Kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang sangat krusial bagi pengusaha. Bagaimana tidak? Kreativitas menjadi sarana untuk menemukan ide, solusi, serta melakukan inovasi.
Tanpa kemampuan berpikir kreatif, perusahaan akan berhenti berjalan. Ia akan stag hingga lama-kelamaan mengalami kemunduran.
Mengapa demikian? Karena, setiap perusahaan senantiasa bersaing satu sama lain, di mana salah satu modus persaingan adalah persaingan inovasi. Jikalau perusahaan tidak rutin berinovasi, maka niscaya ia kalah bersaing. Jika sudah demikian, maka akibatnya sangat fatal.
Nah, begitu krusial, bukan, kemampuan berpikir kreatif bagi perusahaan? Oleh karena itulah, Anda, sebagai seorang pengusaha wajib memiliki kemampuan itu.
Mungkin Anda berpikir bahwa Anda bukanlah orang yang kreatif. Anda ragu dan bertanya dalam hati, “Mampukah saya menciptakan ide-ide kreatif, mengingat IQ saya yang standar?” Dengan pertanyaan itu, Anda beranggapan bahwa kemampuan berpikir kreatif hanya dipunyai oleh mereka yang genius dan memiliki IQ di atas rata-rata.
Pertanyaannya, apakah anggapan Anda itu benar? Benarkah hanya orang genius dengan IQ tinggi yang pantas memiliki kemampuan berpikir kreatif?
Jawabannya, tidak! Sekali lagi tidak!
Setiap orang berpotensi memiliki kemampuan berpikir kreatif, termasuk Anda yang hanya ber-IQ standar. Tetapi, bagaimana cara menguasai kemampuan itu?
Penasaran? Ini dia uraian selengkapnya.
Inkubasi
Tentu Anda familiar, bukan, dengan istilah inkubasi? Anda sering mendengar istilah inkubasi ketika gencar wabah penyakit yang ditularkan melalui virus, seperti wabah flu burung, ebola, sars, antrax dan sebagainya.
Istilah inkubasi juga sering terdengar berkaitan dengan wabah demam berdarah. Selain itu, inkubasi juga berarti proses induk mengerami telur ayam.
Nah, sebenarnya, apa, sih, yang dimaksud dengan inkubasi? Kamus online merriam-webster.com mendefinisikan inkubasi sebagai proses pemeliharaan (virus atau telur) di bawah kondisi yang memungkinkan virus atau telur tersebut berkembang dengan baik hingga menetas/aktif.
“Sebentar, sebentar! Lha ini membahas rahasia berpikir kreatif kok sampai virus, telur, dan inkubasi. Gimana, sih?” mungkin demikian tanya Anda.
Baiklah, sekarang penulis jelaskan apa hubungan inkubasi dengan berpikir kreatif.
Hubungan antara keduanya yaitu…..Taraaaaa! 😀
Rahasia berpikir kreatif yang akan penulis bongkar dalam artikel ini adalah INKUBASI! Yup! inkubasi.
Salah satu langkah yang dapat Anda tempuh agar dapat berpikir kreatif yaitu dengan melakukan inkubasi. Tetapi, inkubasi ini bukan berarti Anda mengerami telur, lho, ya. Heheheh.
Inkubasi ini jaaaaauh lebih simple ketimbang inkubasi yang dilakukan oleh induk ayam. Kendati simple, inkubasi ini sangat ampuh sedemikian sehingga Anda mampu memproduksi ide-ide yang kreatif dan inovatif untuk bisnis Anda.
Nah, lantas, apa yang dimaksud inkubasi dalam kaitannya dengan berpikir kreatif?
Jika inkubasi pada unggas berupa pengeraman, maka dalam term berpikir kreatif, inkubasi berarti mengistirahatkan pikiran.
Jadi, manakala Anda merasa mentok, tidak ada ide yang dapat Anda ciptakan untuk melakukan inovasi atau memecahkan masalah, tidak ada salahnya untuk berhenti sejenak, beristirahat, menenangkan pikiran.
Inkubasi tidak harus berarti tidur atau memejamkan mata. Anda dapat melakukan aktivitas apa pun kecuali memikirkan masalah yang coba Anda pecahkan tadi.
Inkubasi vs Istirahat Biasa
Sebagaimana baru saja dijelaskan, Anda dapat mencari ide kreatif dengan cara berinkubasi. Banyak cara yang dapat Anda lakukan untuk berinkubasi seperti tidur, mendengarkan musik, bermain game, mengobrol, atau membaca buku.
Namun demikian, ada perbedaan antara inkubasi dengan istirahat biasa.
Jason Gallate (seorang pakar psikologi dan neurosains) bersama beberapa temannya melakukan studi berkiatan dengan inkubasi. Tujuannya yaitu untuk mengetahui bagaimana inkubasi berpengaruh pada kreativitas.
Dalam studi itu, partisipan diminta untuk mengerjakan beberapa tes. Pada sesi pertama, partisipan diminta untuk mengerjakan tes kreativitas. Dalam tes itu, partisipan diminta untuk menyebutkan manfaat dari sebuah kursi sebanyak-banyaknya. Partisipan dapat menyebutkan manfaat kursi sekehendak mereka. Mereka dapat menyebutkan bahwa kursi dapat digunakan untuk duduk, berbaring, melempar orang, mengejutkan orang lain dengan menggebrak kursi, memecahkan biji kenari dengan kaki kursi, daaaaaaan sebagainya.
Nah, setelah sesi itu selesai, partisipan diminta untuk mengerjakan tugas kedua, yaitu mengerjakan soal matematika. Tetapi, sebelum tes itu berlangsung, partisipan dibagi ke dalam dua kelompok.
Sebelum tes dimulai, kelompok pertama diberi tahu bahwa setelah mengerjakan tes matematika, mereka akan kembali mengerjakan tes kreativitas (tugas untuk menyebutkan manfaat kursi sebanyak-banyaknya). Sementara itu, kelompok kedua tidak diberi tahu bahwa mereka akan kembali mengerjakan tes kreativitas.
Setelah tes matematika berakhir dan kedua kelompok kembali pada tes kreativitas, didapatkan bahwa hasil tes kreativitas yang kedua menunjukkan bahwa kelompok pertama lebih unggul dibanding kelompok kedua. Ini artinya, ide kreatif yang dihasilkan kelompok pertama berkaitan dengan manfaat kursi jauh lebih banyak daripada ide kreatif yang dihasilkan kelompok kedua.
Nah, kesimpulan apa yang dapat ditarik dari studi di atas? Yakni bahwa untuk melakukan inkubasi, kita harus berniat untuk kembali membahas masalah yang hendak kita selesaikan setelah masa inkubasi selesai.
Jadi, apabila sekarang Anda menjumpai suatu masalah, katakanlah masalah A, dan Anda kehabisan ide untuk memecahkannya, Anda dapat melakukan inkubasi. Caranya yaitu, berhenti memikirkan masalah itu.
Anda dapat melakukan aktivitas lainnya seperti tidur, membaca buku, mengobrol, mendengarkan musik, atau pun bermain game. Tetapi, sebelum melakukan inkubasi, pastikan bahwa Anda MENIATKAN diri untuk kembali pada masalah A setelah inkubasi selesai.
Mengapa Anda harus meniatkan diri untuk kembali membahas masalah A? Niat itu sebenarnya merupakan instruksi yang memerintahkan otak Anda untuk bekerja, mencari ide untuk memecahkan masalah Anda.
Jadi, ketika Anda berinkubasi, pikiran sadar Anda berhenti mencari ide untuk memecahkan masalah A, tetapi pikiran bawah sadar Anda tidak berhenti mencari. Dengan niat yang Anda kemukakan, ia terus mencari ide untuk memecahkan masalah Anda. Walhasil, saat inkubasi selesai dan Anda kembali pada masalah A, banyak ide kreatif yang muncul di benak Anda.
Sukses Berpikir Kreatif dengan Inkubasi
Setelah menyimak penjelasan di atas, bagaimana tanggapan Anda? Mudah, bukan, melakukan inkubasi?
Setidaknya, langkah-langkah melakukan inkubasi dapat dirangkum sebagai berikut.
1. Persiapan
Sebelum melakukan inkubasi, tidak ada salahnya untuk mencoba memecahkan masalah Anda dari berbagai sudut pandang.
Semakin banyak sudut pandang, semakin bagus. Mengapa? Sudut pandang-sudut pandang itu dapat memberikan jawaban bagi pikiran bawah sadar untuk memecahkan masalah Anda.
2. Niat
Langkah kedua yaitu niat. Niatkan untuk kembali pada permasalahan Anda setelah masa inkubasi selesai.
Sebagai contoh, Anda kesulitan mencari solusi untuk masalah A. Lantas, Anda pun keluar ruangan untuk mengobrol (melakukan inkubasi). Nah, sebelum Anda keluar, Anda berniat begini: “Sekarang istirahat dulu. 30 menit buat ngobrol. Nanti, setelah pikiran plong, kembali lagi ke masalah ini.”
Dengan niat tersebut, pikiran bawah sadar Anda aktif bekerja, mencari ide untuk memecahkan masalah Anda. Sementara itu, pikiran sadar Anda asyik mengobrol dengan orang lain.
3. Istirahat singkat
Studi menunjukkan bahwa waktu ideal untuk berinkubasi adalah selama 30 menit.
Jadi, Anda dapat beristirahat selama 30 menit lalu kembali lagi pada permasalahan Anda.
Demikianlah rahasia berpikir kreatif yang dapat penulis sampaikan kepada Anda. Semoga uraian tersebut bermanfaat bagi Anda.
Akhir kata, selamat berinkubasi dan rasakan manfaatnya yang fantastis 😀