Bingung Membuat Keputusan? Yuk, Belajar dari Benjamin Franklin

Benner-4.pnj

Pada pemilihan umum presiden bulan lalu, siapa yang Anda pilih? Heheheh, cukup dijawab dalam hati saja, ya.

Bicara soal pemilihan umum, yang ingin penulis tanyakan kepada Anda yaitu, bagaimana pengalaman Anda berpartisipasi dalam momen besar bangsa Indonesia itu? Sudahkah Anda mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelum momen itu tiba? Artinya, apakah Anda sudah tahu hendak memilih calon presiden yang mana dan sudah mantab dengan pilihan itu? Atau, menjelang hari H, Anda masih bimbang menentukan pilihan, karena menurut Anda, memilih presiden harus berdasarkan pertimbangan dari berbagai faktor?

Memang, seringkali menentukan pilihan sangatlah sulit dilakukan. Sebagaimana telah penulis jelaskan dalam artikel yang berjudul Membongkar Mitos Limitless Choices: Sudahkah Anda Berkomitmen? (Bagian 2), menentukan pilihan dilakukan dengan membandingkan informasi-informasi yang berkaitan dengan orang/benda-benda yang hendak dipilih. Ini artinya, menentukan pilihan tidak sesederhana membandingkan pilihan-pilihan tersebut hanya dari satu sisi. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk mengukur layak atau tidaknya seseorang/sebuah benda untuk dipilih. Apalagi jika pilihan yang tersaji di hadapan kita sangaaat banyak.

Nah, dalam artikel ini, penulis akan mengajak Anda untuk mengenal teknik membuat keputusan (making decision) yang biasa digunakan oleh Benjamin Franklin, salah seorang pendiri Amerika Serikat yang tersohor itu.

Prinsip yang digunakan dalam teknik ini yaitu membandingkan masing-masing faktor/informasi dari berbagai pilihan yang hendak dipilih. Misalnya, di hadapan kita terdapat 3 pilihan, yakni A, B, dan C. A, B, dan C masing-masing dapat dipertimbangkan melalui 3 faktor, yakni faktor harga, volume, dan kualitas.

Jadi, yang kita lakukan dalam teknik itu adalah membandingkan harga A, B, dan C, serta membandingkan volume dan kualitas antara A, B, dan C.

Yang perlu Anda ingat, faktor/informasi yang Anda peroleh mengenai masing-masing pilihan harus akurat, atau paling tidak 95% akurat. Tujuannya yaitu agar hasil yang diperoleh objektif, tidak mengandung bias.

Penulis berharap, semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.

Sekarang, seperti apa teknik itu? Yuk, langsung saja kita simak uraian lengkapnya berikut ini.

1. Susun Tabel

Sebelum melakukan langkah pertama, mari kita andaikan kita hendak membuat keputusan untuk bekerja di perusahaan A atau perusahaan B. Jadi, pilihan yang akan kita pilih yaitu bekerja di perusahaan A atau di perusahaan B.

Nah, tabel yang kita susun disesuaikan dengan banyaknya pilihan, serta banyaknya faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih. Semakin banyak pilihan dan semakin banyak faktor pertimbangannya, maka ukuran tabel semakin lebar.

Oleh karena itu, untuk menyusun tabel ini, disarankan untuk menggunakan Microsoft Exel.

Berdasarkan contoh di atas, susun tabel yang terdiri dari 6 kolom x 10 baris.

Pada baris pertama, tuliskan judul “Faktor”, “Prioritas”, “Pilihan 1”, “Jumlah 1”, “Pilihan 2”, “Jumlah 2” berturut-turut dari kolom pertama hingga kolom ke-6. Anggap kolom “Pilihan 1” mewakili perusahaan A. Sementara itu, kolom “Pilihan 2” mewakili perusahaan B.

Adapun penampakannya yaitu sebagai berikut.

contoh pertama

2. Tuliskan Faktor

Langkah selanjutnya yaitu menuliskan semua faktor yang menjadi pertimbangan untuk menentukan pilihan di atas.

Dalam contoh di atas, ada 8 faktor yang menjadi pertimbangan untuk menentukan pilihan yang ada, yakni jam kerja, transportasi, gaji, tunjangan kesehatan, pensiun, jenjang karir, prospek, dan stabilitas.

Tuliskan semua faktor itu ke dalam kolom “Faktor”, berturut-turut dari atas ke bawah.

Oya, jangan lupa, pada kolom “Faktor” baris terakhir, tuliskan judul “Total”.

Penampakannya adalah sebagai berikut.

contoh teknik

3. Apa Faktor Terpenting?

Langkah ketiga yaitu memberi nilai masing-masing faktor. Faktor apakah yang menurut Anda paling penting? Pada kolom “Prioritas” beri nilai dari 1 hingga 9 sesuai dengan tingkat kepentingan.

Jika menurut Anda jam kerja merupakan faktor yang lebih penting dari transportasi, maka nilai jam kerja harus lebih tinggi dibanding nilai transportasi. Jika Anda menganggap bobot keduanya sama, maka jangan ragu untuk memberikan nilai yang sama.

Semakin penting sebuah faktor bagi Anda, maka berikan nilai yang semakin besar untuk faktor tersebut.

Berikut ini contoh nilai prioritas faktor yang penulis susun.

contoh tiga

4. Beri Skor

Setelah semua faktor diberi nilai sesuai tingkat prioritas, sekarang saatnya untuk memberikan nilai/skor masing-masing faktor pada perusahaan pertama (pilihan 1).

Nilai ini berbeda dengan nilai prioritas, lho, ya. Jika nilai prioritas faktor didasarkan pada tingkat kepentingan/prioritas masing-masing faktor menurut Anda, maka nilai faktor pada masing-masing pilihan (perusahaan A dan perusahaan B) didasarkan pada tingkat kepuasan/keuntungan yang ditawarkan faktor tersebut kepada Anda.

Semakin sebuah faktor memenuhi syarat kepuasan Anda (menguntungkan Anda), maka berikan skor yang tinggi pada faktor tersebut. Sebaliknya, semakin sebuah faktor kurang menguntungkan/memenuhi syarat kepuasan Anda, maka jangan ragu untuk memberikan skor yang rendah untuk faktor tersebut.

Sebagai contoh, jarak antara kantor/perusahaan A dengan rumah Anda yaitu 30 km. Bagi Anda, jarak tersebut lumayan jauh (semakin jauh, semakin melelahkan). Belum lagi kemacetan jalanan (membuang waktu) dan ongkos transportnya.

Dari deskripsi di atas, Anda pun dapat menyimpulkan bahwa transportasi untuk bekerja di perusahaan A kurang memenuhi standar kepuasan alias kurang menguntungkan Anda. Transportasi untuk bekerja di perusahaan A cukup sulit atau ribet, menurut Anda. Oleh karena itu, jangan ragu untuk memberikan skor yang rendah untuk faktor transportasi pada kolom “Pilihan 1” (perusahaan A). Anda dapat memberikan skor 4, 3, 5, 6 dan sebagainya tergantung pada penilaian Anda.

Lakukan langkah yang sama pada kolom “Pilihan 2” (perusahaan B). Tuliskan skor masing-masing faktor pada kolom “Pilihan 2” sesuai dengan tingkat kepuasan Anda.

Berikut merupakan contoh bagaimana memberikan skor masing-masing faktor pada perusahaan A dan perusahaan B.

contoh empat

5. Kalikan Skor

Langkah selanjutnya yaitu mengalikan skor masing-masing faktor pada kedua pilihan (perusahaan A dan perusahaan B) dengan nilai prioritas masing-masing faktor.

Tuliskan hasilnya pada kolom “Jumlah 1” (pada perusahaan A) dan “Jumlah 2” (pada Perusahaan B).

Penampakannya yaitu seperti tabel berikut.

contoh lima

6. Jumlahkan

Langkah terakhir yaitu menjumlahkan hasil perkalian pada kolom “Jumlah 1” dan hasil perkalian pada kolom “Jumlah 2”.

Jumlahkan semua angka pada kolom “Jumlah 1”. Lakukan hal yang sama pada kolom “Jumlah 2”. Tulis masing-masing hasilnya pada baris “Total”.

Hasilnya akan tampak seperti berikut.

contoh enam

7. Bandingkan

Nah, sekarang, bandingkan jumlah totalnya. Mana di antara kedua jumlah tersebut (jumlah 1 dan jumlah 2 yang jumlah totalnya lebih besar? Yang jumlahnya lebih besar, itulah yang harus Anda pilih.

Dalam contoh di atas, jumlah total kolom “Jumlah 2” lebih besar dibanding jumlah total kolom “Jumlah 1”. Ini artinya, Pilihan 2 lah yang harus Anda pilih karena memiliki jumlah total yang lebih besar dari jumlah total Pilihan 1.

Nah, mudah, bukan, menerapkan teknik membuat keputusan seeprti di atas? Namun demikian, perlu Anda ketahui bahwa Anda harus berhati-hati dalam memberikan skor terhadap masing-masing faktor yang ada. Mengapa? Karena, terkadang, kita memberikan skor secara subjektif. Hanya karena sejak semula kita sudah suka terhadap salah satu pilihan dibanding pilihan lainnya, lantas kita memberikan skor yang tinggi untuk faktor-faktor yang memberikan karakteristik pilihan itu.

Sebagai contoh, karena pada awalnya Anda memang ingin bekerja di perusahaan A, lantas Anda memerikan skor yang tinggi pada faktor yang berkaitan dengan perusahaan A. Anda memberikan nilai 9 untuk transportasi ke kantor A; Anda memberikan nilai 8 untuk jenjang karir di perusahaan A, dan seterusnya. Padahal, dalam kenyataannya, informasi yang sebenarnya tidak seperti itu; Pada kenyataannya, transportasi ke kantor A sangat susah dan ribet, misalnya.

Jika bias/pemberian skor secara subjektif terjadi, maka hasil perhitungan akan sia-sia belaka, karena toh keputusan Anda didasarkan paka subjektifitas Anda, bukan didasarkan pada pertimbangan objektif sebagaimana yang berlaku dalam teknik ini.

Sampai di sini, sukup jelas, bukan bagaimana mengimplementasikan teknik di atas?

Akhir kata, selamat mencoba!

Benner-4.pnj

Rina Ulwia
 

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

>