativitas Anda, deadline tetap memiliki nilai positif bagi Anda.

Jika tidak percaya, coba bayangkan Anda menulis sebuah artikel (dengan tema A) tanpa batas waktu. Bayangkan Anda dapat menulis artikel itu di mana saja dan kapan saja.

Kira-kira, bagaimana hasil akhir artikel Anda? Bisa jadi, hasil akhir artikel Anda sangat menakjubkan. Anda dengan sangat tajam mengeksplor tema tersebut sedemikian sehingga artikel Anda penuh dengan ide segar dan tak terduga.

Tetapi, tidak menutup kemungkinan juga, hasil akhir artikel itu tidak memiliki fokus yang jelas. Tema yang dibahas melebar ke sana-ke mari. Anda bingung dengan ide Anda sendiri. Mengapa demikian? Karena keleluasaan waktu, Anda kehilangan tujuan. Yup! Anda lupa dengan tujuan awal Anda menulis artikel itu.

Nah, di sinilah peran deadline/batas waktu dapat kita saksikan. Deadline berperan untuk menjaga kita tetap pada tujuan semula.

Selain itu, deadline menghindarkan Anda dari perfeksionisme. Waktu yang terbatas memaksa Anda untuk segera mencapai goal/tujuan Anda.

Berdamai dengan Deadline

Jika Anda bekerja untuk orang lain, dalam arti karya yang Anda hasilkan merupakan pesanan orang lain, maka biasanya deadline tidak terelakkan. Sang klien tentu menetapkan batas waktu/deadline untuk karya yang Anda hasilkan. Sebenci apa pun Anda dengan deadline yang ditetapkannya, Anda tidak bisa mengelak. Benar, bukan?

Nah, agar dalam bekerja Anda tetap dapat menikmati kebebasan Anda, tetap menikmati otoritas Anda, Anda dapat mengkomunikasikan deadline tersebut dengan klien Anda.

Komukasikan apakah deadline tersebut sangat singkat bagi Anda sehingga Anda tidak bakal mampu menyelesaikan tugas Anda tepat waktu. Komunikasikan pula segi kualitas yang dapat Anda capai jika deadline-nya terlalu singkat.

Yang terpenting, jangan biarkan diri Anda terganggu oleh deadline tersebut. Karena, sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, deadline berperan menuntun Anda tetap pada tujuan semula dan menghindarkan Anda dari perfeksionisme.

Jadi, sekali pun deadline mengusik Anda, membuat Anda seolah dikontrol oleh faktor di luar diri Anda, Anda tetap membutuhkannya. Mengapa? Pertama, karena deadline itu tak terelakkan (merupakan tuntutan klien Anda); Kedua, karena deadline menuntun Anda tetap pada tujuan semula.

Rina Ulwia

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

Leave a Reply

Close Menu