Cara kita melihat sesuatu menentukan tindakan kita. Jika kita melihat kegagalan sebagai hal yang memalukan, pandangan itu membuat kita takut gagal. Sebaliknya, jika kita melihat kegagalan sebagai fase yang lumrah, pandangan itu membuat kita terbuka terhadap kegagalan.

Kesimpulan yang bisa diambil yakni bahwa cara kita melihat sesuatu/sudut pandang kita menentukan tindakan kita. Sudut pandang yang berbeda-beda menghasilkan tindakan yang berbeda-beda pula.

Dalam kaitannya dengan kreativitas, sudut pandang yang berbeda menghasilkan persepsi yang berbeda-beda pula, di mana persepsi-perspesi itu membantu kita mendapatkan banyak ide.

Ketika bingung mencari ide, Anda dapat mengubah sudut pandang Anda untuk mendapatkan ide baru.

Tapi, bagaimana cara mengubah sudut pandang untuk mendapatkan banyak ide? Meskipun kelihatannya sepele, tapi ternyata saat kita mencoba mengubah sudut pandang, pikiran kita mentok. Kita bingung harus bagaimana.

Salah satu cara untuk mengubah sudut pandang yaitu dengan membalik pernyataan masalah (problem statement).

Penasaran? Tetapi sebelumnya, kita pahami lebih dulu apa itu pernyataan masalah alias problem statement agar lebih jelas.

Apa Itu Problem Statement?

cara mengubah sudut pandang

Sesuai sebutannya, pernyataan masalah alias problem statement adalah pernyataan yang menyatakan masalah. Problem statement dapat berupa pernyataan maupun pertanyaan.

Contoh, Anda menjumpai masalah yaitu cicak sering masuk ke kamar Anda. Anda ingin agar kamar Anda bebas dari cicak.

Maka, problem statement-nya dapat berupa:

Bagaimana agar cicak tidak masuk ke dalam kamar saya?
Cicak masuk kamar
Bagaimana menjauhkan cicak dari kamar?
Kamar terbebas dari cicak
Bagaimana agar kamar terbebas dari cicak?

Anda dapat membuat problem statement sesuka Anda. Contoh, jika masalah Anda adalah banyak cicak yang masuk ke dalam kamar, maka Anda dapat menyusun problem statement yang berupa pernyataan, pertanyaan, dengan pilihan kata yang bebas. Anda dapat mengganti kata “terbebas” menjadi “terhindar”, “bersih”, atau “tanpa”.

Berangkat dari problem statement, Anda dapat menemukan solusi permasalahan Anda.

Mengapa?

Karena, problem statement menyediakan berbagai sudut pandang bagi Anda. Sudut pandang-sudut pandang itu membangkitkan berbagai persepsi dan konsep yang dapat Anda jadikan sebagai ide. Bahkan Albert Einstein mengajurkan kita untuk lebih banyak mencurahkan waktu pada masalah (pernyataan masalah) ketimbang pada solusi.

“If I had an hour to solve a problem I’d spend 55 minutes thinking about the problem and 5 minutes thinking about the solution.”

-Albert Einstein

Nah, salah satu cara memanfaatkan problem statement untuk mendapatkan berbagai pandangan yaitu dengan membalik problem statement.

Bagaimana caranya?

Membalik Problem Statement: Salah Satu Cara Mengubah Sudut Pandang untuk Mendapatkan Banyak Ide

cara mengubah sudut pandang

Bagaimana cara membalik problem statement untuk mengubah sudut pandang?

Dalam situs creativethinking.net, dikemukakan dua contoh membalik problem statement untuk mengubah sudut pandang dan menghasilkan ide baru.

Berikut ini penulis sajikan kedua contoh itu. Kiranya, lewat contoh ini, Anda paham bagaimana cara mengubah sudut pandang dengan membalik problem statement.

1. Kasus manusia purba

cara mengubah sudut pandang

Mengapa manusia purba hidup secara nomaden alias selalu berpindah-pindah tempat?

Menurut antropolog, ini karena dorongan untuk mencari buah-buahan dan daging. Tempat demi tempat mereka singgahi untuk berburu dan mengumpulkan buah-buahan.

Karena manusia purba belum mengenal konsep akumulasi/penimbunan makanan, mereka menghabiskan semua makanan di tempat-tempat yang mereka singgahi. Nah, dari situlah mereka terdorong untuk selalu hidup berpindah-pindah tempat. Mereka berpindah-pindah tempat untuk mencari sumber makanan di wilayah lain karena di wilayah sebelumnya, sumber makanan telah habis.

Jadi, berpindah tempat demi mendapatkan sumber makanan baru, itulah basis yang melandasi corak hidup nomaden.

Tetapi, masalah muncul. Karena semua tempat disinggahi dan dikonsumsi habis sumber makanannya, maka lama-kelamaan mereka kehabisan sumber makanan. Berpindah tempat pun percuma juga karena di setiap tempat, sumber makanan sudah habis. Dari situ, mereka mulai berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan makanan. Dan, tanpa sengaja, mereka berpikir berkebalikan dari cara berpikir mereka pada awalnya.

 

Jika awalnya mereka hidup nomaden demi mendatangi sumber makanan, pada tahap selanjutnya mereka hidup menetap setelah mereka berpikir yang berkebalikan, yakni: bagaimana caranya agar sumber makanan mendatangi kita?

Dengan membalik cara berpikir seperti di atas, teknik pertanian ditemukan. Dengan teknik pertanian, dengan bercocok tanam, maka sumber makanan datang kepada mereka, bukan mereka yang mendatangi sumber makanan. Di samping itu, mereka tak perlu lagi berpindah-pindah tempat karena tanaman yang mereka tanam menghasilkan surplus/ kelebihan yang bisa ditimbun untuk kebutuhan di musim berikutnya.

Nah, dari kasus di atas, Anda paham, bukan, bagaimana cara membalik problem statement?

Dalam kasus di atas, problem statement dibalik dengan membalik “mendatangi makanan” menjadi “makanan mendatangi kita.

2. Kasus toko busana

cara mengubah sudut pandang

Masalah yang biasa dijumpai oleh pemilik toko busana yaitu: pembeli tidak cocok dengan ukuran baju yang dibelinya, lalu mengembalikannya ke pemilik toko dan meminta uangnya kembali.

Itu tentu saja bisa merugikan si pemilik toko. Tetapi, jika pemilik toko tidak mengembalikan uang si pembeli, maka pembeli bisa kecewa. Hal itu bisa dianggap sebagai pelayanan yang buruk.

Oleh karena itu, masalah tersebut perlu dipecahkan.

Bagaimana memecahkannya?

Langkah pertama yaitu rumuskan masalah tersebut ke dalam problem statement.

Apa problem statement-nya?

Jika pembeli mengembalikan baju, toko tidak perlu mengembalikan uangnya.

Tahap selanjutnya yaitu membalik pernyataan itu.

 

Nah, dalam situs creativethinking.net, dijelaskan bahwa pernyataan itu dibalik menjadi:

Apa yang dapat diberikan oleh toko kepada pembeli selain mengembalikan uang?

Dengan pertanyaan itu, sudut pandang sang pemilik toko berubah. Dari sudut pandang yang berbeda itu, akhirnya ditemukanlah ide untuk memberikan voucher (sebagai ganti uang) untuk pembeli yang mengembalikan baju, di mana nilai voucher itu 10% lebih tinggi dibanding nilai barang ia yang kembalikan.

Dengan begitu, si pembeli tidak merasa rugi karena toko mengembalikan uang dalam bentuk voucher yang nilainya lebih tinggi dibanding nilai barang yang dibelinya. Sebaliknya, pemilik toko juga tidak merasa rugi karena secara psikologis, sang pembeli akan terdorong untuk membeli barang yang nilainya lebih tinggi dari voucher tersebut.

Dalam contoh kedua ini, pernyataan “toko tidak perlu memberikan pengembalian uang” dibalik menjadi “toko memberikan pengembalian bukan dalam bentuk uang.”

Setelah menyimak dua contoh di atas, bagaimana menurut Anda?

Pembalikan dapat dilakukan dengan mengutak-atik problem statement. Anda dapat membalik kata “tidak” (negatif) menjadi positif. Contoh, “tidak perlu memberikan” menjadi “memberikan”.

Pembalikan juga dapat dilakukan dengan membalik kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan sebaliknya. Contoh, “mendatangi sumber makanan” menjadi “didatangi sumber makanan”.

Selain dengan dua cara di atas, Anda dapat membaliknya dengan cara lainnya. Utak-atik problem statement hingga pernyataan berubah menjadi kebalikannya.

Nah, jika dengan membalik problem statement baik manusia purba maupun pemilik toko busana bisa mengdapatkan ide, maka Anda pun bisa melakukannya.

Akhir kata, apakah artikel ini bermanfaat bagi Anda? Jika ya, jangan ragu untuk membaginya kepada teman-teman Anda 😀

Sumber: creativethinking.net

 

Baca juga:

Dengan Cara Ini, Anda dapat Merumuskan Masalah secara Efektif. Bersiaplah untuk Inovasi Brilian tanpa Batas!

Ingin Punya Ide Inovatif? Berfokuslah pada Masalah, bukan Solusi!

Inilah 3 Faktor Penghambat Kreativitas!

Rina Ulwia
 

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

>