Suatu hari, si A dan si B memutuskan untuk membakar sampah yang sudah menumpuk di depan rumah mereka. Sampah itu terdiri dari dedaunan kering dan plastik.
Untuk membakar sampah itu, mereka membutuhkan minyak tanah. Tetapi, karena minyak tanah sukar ditemukan, mereka pun menggantinya dengan bensin.
Singkat cerita, diputuskan si A bertugas mengguyur sampah dengan bensin dan menyulutnya dengan korek api. Sementara itu, si B bertugas untuk membeli bensin eceran di pinggir jalan.
Nah, ketika si A hendak menyulut api, tiba-tiba si B menghentikannya. “Stop! Jangan dekat-dekat nyalainnya. Nanti loe kesambar apinya.”
Mendengar larangan temannya, si A tetap ngeyel. Ia tetap menyulut api dari jarak dekat.
Lantas, apa yang terjadi?
“Brusss!!!” Api menyambar apa saja yang ada di depannya! Untung si A masih sempat menghindar. Meskipun terpental, yang terpenting ia tidak ikut tersambar kobarannya dan hanya luka sedikit di pergelangan kaki akibat terjatuh.
“Kan sudah dibilangin, jangan dekat-dekat. Dikasih tau ngeyel!” Demikian reaksi si B seketika melihat temannya jatuh tersungkur.
“Haduuuuuh, sakit, nih, kaki gue. Barusan serem amaaaat!! Tapi, ngomong-ngomong, kok, bisa nyambar, ya, apinya?” tanya si A penasaran.
“Ga tau. Tapi, seringnya gitu, sih, kalo bakar bensin,” jawab si B asal-asalan.
Nah, dari cerita di atas, apa yang dapat Anda simpulkan?
Yup! Tepat! 100% tepat! Inti cerita di atas adalah DAHSYATNYA INTUISI! Dalam cerita itu, apa yang mendorong si B melarang si A menyulut api dari jarak dekat adalah intuisinya. Ketika melihat si A hendak menyulut api, tiba-tiba terbersit FIRASAT BURUK di hati si B. Firasat itu menyuruhnya mencegah si A menyulut api dari jarak dekat.
Rupanya, firasat itu tepat! Andai saja si A mendengarkan si B, maka ia terhindar dari semburan api dan tak perlu menahan sakit karena luka di kakinya. Tetapi, si A tidak menghiraukan larangan itu. Akibatnya, ia terluka di kaki lantaran terpental.
Hebat sekali, bukan, kekuatan firasat alias intuisi?! Berkat intuisi, si B mampu meramalkan apa yang bakal terjadi pada temannya. Berkat intuisi, si B mengambil keputusan yang tepat, yaitu mencegah temannya menyulut api dari jarak dekat.
Memang, sudah menjadi rahasia umum intuisi saaaaangat dahsyat. Anda tentu sudah tahu itu sejak dulu. Tetapi, pertanyaannya, bagaimana cara memperoleh intuisi? Mengapa intuisi si B kuat dibanding si A? Mengapa orang-orang tertentu memiliki intuisi yang tajam, sedangkan Anda tidak?
Untuk menjawabnya, pertama kita harus tahu apa sebenarnya intuisi itu. Kita harus tahu apa sumber intuisi, bagaimana intuisi muncul, dan apakah intuisi selalu benar atau kadang-kadang salah. Dari situ, kita pun tahu cara mempertajam intuisi kita.
Apa Itu Intuisi?
Artikel yang berjudul Kekuatan Pikiran Anda Itu Bernama Intuisi! menjawab 4 pertanyaan di atas. Dalam artikel itu, dijelaskan pengertian intuisi menurut para pakar psikologi. Menurut para pakar, intuisi adalah pengetahuan yang muncul secara tiba-tiba tanpa proses pemikiran. Untuk mendapatkan intuisi, Anda tidak perlu berpikir. Intuisi bak jelangkung: Datang tak dijemput, pulang tak diantar. Heheheh. Maksudnya, Anda tidak perlu memanggilnya. Ia muncul begitu saja ketika Anda membutuhkannya. Dan, saat tiba-tiba intuisi muncul, Anda dapat bersandar kepadanya. Artinya, Anda dapat mengandalkannya untuk membuat keputusan.
Seberapa Dahsyat Intuisi?
Cerita “Membakar Sampah” di atas merupakan salah satu contoh bagaimana kita menggunakan intuisi untuk membuat keputusan. Sebenarnya, baaaaaanyak sekali kisah menarik yang menggambarkan sepak terjang intuisi yang dahsyat. Sebut saja kisah seorang pembalap yang selamat dari kecelakaan lantaran intuisinya. Ada juga kisah pemadam kebakaran yang terhindar dari gedung runtuh berkat intuisinya.
Namun demikian, di balik kedahsyatan intuisi, terkadang, ia tidak luput dari kekeliruan. Firasat/intuisi tidak selalu tepat! Setidaknya, begitulah menurut Daniel Kahneman, pakar psikologi yang banyak meneliti kelemahan intuisi. Kahneman menjelaskan bahwa intuisi kadang menyesatkan, terutama jika sumber intuisi berasal dari bias atau heuristik.
Apa Saja Sumber Intuisi dan Bagaimana Mekanisme Kemunculannya?
Sumber intuisi yaitu pengalaman masa lalu. Pengalaman itu tersimpan di dalam pikiran bawah sadar. Saat kita menghadapi masalah yang pelik, gambaran tentang pengalaman itu bisa tiba-tiba muncul ke permukaan (ke pikiran sadar). Selanjutnya, gambaran itu dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi Anda. Anda dapat memanfaatkan gambaran itu untuk membuat keputusan.
Selain pengalaman masa lalu, pengetahuan yang kita peroleh dari pengalaman orang lain juga dapat menjadi sumber intuisi. Jadi, apabila Anda tidak berpengalaman dalam pemadaman kebakaran, Anda masih mungkin memiliki intuisi/firasat yang berkenaan dengan peristiwa kebakaran. Kuncinya, Anda banyak belajar dari pengalaman petugas pemadam kebakaran.
Sumber intuisi selanjutnya yaitu bias. Apa itu bias? Bias adalah cara berpikir yang menyimpang dan tidak objektif. Pikiran yang dihasilkan lewat bias biasanya menyimpang dari kenyataan. Jikalau ia sesuai kenyataan, maka hal itu hanyalah kebetulan.
Wujud bias bermacam-macam. Anda dapat mengetahui beberapa di antaranya di Tantangan 30 Hari Membaca Aquariusnote Volume 2. Apa itu Tantangan 30 Hari Membaca Aquariusnote? Tantangan 30 Hari Membaca Aquariusnote adalah ringkasan buku-buku international best seller yang tersaji dalam format audio dan teks sehingga Anda dapat mendengarkan dan/atau membacanya.
Bagaimana bias menjadi intuisi? Bias menjadi intuisi manakala bias menjadi kebiasaan berpikir kita. Karena kita terbiasa berpikir dengan bias, maka interpretasi (tentang pengalaman yang kita lalui) yang tersimpan di dalam bawah sadar pun mengandung bias. Selanjutnya, interpretasi yang mengandung bias itu bisa muncul sewaktu-waktu ke permukaan (pikiran sadar) saat kita menjumpai situasi yang mirip dengan pengalaman itu. Saat ia muncul ke permukaan, maka saat itulah ia menjadi intuisi.
Terakhir, heuristik juga bisa menjadi sumber intuisi kita. Heuristik sama artinya dengan asumsi atau dugaan. Dan, karena ia hanya dugaan, kadang-kadang tepat, tetapi tak jarang juga meleset. Seperti bias, heuristik bisa bermacam rupa. Contoh, trial and error, rule of the thumb, shortcut, dan masih banyak lagi.
Heuristik bisa mnejadi sumber intuisi manakala kita terbiasa berpikir dengan metode berpikir ini, terbiasa membuat asumsi, melakukan trial dan error, dan mempercayai rule of the thumb. Karena terbiasa berpikir dengan heuristik, maka intuisi yang muncul pun berasal dari heuristik.
Bagaimana Cara Memanfaatkan Intuisi untuk Membuat Keputusan?
Gary Klein, pakar psikologi yang banyak mengungkap kedahsyatan intuisi memberikan contoh yang saaaangat menarik tentang bagaimana seseorang menggunakan intuisi (berupa gambaran tentang pengalaman di masa lalu) untuk membuat keputusan.
Diceritakan, Klein memiliki teman seorang mantan kolonel angkatan laut. Sebut saja namanya Mr. X.
Suatu hari, Mr. X mengunjungi latihan angkatan laut. Meskipun sudah pensiun, ia tetap diijinkan untuk melihat latihan itu.
Dalam latihan itu, para tentara dilatih untuk mengawasi kedatangan tank musuh dan melaporkannya kepada atasan mereka sedemikian sehingga sang atasan dapat mengambil keputusan untuk menyerang.
Singkat cerita, Mr. X ikut mengamati medan. Seperti tentara yang sedang berlatih, ia menunggu kedatangan tank musuh. Beberapa saat kemudian, muncul sebuah tank menuruni lembah. Melihat kejadian itu, tiba-tiba terbersit firasat dalam hatinya. Firasat itu mengatakan ada yang janggal dengan kedatangan tank tersebut. Lantas, ia pun bergumam dalam hati, “Tak mungkin musuh hanya mengirim satu tank. Biasanya mereka datang bergerombol. Paling tidak ada dua tank. Pasti mereka merencanakan sesuatu.”
Dia terus mengawasi kedatangan tank berikutnya. Tetapi, yang ditunggunya tak kunjung datang. Karena itu, dia menyimpulkan bahwa tank kedua bersembunyi di suatu tempat. Ia lantas memicingkan mata, mencari-cari keberadaan tank yang bersembunyi itu. Dan, akhirnya, ia pun menemukannya.
“Kena kau!” gumamnya dalam hati, mengumpati tank kedua yang ditemukannya.
Nah, karena firasat itu, Mr. X mengetahui bahwa tank yang datang bukan hanya satu. Pengetahuan itu memberikannya pemahaman bahwa ia dan pasukannya tidak boleh meremehkan kedatangan musuh.
Dari kisah Mr. X di atas, Anda paham bagaimana ia menggunakan intuisi/firasat untuk membuat keputusan?
Pertama, ia melihat kejadian (kedatangan satu tank dari balik bukit).
Kedua, kejadian itu mengingatkannya pada peristiwa yang sering dialaminya. Peristiwa apa itu? Peristiwa kedatangan tank musuh yang dulu sering ia amati saat masih menjadi angkatan laut.
Ketiga, ia membandingkan peristiwa sekarang dengan pengalaman masa lalunya itu.
Empat, dari perbandingan itu, diperoleh kesimpulan bahwa kejadian yang ia lihat sekarang berbeda dengan kejadian yang sering dialaminya. Menurut pengalaman masa lalunya, tank tak pernah datang sendirian; Tank selalu datang bergerombol.
Kelima, karena perbedaan itu, ia pun menyimpulkan ada yang tidak beres dengan kedatangan tank yang ia lihat sekarang.
Keenam, kesimpulan itu mendorongnya untuk mengambil keputusan. Apa keputusan yang diambilnya? Keputusan yang diambilnya yakni ia harus memastikan jumlah tank yang datang. Ia harus berjaga-jaga kalau-kalau tank lainnya muncul. Ia dan pasukannya tak boleh terlena.
Kira-kira, seperti itulah mekanisme munculnya intuisi dan cara menggunakannya untuk membuat keputusan.
Syarat Intuisi
Di artikel yang berjudul Kekuatan Pikiran Anda Itu Bernama Intuisi!, dijelaskan bahwa agar Anda memiliki intuisi yang tajam dalam suatu bidang, Anda harus terlebih dulu memiliki banyak pengalaman dalam bidang itu. Semakin banyak pengalaman yang Anda miliki, maka semakin tajam intuisi Anda dalam bidang tersebut. Sebaliknya, semakin sedikit pengalaman Anda, semakin lemah pula intuisi Anda dalam bidang itu. Atau bahkan, Anda tidak memiliki intuisi sama sekali dalam bidang itu.
Seseorang yang baru pertama kali melihat tank di medan tempur tidak mungkin memiliki firasat buruk tentang medan perang. Seorang yang baru pertama kali membakar bensin tidak akan memiliki firasat buruk ketika ia membakar bensin. Orang yang baru pertama kali terjun di arena balapan tidak mungkin memiliki firasat yang berhubungan dengan balapan. Dan, bayi umur tiga tahun yang belum banyak pengalaman hidup, tidak mungkin memiliki firasat buruk tentang dirinya dan keluarganya.
Pengalaman Orang Lain
Nah, untuk melengkapi penjelasan itu, dalam artikel ini penulis tambahkan bahwa meskipun Anda tidak memiliki banyak pengalaman dalam suatu bidang, Anda masih dapat memiliki intuisi dalam bidang itu. Caranya yaitu dengan belajar dari pengalaman orang lain.
Cara ini didasarkan pada metode CTA (Cognitive Task Analysis) yang digunakan oleh Gary Klein untuk mengumpulkan petunjuk (yang menjadi intuisi) yang diperoleh dari para ahli, di mana petunjuk yang terkumpul dijadikan sebagai bahan pengetahuan bagi tenaga kerja baru. Tujuannya, supaya tenaga kerja baru tahu apa yang harus mereka lakukan ketika menjumpai situasi yang mirip dengan petunjuk-petunjuk itu di lapangan.
Contoh, di UPIN (Unit Perawatan Intensif Neonatal) sebuah rumah sakit, sejumlah perawat memiliki intuisi yang tajam tentang keadaan bayi yang dirawat. Entah bagaimana caranya, mereka tahu tanda-tanda saat seorang bayi terserang penyakit.
Terkesima dengan kemampuan intuitif itu, tim Klein lantas mewawancarai para perawat satu-persatu. Mereka menanyakan apa saja tanda-tanda bayi terserang penyakit. Selanjutnya, setelah terkumpul semua informasi tentang tanda-tanda itu, mereka lantas menyampaikan informasi tersebut kepada para perawat baru, yang belum berpengalaman.
Dengan demikian, para perawat baru mampu memanfaatkan informasi itu (informasi tentang tanda-tanda bayi terserang penyakit) untuk memeriksa kesehatan bayi yang dirawatnya. Metode CTA memungkinkan perawat baru memiliki intuisi yang memadai tentang kondisi kesehatan bayi.
Nah, Anda pun dapat mengaplikasikan metode CTA secara mandiri untuk memperluas wawasan Anda tentang suatu bidang. Siapa tahu, wawasan itu nantinya berguna bagi Anda. Siapa tahu, wawasan itu dapat menjadi sumber intuisi bagi Anda dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Cara Mempertajam Intuisi menurut Para Pakar
Setelah mengetahui definisi intuisi, apa saja sumber intuisi, bagaimana intuisi muncul, dan bagaimana menggunakan intuisi, sekarang, yuk, beranjak pada cara mempertajam intuisi. Cara-cara ini di dasarkan pada temuan para pakar mengenai intuisi sebagaimana dijelaskan di atas.
1. Pengalaman
Agar intuisi Anda semakin tajam, perkaya diri Anda dengan pengalaman. Semakin berpengalaman Anda, maka semakin tajam intuisi Anda. Sebaliknya, semakin sedikit pengalaman Anda, semakin lemah pula intuisi Anda. Atau, Anda sama sekali tak memiliki intuisi dalam bidang itu.
Memperbanyak pengalaman juga bisa dilakukan dengan cara rutin berlatih. Seorang grand master catur menjadi grand master lantaran rutin berlatih. Semakin rutin berlatih, semakin kaya perbendaharaannya mengenai berbagai macam posisi catur, maka semakin tajam pula intuisi mereka dalam permainan itu. Menurut William G. Chase dan Herbert A. Simon (pakar dari Carnegie-Mellon University), seorang grand master catur mampu mengingat setidaknya 50.000 hingga 100.000 pola/posisi. Dengan perbendaharaan pola sebanyak itu, mereka mampu mengidentifikasi langkah yang tepat tanpa perlu memperhitungkan semua kemungkinan yang ada.
Lantas, berapa banyak waktu yang mereka butuhkan untuk mengumpulkan dan menyimpan 50.000-100.000 pola permainan catur di dalam pikiran bawah sadar? Setidaknya 10 tahun!
Bayangkaaaan! 10 tahun!!!
Anda pun dapat menjadi grand master dalam bidang yang Anda minati. Caranya, rutin berlatih seperti grand master catur. Semakin sering Anda berlatih, semakin kaya berbendaharaan pengalaman dalam pikiran bawah sadar Anda, maka semakin tajam intuisi Anda dalam bidang itu.
2. Belajar
Selain pengalaman diri sendiri, Anda juga perlu belajar dari pengalaman orang lain. Dalam bidang apa Anda ingin memiliki intuisi yang kuat? Tekuni bidang itu dan pelajari semua hal di dalamnya. Banyak-banyaklah membaca buku yang berkaitan dengan bidang itu.
3. Atur Fokus
“Always remember, your focus determines your reality.”
-George Lucas
Sebagaimana nasihat di atas, Anda harus berhati-hati dengan fokus Anda. Jangan sampai fokus Anda menyimpang.
Apa contoh fokus yang menyimpang? Contohnya:
Suatu hari, Anda memeriksakan anak Anda ke rumah sakit. Di rumah sakit, dokter bertanya kepada Anda, “Umurnya berapa, Pak?” dan, Anda pun menjawab, “45 tahun.” Padahal, yang ditanya sang dokter adalah umur anak Anda, bukan umur Anda. Haha….
Dalam contoh itu, fokus Anda keliru. Anda berfokus pada diri Anda sendiri, bukan pada anak Anda. Padahal, yang akan diperiksa dokter adalah sang anak. Akibat salah fokus, informasi yang Anda berikan ke dokter pun salah.
Lantas, bagaimana jadinya jika fokus Anda sering keliru? Bagaimana jadinya jika fokus Anda menyimpang, tidak sesuai kepentingan Anda? Maka, informasi yang Anda serap pun tidak relevan alias tidak sesuai kebutuhan Anda.
Informasi yang tidak relevan itu masuk ke dalam pikiran bawah sadar dan menjadi sumber intuisi Anda! Dan, saat informasi itu muncul ke permukaan (menjadi intuisi), maka ia memberikan petunjuk yang justru menyesatkan Anda!
Untuk itulah, untuk mempertajam intuisi Anda, biasakan mengatur fokus sedemikian sehingga sesuai kepentingan Anda.
4. Hindari Bias dan Heuristik
Terakhir, hindari kebiasaan berpikir dengan bias dan heuristik. Mengapa? Meskipun bias dan heuristik kadang tepat, tetapi tak jarang juga dua metode berpikir itu menyesatkan. Dalam artikel yang berjudul 4 Cara Berpikir yang Sering Menyesatkan, dijelaskan bagaimana bias dan heuristik menyesatkan Anda. Artikel itu menyebutkan bahwa bias dan heuristik dapat menyesatkan Anda sedemikian sehingga Anda tidak mampu memahami kenyataan. Bias dan heuristik juga mendorong Anda membuat keputusan yang keliru. Bahkan, bias juga membuat Anda stres dan membuat anak Anda pesimis belajar. Artikel yang berjudul Pikiran-Pikiran yang Menyimpang yang Membuat Anda Stres dan Pola Pikir Irasional yang Membuat Anak Pesimis Belajar dan Cara Merubahnya menjelaskan bagaimana bias membuat Anda stres dan membuat anak Anda pesimis belajar.
Nah, jika bias dan heuristik sering menyesatkan, bagaimana jadinya jika Anda terbiasa menggunakan dua metode berpikir itu? Yang terjadi yaitu intuisi Anda turut menyesatkan! Mengapa? Karena, selain dari pengalaman dan pengetahuan, intuisi juga berasal dari bias dan heuristik. Jadi, logikanya, kalau bias dan heuristik saja sering menyesatkan, maka intuisi Anda yang berasal dari bias dan herusitik pun menyesatkan.
Demikian beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mempertajam intuisi Anda. Pada artikel berikutnya, penulis akan jelaskan beberapa cara memahami firasat/intuisi.
Akhir kata, semoga artikel di atas bermanfaat untuk Anda.
Baca juga:
Manajemen Fokus: Rahasia Memecahkan Masalah
Saya koreksi sedikit, dugaan berbeda Dengan intuisi. Dalam dugaan itu ada peluang 50:50, bisa iya bisa tidak. Intusi justru terjadi begitu saja, tanpa rasio. Bahasa keren nya adalah kata hati muncul seketika, bahwa aku tak boleh lakukan ini, aku tak boleh begitu. Dan cara melatih nya ya dengan menuruti intuisi/kata hati itu sendiri. Seperti kita tahu, hati itu tak pernah bohong. Intuisi itu berasal dar hati, tapi dugaan itu berasal dari otak yang terpengaruh oleh aspek luar.