Sebagai seorang yang baru memulai karir pembicara, apa yang Anda rasakan ketika hendak maju ke atas panggung, berbicara di depan umum?

Deg-degan? Takut salah bicara?

Iya,” jawab Anda, “Apalagi jika membayangkan ekspresi wajah audiens yang menunjukkan ketidaksetujuan. Atau, mereka bertanya sesuatu yang susah dijawab. Hiiiiih, serem!”

Disadari tau tidak, hal itu membuat Anda gugup.

Anda berharap acara Anda sukses. Semuanya berjalan lancar. Audiens puas dengan presentasi Anda. Mereka berterima kasih kepada Anda karena apa yang Anda sampaikan telah mencerahkan mereka.

Tetapi, bagaimana jadinya jika Anda gugup?

Kegugupan itu justru membuat ketakutan Anda menjadi kenyataan! Ini karena, kegugupan itu membuat otak Anda tidak bisa berpikir jernih. Akibatnya, saat ditanya audiens, Anda tidak bisa menjawab. Atau, kata-kata Anda jadi belepotan. Walhasil, presentasi Anda tidak maksimal.

Jika begitu, bagaimana caranya supaya tidak gugup? Bagaimana caranya supaya presentasi Anda sukses?

Visualisasi dan Kelemahannya

Salah satu cara yang efektif untuk menghilangkan rasa gugup dan berbicara di depan umum dengan sukses yaitu visualisasi. Tentu, Anda pernah mendengar teknik ini, bukan? Cara menerapkannya yaitu dengan membayangkan seolah-olah acara itu sukses. Bayangkan audiens menyambut presentasi Anda dengan penuh kesetujuan. Bayangkan mereka sedang memuji Anda. Bayangkan mereka berterima kasih kepada Anda atas presentasi Anda yang mencerahkan. Intinya, bayangkan hasilnya secara positif.

Dalam beberapa kasus, cara itu (visualisasi) manjur. Ia berhasil membuat sebagian orang lebih percaya diri ketika berbicara di depan umum. Tetapi, bagi sebagian lainnya, teknik itu tidak mencukupi.

Mengapa?

Karena, sudah dari awal mereka tidak percaya bahwa mereka akan sukses berbicara di depan audiens. Sudah sejak awal, tertanam dalam pikiran bawah sadar mereka keyakinan bahwa mereka tidak pantas sukses, mereka selalu gagal, bahwa mereka tidak terlalu cakap berbicara di depan umum.

Keyakinan itu begitu kuat sehingga visualisasi mereka ditolak mentah-mentah oleh keyakinan tersebut. Ketika mereka membayangkan audiens memberi tepuk tangan yang meriah, pikiran bawah sadar mereka menyangkal, “Ga mungkin audiens menyambut ceramahmu semeriah itu. Ceramahmu tidak menarik.”

Ketika membayangkan mereka menjawab pertanyaan audiens dengan lancar, pikiran bawah sadar mereka menolak, “Kamu tak akan bisa menjawab pertanyaan audiensmu. Mereka lebih pintar dari kamu.”

Intinya, semakin mereka meyakinkan diri bahwa mereka akan sukses menangani audiens, semakin pikiran bawah sadar mereka menolaknya. Hal itu, alih-alih melenyapkan perasaan gugup mereka, justru membuat perasaan itu semakin menjadi.

Lantas, bagaimana cara yang lebih efektif untuk melenyapkan rasa gugup berbicara di depan umum?

Untuk mengetahuinya, yuk, simak penjelasan berikut.

Cara Melenyapkan Rasa Gugup Berbicara di Depan Umum

Jika visualisasi tidak manjur untuk melenyapkan perasaan gugup Anda, untuk meyakinkan diri Anda bahwa Anda mampu menangani audiens dengan sukses, lantas apa yang harus Anda lakukan?

Stop berpikir dan Lakukan saja!

Yup! Stop berpikir. STOP MEMIKIRKAN HASILNYA, baik secara negatif maupun secara positif. Demikian pakar neurosains dari UCLA Alex Korb menyarankan.

Ketika Anda memikirkan (secara negatif) hasil dari presentasi/ceramah Anda, hati Anda menjadi cemas dan gugup sebagaimana dijelaskan di awal. Anda takut kalau-kalau presentasi Anda memalukan, jelek, atau Anda tidak dapat menjawab pertanyaan audiens.

Demikian sebaliknya ketika Anda memikirkan hasilnya secara positif. Apabila sejak awal Anda yakin Anda mampu menghadapi audiens dengan sukses, sih, tak masalah. Memikirkan/membayangkan secara positif hasilnya akan membantu Anda semakin optimis bisa meraih hasil tersebut. Tetapi, jika sudah sejak awal Anda tidak yakin, Anda takut Anda tidak mampu menghadapi audiens dengan baik, maka memikirkan hasil secara positif justru membuat Anda semakin gugup. Karena, visualisasi yang positif itu dilawan dengan kuat oleh keyakinan bawah sadar Anda yang negatif.

Thomas Sterner dalam bukunya yang berjudul “The Practicing Mind: Developing Focus and Discipline in Your Life” menjelaskan, ketika kita terlalu memikirkan hasil, maka kita dihantui perasaan cemas dan tidak bahagia. Ini karena, kita terus berbicara kepada diri kita sendiri, “Ketika saya mencapai hasilnya, maka saya akan bahagia. Maka, selama saya belum mencapai hasilnya, saya tidak bahagia.” Kebahagiaan adalah ketika kita sudah meraih hasil. Dan, karenanya, selama belum meraih hasil yakni ketika kita masih dalam proses meraih hasil, kita beranggapan kita belum bahagia. Anggapan itu membuat kita benar-benar tidak bahagia ketika sedang dalam proses menuju hasil tersebut. Ketika berbicara di depan umum, misalnya, Anda menjadi cemas dan tidak bahagia karena terus terngiang di benak Anda bahwa Anda belum mencapai hasil. Anda resah menunggu hasilnya.

gugup berbicara di depan umum

Untuk itu, Anda perlu berhenti memikirkan hasilnya, baik secara positif maupun secara negatif.

Di samping itu, LAKUKAN SAJA apa yang sedang Anda lakukan. Saat maju berbicara di depan audiens, jangan pikirkan dan bayangkan hasilnya secara positif ataupun negatif. Just do it! Lakukan saja! Ini artinya, Anda berada di momen sekarang, di sini, di waktu ini. Anda dalam kondisi flow alias in the zone.

Untuk melakukannya, Anda harus memiliki mindset process-oriented, yakni mengutamakan proses ketimbang hasil. Tidak usah pedulikan hasilnya apakah presentasi Anda akan berakhir dengan sukses atau berakhir dengan mengecewakan. Itu tidak penting. Apa yang penting, Anda menikmati prosesnya.

Jadi, sekali lagi, untuk melenyapkan rasa gugup berbicara di depan umum, JANGAN PIKIRKAN HASILNYA! CUKUP LAKUKAN SAJA!

Cara di atas manjur bagi petenis Amerika Serikat Roberta Vinci ketika menghadapi petenis nomor 1 Serena Williams. Vinci yang awalnya tidak dikenal, dalam pertandingan itu membuat penonton terkejut. Dia mampu mengalahkan petenis nomor 1 itu. Ketika ditanya apa rahasianya mengalahkan Serena Williams, Vinci menjawab, ia tidak memikirkan hasilnya.Ia pikir ia tidak akan mampu mengalahkan sang juara itu. Maka, ia hanya pasrah dan hanya melakukannya saja (menghadapi pertandingan itu). Yup! Hanya pasrah dan melakukannya!

Nah, jika cara di atas manjur bagi Roberta Vinci, maka cara tersebut juga manjur untuk Anda.

 

 

 

 

Rina Ulwia
 

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

>