Apakah Anda satu di antara sekian banyak orang yang menderita kecanduan media sosial?
Bagi Anda, tiada hari tanpa medsos. Bahkan, sangking keranjingannya terhadap media sosial, sampai-sampai Anda tidak jadi mengantuk ketika membuka akun medsos Anda. Padahal, sebelumnya mata Anda tinggal 5 watt.
Bukan hanya itu, saat bangun tidur, aktivitas yang pertama kali Anda lakukan bukanlah cuci muka dan gosok gigi melainkan mengecek notifikasi medsos.
Di kantor, Anda bukannya memanfaatkan waktu untuk bekerja, tetapi justru menghabiskan waktu untuk ber-chatting ria dengan teman medsos. Atau, jika tidak, Anda sibuk berdebat. Hingga akhirnya, tugas terbengkalai dan Anda harus lembur demi menyelesaikannya. Dan, karena itu Anda menyesal.
Sebenarnya, media sosial memberi manfaat bagi kita. Ia mempertemukan kita dengan orang dari latar belakang yang berbeda-beda. Hal itu tentu menambah koneksi kita. Dengan terhubung dengan orang-orang dari berbagai penjuru dunia, kita bisa menjaga komunikasi. Kita bisa mengetahui kabar mereka, bisa saling tukar pengetahuan dan pengalaman. Selain itu, media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan dan mempromosikan produk Anda kepada khalayak.
Namun demikian, apabila penggunaannya berlebihan, media sosial justru merusak.
Para pakar menyimpulkan adanya dampak negatif kecanduan media sosial bagi penggunanya di samping menurunnya produktivitas kerja.
Nah, berikut ini beberapa dampak negatif kecanduan media sosial menurut para pakar.
Menurut para pakar, kecanduan media sosial bukanlah masalah yang sepele. Ia bisa sangat merusak bagi si penderitanya.
Berikut ini beberapa dampak kecanduan media sosial yang cukup merusak.
Bagaimana kecanduan media sosial dapat menurunkan kemampuan berpikir?
Ketika Anda kecanduan media sosial, Anda menjadi terbiasa melakukan aktivitas secara multitasking. Ketika Anda sedang bekerja, belum ada satu jam mengerjakan tugas, otak Anda sudah dipenuhi keinginan untuk membuka akun medsos Anda, mengecek informasi terbaru di dalamnya. Baru beberapa detik membuka akun medsos, pikiran terdorong untuk kembali pada pekerjaan. Dan, Anda pun kembali pada tugas Anda. Tetapi, belum sampai satu menit, pikiran Anda kembali dipenuhi dorongan untuk segera mengecek informasi terbaru di medsos.
Karena hal itu, lama-kelamaan, otak Anda bingung. Anda tidak dapat berkonsentrasi pada satu hal dalam waktu yang lama. Perhatian Anda cepat teralihkan. Jika sudah begitu, maka Anda tidak dapat menyerap informasi dengan menyeluruh dan mendalam. Anda hanya menyerap informasi secara DANGKAL, hanya permukaannya saja yang Anda serap.
Selain mengurangi kemampuan berpikir, kecanduan media sosial juga membuat Anda menjadi pribadi yang narsis. Anda jadi terobsesi terhadap diri Anda sendiri.
Mengapa bisa begitu?
Ketika Anda men-share foto di medsos, timbul dorongan untuk mengharapkan like dan komentar terhadap foto tersebut. Demikian juga ketika Anda memposting status. Timbul dorongan untuk mengharapkan komentar dan like dari teman-teman medsos Anda.
Mendapatkan notifikasi bahwa status atau foto yang Anda share disukai dan dipuji teman menimbulkan sensasi kegembiraan tersendiri. Sensasi itu membuat Anda ketagihan. Yup, Anda jadi ketagihan like dan komentar dari teman. Dan, karena ketagihan itu, Anda pun jadi terobsesi terhadap diri Anda sendiri. Selalu terngiang-ngiang di benak Anda bagaimana cara mengekspose diri Anda di media sosial. Anda selalu memikirkan bagaimana cara supaya Anda terlihat sempurna di media sosial agar mendapat banyak komentar dan like.
Bagaimana persaan Anda ketika melihat kesuksesan teman medsos Anda yang megah? Penulis jamin, Anda membandingkan kesuksesannya dengan kesuksesan Anda. Benar, bukan?
Bagaimana pula ketika teman medsos Anda mendapat banyak like dan komentar yang positif sedangkan Anda tidak? Tentu, Anda iri, bukan?
Bahkan, dalam tahap yang akut, keirian itu bisa berubah menjadi kekecewaan! Yup, Anda menjadi kecewa terhadap diri Anda sendiri yang menurut Anda tidak sesempurna teman-teman medsos Anda. Bahkan, bisa-bisa self-esteem Anda menurun.
Sebuah studi di Jerman yang diterbitkan pada Desember 2012 menyimpulkan, semakin sering seseorang menghabiskan waktu di media sosial, semakin mereka merasa kehidupan mereka buruk.
Demikian beberapa dampak negatif kecanduan media sosial bagi Anda. Selain dampak di atas, kecanduan media sosial juga membuat produktivitas kerja menurun. Karena, waktu yang seharusnya digunakan untuk bekerja malah digunakan untuk berselancar di medsos.
Setelah mengetahui dampak negatif medsos, sekarang penulis ingin bertanya kepada Anda, apakah Anda mengidap kecanduan media sosial?
Berikut ini beberapa tanda Anda menderita kecanduan medsos.
Untuk mengetahui apakah Anda kecanduan media sosial atau tidak, perhatikan perilaku Anda. Apabila Anda melakukan hal-hal berikut ini, Anda berindikasi mengidap kecanduan medsos.
1. Aktivitas yang Anda lakukan pertama kali setelah bangun tidur adalah membuka akun medsos.
2. Menghabiskan banyak waktu untuk berpikir dan merencanakan bagaimana Anda akan menggunakan akun medsos Anda. Anda menyempatkan diri untuk memikirkan apa yang akan Anda tulis di medsos, apa yang akan Anda share kepada teman-teman medsos Anda.
3. Ada dorongan yang kuat untuk membuka akun media sosial, kapan pun dan di mana pun.
4. Menghabiskan banyak waktu untuk berselancar di media sosial.
Nah, jika Anda mengalami tanda-tanda di atas, bisa disimpulkan Anda mengidap kecanduan media sosial. Itu bukanlah masalah yang sepele karena sebagaimana disebutkan di atas, kecanduan media sosial bisa membawa banyak dampak buruk bagi Anda. Dampak buruk itu dapat merusak kehidupan Anda. Oleh karena itu, Anda perlu segera mengambil tindakan untuk menghentikan kecanduan itu.
Lalu, bagaimana caranya?
Berikut ini penulis uraikan beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi kecanduan media sosial. Cara-cara ini berdasarkan pengalaman penulis sendiri. Sejujurnya, sebelum menulis artikel ini, penulis menderita kecanduan media sosial. Bahkan, kecanduan penulis sudah sampai pada taraf akut! Penulis lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar komputer, berselancar di media sosial, menunggu notifikasi, mencari berita/informasi yang menarik dan sebagainya.
Tetapi, semenjak penulis sadar hal itu tidak bisa terus dibiarkan, penulis pun berkomitmen untuk menghentikan kecanduan tersebut. Hasilnya, sudah satu minggu ini, penulis jarang membuka akun medsos. Yup, eksperimen penulis ini baru berjalan satu minggu. Tetapi, itu sudah sangat bagus mengingat taraf kecanduan penulis sudah sangat akut.
Berikut ini cara-cara yang penulis lakukan untuk mengatasi dorongan berselancar di media sosial. Semoga, cara ini juga berkhasiat untuk Anda.
Seringkali, ketika tiba-tiba terbersit ide cemerlang atau uneg-uneg di benak, kita langsung ingin menuliskannya di akun medsos.
Contoh, ketika Anda menjumpai peristiwa yang tidak berkenan di hati Anda, terbersit keinginan untuk menuliskan uneg-uneg Anda tentang peristiwa itu di akun media sosial.
Sejujurnya, setelah Anda menuliskan uneg-uneg Anda, apakah Anda lantas puas?
Penulis jamin tidak!
Mengapa?
Karena, tulisan itu tidak mewakili pikiran Anda seutuhnya. Ia menjadi OPINI yang DANGKAL, yang melihat dan menilai peristiwa tanpa penghayatan yang mendalam.
Yup! Ketika sebuah ide atau uneg-uneg ditulis di akun medsos dalam bentuk status yang singkat, muatan ide/uneg-uneg itu sangatlah dangkal.
Bagaimana tidak?
Biasanya, ia hanya mengandung kesimpulan bukan argumen yang lengkap yang memuat kesimpulan beserta alasan/penjelasan mengapa kesimpulannya seperti itu.
Hal itu membuat Anda tidak puas dengan status tersebut.
Namun demikian, ketidakpuasan itu justru dapat Anda jadikan sebagai cara untuk melenyapkan dorongan membuka akun media sosial.
Ketika terbersit keinginan untuk membuka akun medsos dan menuliskan uneg-uneg Anda dalam bentuk status, ingatkan diri Anda bahwa lebih baik Anda menuliskan uneg-uneg itu dalam bentuk artikel yang panjang.
Dengan menuliskannya dalam bentuk artikel, uneg-uneg itu menjadi TULISAN YANG DALAM, yang TIDAK hanya memuat pernyataan-pertanyaan DANGKAL. Anda dapat mengembangkan uneg-uneg Anda, memberinya rasionalisasi, dan bahkan merevisi dan mengoreksi kekeliruannya.
Nah, daripada Anda menuliskannya dalam bentuk status medsos yang singkat dan dangkal dan karenanya Anda tidak puas, lebih baik urungkan niat untuk membuka akun medsos. Gunakan waktu yang ada untuk menulis artikel panjang yang berisi uneg-uneg Anda.
Dengan cara di atas, Anda terhindar dari candu medsos yang memabukkan. Hehehehe.
Apa yang biasa dilakukan orangtua ketika anaknya merengek minta dibelikan mainan?
Lumrahnya, apabila orangtua tidak berkeinginan untuk membelikan anaknya mainan, mereka berusaha mengalihkan perhatian sang anak. Perhatian sang anak dialihkan dari mainan yang diinginkannya kepada hal lain.
Sebagai contoh, Anda sebagai orangtua memiliki anak umur 3 tahun yang merengek minta dibelikan pistol-pistolan. Karena Anda tidak mau anak Anda belajar kekerasan, Anda pun tidak bersedia membelikannya mainan itu. Nah, agar ia tidak menangis, Anda pun lantas mengalihkan perhatiannya dari pistol-pistolan ke hal lainnya. Misal, di dekat toko yang menjual pistol-pistolan terdapat toko yang menjual mainan bola. Anda pun lantas mengalihkan perhatiannya dari pistol-pistolan ke bola yang juga menarik bagi anak Anda.
Dengan begitu, perhatian anak Anda teralihkan. Ia lupa pistol-pistolan dan jadi sibuk pada permainan lainnnya.
Sama dengan orangtua di atas, ketika timbul dorongan yang kuat untuk membuka akun medsos, Anda dapat melenyapkan dorongan itu dengan cara mengalihkan perhatian Anda.
Salah satu tanda seseorang kecanduan media sosial yaitu terus teriang-ngiang keinginan untuk membuka akun medsosnya. Demikian juga dengan pengalaman penulis sendiri. Sebelum terbebas dari kecanduan medsos, ketika rasa bosan melanda, terbersit keinginan untuk berselancar di media sosial, awalnya untuk sekadar menghilangkan kesuntukan. Tetapi, ketika penulis menahan keinginan itu, yang terjadi justru keinginan itu semakin kuat. Seolah muncul kata-kata, “facebook” berulang-ulang di kepala penulis yang mendorong penulis untuk segera membuka akun facebook penulis. Sebelum terbebas dari kecanduan medsos, setiap kali terjadi hal di atas, penulis akhirnya tidak dapat menahan diri dan menyerah. Penulis membiarkan diri penulis memenuhi keinginan itu dengan membuka akun medsos penulis.
Tetapi, sekarang, semua berubah. Apa yang membuat penulis berhasil menepis dorongan utuk membuka akun media sosial?
Jawabannya, penulis mengalihkan perhatian penulis. Ketika terbersit keinginan untuk membuka akun medsos, penulis lantas melakukan hal lainnya seperti mendengarkan musik, break sejenak dan keluar ruangan, cuci muka atau menyapa teman.
Dengan mengalihkan perhatian, penulis lupa dengan keinginan untuk membuka medsos.
Nah, jika cara di atas manjur bagi penulis, cara di atas tentu juga manjur bagi Anda. Kuncinya, Anda benar-benar berkomitmen untuk menghilangkan kecanduan Anda. Tanpa komitmen dan keseriusan, cara di atas tidak akan membuahkan hasil.
Penulis berani menjamin!
Mengapa? Karena, tanpa adanya komitmen, tanpa adanya kesadaran bahwa menghentikan kecanduan medsos sangat urgent bagi Anda, maka bawah sadar Anda tidak akan terdorong untuk berubah, untuk menghilangkan kecanduan itu.
Dan, agar lebih powerful, lakukan pula cara berikutnya.
Apa itu?
Bayangkan konten di dalamnya.
Sejatinya, apa, sih, yang Anda peroleh dari media sosial?
Penulis berani bertaruh, hanya sedikit informasi yang bermanfaat di dalamnya. Benar, bukan?
Waktu pertama kali memiliki akun medsos, mungkin Anda masih tertarik pada informasi yang di-share teman-teman Anda. Anda masih terhibur mengetahui kabar mereka, mengetahui apa yang mereka tulis, melihat foto-foto mereka, dan membaca berita yang mereka bagikan. Tetapi, lama-kelamaan, Anda pasti bosan.
Mengapa?
Karena, yang di-share ya itu-itu saja. Sangking seringnya teman-teman medsos Anda men-share foto mereka, Anda sampai bosan melihatnya. Gayanya ya itu-itu saja, tidak ada yang baru.
Sama halnya dengan foto, ketika menulis status, intinya sama saja setiap harinya. Tidak ada lagi status yang WOW. Apalagi ketika men-share berita. Baaaaaanyak sekali yang isinya hanya HOAX!
Sungguh membosankan!
Dan, justru karena itu, Anda ingin terbebas dari candu medsos.
Tetapi, bagaimana caranya?
Ketika muncul dorongan untuk membuka akun medsos, bayangkan isi di dalamnya. Bayangkan status teman Anda yang penuh keluhan. Bayangkan foto teman-teman Anda yang membosankan. Bayangkan umpatan kawan yang monoton. Bayangkan berita hoax yang bertebaran yang membuat Anda gerah.
Niscaya, Anda urung membuka akun medsos Anda.
Cara di atas cukup manjur bagi penulis. Semoga, ia juga manjur Anda terapkan.
Agus Setiawan, seorang pembelajar yang sangat menyenangi dunia pengembangan diri khususnya dunia pikiran. Hasratnya untuk membantu banyak orang membawanya mendalami berbagai pengetahuan tentang pengembangan diri dan hipnoterapi. Ia menjadi hipnoterapis yang direkomendasikan oleh Adi W Gunawan Institute. Dalam prosesnya Pria kelahiran 1982 ini juga menemukan Sistem Bacakilat yang menggunakan pikiran sadar dan bawah sadar untuk meningkatkan keefektifan dalam membaca buku yang sudah dibawakan ke berbagai kota mulai tahun 2009. Dorongan untuk membantu lebih banyak orang lagi membuatnya mendirikan Aquarius Resources yang berperan untuk memberikan Re-Edukasi terbaik kepada setiap orang yang ingin menempuh kesuksesan dalam kehidupannya.
Session expired
Please log in again. The login page will open in a new window. After logging in you can close it and return to this page.