Sekarang Anda sedang melanjutkan studi? Jika ya, berapa nilai Anda? A? B? C? Hheheh.
“Saya dapat nilai bagus terus. Setiap ujian, saya dapat A,” jawab Anda.
Wow! Hebat, dong!!
“Tapi, entah kenapa, nilai itu justru bikin saya malu.”
Mengapa malu?
“Karena, meskipun nilai saya bagus-bagus, tapi dalam praktik, saya nol.”
Tahukah Anda mengapa bisa begitu?
“Ngga tahu :(”
Hmm, memang, nilai yang bagus bukanlah jaminan! Nilai yang bagus bukanlah indikasi kita bisa menerapkan ilmu dalam kehidupan.
Kok bisa?
Karena, kita hanya menyerap ilmu tersebut tanpa tahu manfaatnya bagi kehidupan; Kita tidak menghubungkan ilmu yang kita pelajari dengan kebutuhan kita. Kita menyerap informasi dari buku sekadar untuk mendapat nilai yang sempurna.
Jika sudah begitu, maka belajar menjadi sia-sia. Kita paham otak butuh oksigen. Kita paham jantung memompa darah ke otak dan seluruh tubuh. Tetapi, kita tidak paham apa arti informasi itu. Walhasil, saat dihadapkan pada masalah otak (mudah lupa, misalnya), kita tidak dapat menggunakan informasi itu untuk memecahkannya.
Lantas, bagaimana cara mengatasinya? Bagaimana agar belajar tidak sia-sia? Bagaimana cara belajar efektif?
Jawabannya, tentu saja, Anda harus menghubungkan ilmu yang Anda pelajari dengan kebutuhan manusia. Anda belajar bukan sekadar untuk mendapat nilai. Anda belajar untuk membantu Anda memecahkan masalah.
Tetapi, bagaimana cara menghubungkan ilmu/informasi yang dipelajari dengan kebutuhan hidup?
Caranya: BERTANYA!
“It’s not that i’m so smart but i stay with questions much longer.”
-Albert Einstein
Sebagaimana kutipan di atas, Einstein mengungkapkan, keberhasilannya bukan lantaran dia cerdas, melainkan karena ia terus bertanya.
Dalam kutipan lain, Einstein menjelaskan:
“If I had an hour to solve a problem and my life depended on solution, I would spend the first 55 minutes determining the proper question to ask…for once I know the proper question, I could solve the problem in less than five minutes.”
-Albert Einstein
Jika saya punya satu jam untuk memecahkan masalah dan hidup saya tergantung pada solusinya, saya akan menghabiskan 55 menit pertama untuk menentukan pertanyaan yang tepat…setelah saya tahu pertanyaan yang tepat, saya dapat memecahkan masalah itu dalam waktu kurang dari lima menit.
Dari kutipan-kutipan di atas, kita tahu, bagi Einstein, pertanyaan saaaaaangat penting. Mungkin, bisa dibilang, cara belajar efektif menurut Einstein adalah BERTANYA.
Nah, jika Einstein saja bisa sukses berkat pertanyaan, maka Anda pun dapat menirunya. Anda dapat menjadikan Einstein sebagai role model dalam belajar. Jadikan “bertanya’ sebagai cara belajar efektif.
Apa Pentingnya Bertanya?
Sekarang, pertanyaannya, dalam belajar, mengapa bertanya itu penting? Untuk menjawabnya, coba Anda perhatikan pernyataan berikut.
Arteri memiliki dinding yang tebal dan elastis.
Kira-kira, dari informasi itu, apa yang Anda dapat? Pertama, dinding arteri tebal. Kedua, selain tebal, ia juga elastis.
Nah, apakah informasi itu cukup untuk Anda? Coba sekarang balik pernyataan itu menjadi pertanyaan:
Mengapa arteri memiliki dinding yang tebal dan elastis?
Dengan pertanyaan itu, apa yang Anda dapat?
1. Arteri memiliki dinding yang elastis untuk mengantisipasi naik turunnya tekanan darah.
2. Arteri memiliki dinding yang tebal untuk mengantisipasi saat tekanan darah meningkat.
Dengan dua informasi itu, pemahaman Anda tentang arteri sedikit lebih maju dibanding pengetahuan Anda sebelumnya, bukan? Itu artinya, dengan bertanya, Anda dapat meningkatkan pengetahuan Anda.
Sekarang, coba perhatikan informasi berikut.
Di dunia ini, kita mengenal bermacam warna. Ada warna merah, putih, hitam, hijau, biru, ungu, dan coklat.
Apa yang Anda dapat dari informasi di atas? Membaca informasi di atas, penulis jamin, Anda bosan karena merasa informasi itu sudah sangat amat ‘basi’! Semua orang juga tahu bermacam warna di dunia ini. Bahkan, semua orang tahu ada jenis warna pokok dan warna campuran. Sama sekali tak ada yang baru!
Tetapi, coba Anda perhatikan baik-baik nama-nama warna itu. Merah, putih, hitam, hijau, biru, ungu, dan coklat. Adakah yang ganjil dari nama-nama warna itu? Semua diungkapkan dalam bahasa Indonesia, kecuali warna coklat!
Dari temuan itu, Anda dapat bertanya kepada diri Anda sendiri:
Kalau orang Indonesia menyebut warna coklat dengan coklat, lantas sebelum buah coklat masuk ke Indonesia, bagaimana mereka menyebut warna coklat? Istilah ‘coklat’ untuk warna kan diambil dari buah coklat, yang kebetulan warnanya juga coklat?
Nah, dari situ, Anda dapat menggali informasi tentang bagaimana orang Indonesia dulu menyebut warna coklat. Dari situ, Anda tahu, ternyata, sebelum buah coklat masuk ke Indonesia, mereka menyebut warna coklat dengan ‘sawo matang‘.
Taraaaa!!! Temuan Baru!!!
Dari dua contoh di atas, Anda semakin yakin, bukan, bertanya sangat bermanfaat dalam belajar?
Menyerap informasi secara pasif (membaca buku, misalnya) tanpa dibarengi pertanyaan dapat menjerumuskan Anda pada ilusi bahwa Anda telah memahami buku itu dengan lengkap.
Sebaliknya, dengan bertanya, Anda dapat mengetahui informasi lainnya yang masih berhubungan dengan apa yang Anda pelajari. Bertanya dapat menuntun Anda pada penemuan baru. Bertanya dapat menuntun Anda pada pemahaman yang utuh. Bertanya juga dapat menuntun Anda pada pemecahan masalah!
Yup! Pemecahan masalah. Itu yang terpenting.
Untuk itu, jangan ragu untuk terus bertanya. Bertanyalah kepada diri sendiri atau pun kepada orang lain. Bertanyalah tentang informasi/pengetahuan yang baru Anda pelajari. Setiap informasi disampaikan dalam bentuk yang tidak utuh. Ada juga informasi yang tidak valid. Tanpa bertanya, Anda menerima informasi itu mentah-mentah, tanpa tahu informasi itu benar atau salah. Akibatnya, Anda tak dapat menggunakannya saat Anda membutuhkannya.
Cara Belajar Efektif: Rumuskan Pertanyaan yang Tepat
Setelah mengetahui pentingnya bertanya, sekarang, pertanyaan yang bagaimana yang dapat menuntun Anda pada pemecahan masalah? Apakah asal bertanya? Atau, Anda harus merumuskan bentuk pertanyaannya?
Jawabannya, tentu saja, Anda perlu mengemukakan pertanyaan yang tepat! Jika tidak, maka alih-alih menemukan solusi, Anda justru semakin jauh dari solusi. Pertanyaan yang salah dapat semakin menjauhkan Anda dari solusi, dari informasi-informasi yang relevan dengan masalah itu.
Nah, seperti apa pertanyaan yang tepat itu?
Dalam sebuah artikel di situs mempowered.com, Dr. Fiona McPherson menjelaskan, untuk memutuskan apakah sebuah pertanyaan tepat atau tidak, Anda dapat bertanya kepada diri Anda sendiri:
1. Apakah pertanyaan itu membuat informasi berarti?
2. Apakah pertanyaan itu membuat informasi dapat dipahami secara utuh?
3. Apakah pertanyaan itu dapat memperkaya pengetahuan baru (yang berhubungan dengan informasi awal) bagi Anda?
Jika pertanyaan Anda tidak membuat informasi yang Anda peroleh berarti, maka pertanyaan itu tidak tepat.
Tetapi, apa itu informasi yang berarti?
Informasi yang berarti adalah informasi yang relevan dengan masalah Anda.
Sebagai contoh, sambil melanjutkan studi, Anda ingin membuka usaha. Nah, sebelum memutuskan jenis usaha apa yang akan Anda jalani, Anda perlu banyak bertanya kepada diri Anda sendiri:
1. Produk apa yang banyak dicari di pasar?
2. Berapa banyak pesaingnya?
3. Apa rata-rata status sosial pelanggan?
Dari pertanyaan-pertanyaan itu, Anda memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan/kebutuhan/masalah Anda. Pertanyaan pertama memberikan jawaban kepada Anda bahwa produk yang banyak dicari di pasaran adalah smartphone, misalnya. Anda pun dapat berjualan smartphone.
Tetapi, berbekal informasi itu saja, Anda belum bisa memutuskan untuk berjualan smartphone. Anda butuh pertanyaan kedua. Dengan pertanyaan kedua, Anda memperoleh jawaban banyaknya pesaing hanya satu, misal. Dari situ, Anda dapat menyimpulkan Anda memiliki kesempatan besar untuk berbisnis smartphone. Karena, peluang pasarnya besar, pesaingnya sedikit.
Dari pertanyaan ketiga, Anda memperoleh jawaban, rata-rata, status sosial pelanggan adalah dari kalangan menengah atas. Nah, dari situ, Anda dapat memutuskan jenis smartphone yang bagaimana yang cocok untuk pasar, apakah smartphone di atas 5 juta atau di bawah 5 juta.
Jadi, pertanyaan harus menggiring Anda pada informasi yang relevan dengan tujuan/masalah Anda. Selain itu, pertanyaan juga harus bisa membuat pemahaman Anda penuh/komprehensif.
Pemahaman komprehensif itu yang bagaimana? Pemahaman yang utuh, di mana Anda paham hubungan antara satu informasi dengan informasi lainnya. Sebagai contoh, ada 2 fakta/informasi sebagai berikut:
Arteri memiliki dinding yang tebal dan elastis, yang membawa darah kaya akan oksigen dari jantung.
Pembuluh vena memiliki dinding yang lebih tipis dan lebih tidak elastis, dan membawa darah kaya akan karbon dioksida kembali ke jantung.
Dari informasi di atas, Anda dapat merumuskan pertanyaan berikut:
Mengapa dinding arteri lebih elastis dibanding dinding pembuluh vena?
Dari pertanyaan itu, Anda mendapat jawaban:
Arteri membawa darah dari jantung ke otak dan ke seluruh tubuh. Darah mengalir dengan volume dan kecepatan yang berbeda. Hal itu membuat tekanan darah tidak stabil. Oleh karena itu, dinding arteri tebal. Gunanya untuk mengantisipasi perubahan tekanan. Sementara itu, dinding vena lebih tidak elastis karena ia membawa darah dari seluruh tubuh ke jantung. Darah mengalir dengan tekanan yang stabil. Oleh karena itu, dinding vena lebih tidak elastis karena tidak perlu mengantisipasi ketidakstabilan tekanan.
Jawaban/informasi itu memberikan pemahaman yang lebih lengkap dari informasi sebelumnya, bukan? Dengan pertanyaan di atas, pemahaman Anda mengenai pembuluh arteri dan pembuluh nadi jadi sedikit lebih lengkap. Berkaitan dengan pembuluh darah, Anda dapat terus melanjutkan pertanyaan hingga pemahaman Anda benar-benar lengkap, tak ada yang tersisa lagi.
Sama halnya ketika Anda menjumpai masalah dan ingin memecahkannya. Anda dapat menggunakan strategi di atas untuk menemukan solusi. Rumuskan pertanyaan yang tepat, yang dapat menggiring Anda kepada jawaban/informasi yang relevan dengan masalah Anda.
Demikianlah cara belajar efektif yang dapat penulis sampaikan kepada Anda. Bertanya sangatlah penting. Jawaban bermula dari pertanyaan. Penemuan baru juga berawal dari pertanyaan. Untuk itu, jangan ragu untuk terus bertanya. Rumuskan pertanyaan yang tepat, yang sesuai dengan masalah/tujuan Anda.
Akhir kata, selamat mencoba cara di atas!