Baru-baru ini, masyarakat Indonesia dihadapkan pada pro-kontra pemilukada secara langsung oleh rakyat atau dipilih lewat DPRD. Tentu, dalam artikel ini, penulis tidak akan membahas itu. Penulis tidak akan mengajak Anda untuk ikut serta dalam debat tersebut, yang menguras banyak tenaga.
Apa yang ingin penulis singgung yaitu, mendengar segala hal tentang pro-kontra itu, ingatan kita niscaya langsung tertuju pada demokrasi. Benar, bukan?
Nah, terdapat sedikit sangkut paut antara artikel ini dengan demokrasi.
Apa, sih, demokrasi yang kita pahami selama ini? Sejauh ini, demokrasi yang kita anut memberikan kita pemahaman bahwa dengan demokrasi, kita bebas menyuarakan pendapat di muka umum. Kita bebas berpendapat dan tidak ada seorang pun yang bisa melarang kita menyuarakan pendapat kita.
Dengan pengertian di atas, kita paham bahwa demokrasi memfasilitasi kita untuk melakukan debat, dialog, dan tukar pendapat.
Yang menjadi masalah yaitu, terkadang, sekalipun kita memiliki kebebasan untuk menyuarakan pendapat, orang lain juga memiliki hak yang sama. Hak yang sama-sama dimiliki oleh individu-individu yang berbeda ini tidak jarang membuat kita saling beradu argumen. Orang lain menggunakan hak demokrasinya untuk menyanggah pendapat kita. Demikian sebaliknya dengan kita, menggunakan hak demokrasi untuk mematahkan pendapat orang lain.
Jadi, terjadi perang argumen di antara kita. Dengan kenyataan seperti ini, apa yang Anda lakukan jika orang lain terus-menerus menyanggah argumen Anda padahal Anda yakin argumen Anda tepat?
Nah, dalam artikel ini, penulis ingin sedikit berbagi kepada Anda mengenai rahasia memenangkan argumen. Semoga, hadirnya artikel ini dapat memberikan manfaat pada Anda.
Lantas, apa rahasia itu? Mari kita simak selengkapnya berikut ini.
Strategi yang harus dilakukan
Ada beberapa strategi/cara dalam berargumen. Beberapa di antara strategi itu berguna dalam memenangkan argumen, tetapi tak sedikit juga yang justru membuat argumentasi kita lemah.
Nah, dalam bab ini, kita simak dulu beberapa strategi yang harus dilakukan untuk memenangkan argumen.
1. Logis
Sampaikan pendapat secara logis supaya lawan dapat memahaminya dengan jelas. Paparkan alasan dan bukti yang memperkuat argumen Anda. Dengan alasan dan bukti yang kuat, lawan tidak memiliki celah untuk membantah argumen itu.
Misalnya, Anda berargumen bahwa kenaikan harga BBM akan membebani rakyat. Paparkan alasan mengapa kenaikan BBM dapat membebani rakyat. Selain itu, paparkan juga buktinya.
“Bukan hanya orang kaya yang menikmati BBM. Kenaikan harga BBM bukan hanya membebani orang kaya. Sebaliknya, masyarakat umum pun terbebani. Alasannya, jika harga BBM naik, tarif transportasi juga naik. Demikian juga tarif listrik karena listrik menggunakan BBM. Pada gilirannya, jika tarif transportasi naik, maka harga-harga kebutuhan pokok pun naik. Harga makanan naik, tarif jasa juga naik. Apa yang terjadi jika sudah begini? Standar hidup masyarakat pun menurun. Daya beli masyarakat menurun. Dan, karena daya beli menurun, banyak perusahaan yang gulung tikar karena produknya tidak laku di pasaran. Perusahaan gulung tikar artinya pengangguran bertambah.”
2. Pelajari lawan
Untuk mengalahkan lawan, kita harus mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Selain itu, kita juga harus mengetahui jalan pikirannya, kepercayaan/midset yang dipegangnya, serta prinsip-prinsipnya. Mengapa? Dengan demikian, kita dapat meramalkan apa yang akan dia kemukakan untuk menyanggah argumen kita. Dengan begitu, kita dapat mengantisipasi sanggahan itu.
Ilustrasinya seperti ini:
Anda sedang bertempur dengan orang yang mempercayai mistik. Dengan mengetahui seluk beluk lawan Anda, yakni bahwa dia orang yang percaya mistik, Anda pun dapat memanfaatkan jati dirinya itu (percaya mistik) untuk menyerangnya.
Karena Anda tahu ia percaya mistik, Anda pun dapat menggunakan mistik untuk menyerangnya. Anda dapat menakut-nakutinya dengan hal-hal klenik.
3. Bertanya
Tanyakan kepada lawan Anda hal-hal yang dapat menantang argumennya. “Apa bukti dari argumentasi Anda?” “Bagaimana jika semua orang melakukan hal yang sama?”
Tanyakan pula maksud dari hal-hal yang diungkapkan oleh lawan debat. Siapa tahu, sebenarnya dia tidak menguasai hal tersebut, melainkan hanya pura-pura tahu atau hanya tahu sepotong-sepotong.
4. Fakta
Saat Anda mengemukakan pendapat Anda, dukunglah pendapat itu dengan fakta-fakta yang membuktikan kebenarnya.
Untuk itu, perlu kiranya Anda mengumpulkan informasi dan fakta yang berkaitan dengan argumentasi Anda sebelum Anda mengemukakan dan memperdebatkannya dengan orang lain.
5. Dengarkan
Seringkali, saat bertukar pendapat dengan orang lain, kita berfokus pada pendapat kita sendiri hingga mengabaikan pendapat orang lain. Hal ini tentu saja melemahkan posisi kita.
Mengapa? Dengan berfokus pada diri kita sendiri, kita kehilangan kesempatan untuk mencari kelemahan pada argumentasi orang lain.
Untuk itu, kita perlu mendengarkan lawan memaparkan argumentasinya. Perhatikan secara detail. Siapa tahu Anda menemukan kelemahan dalam argumen itu.
6. Setuju
Jangan ragu untuk mengungkapkan kesetujuan Anda terhadap pendapat lawan. Tetapi, jangan berhenti sampai di situ. Karena, jika Anda berhenti, itu artinya Anda kalah. Anda harus mengungkapkan kesetujuan Anda jika pendapat lawan memang tepat, tetapi kemudian sanggah argumen itu dengan argumen lain.
Sebagai contoh, lawan Anda mengungkapkan bahwa saat ini, pemerintah perlu menertibkan pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan. Alasannya, karena, pedagang kaki lima sering membuat jalanan macet.
Anda pun dapat menyanggah argumen lawan Anda dengan pertama-tama menyetujui argumennya.
“Saya setuju bahwa pedagang kaki lima harus ditertibkan. Pedagang kaki lima harus difasilitasi dengan tempat yang lebih layak. Tetapi, ini bukan berarti pedagang kaki limalah yang menjadi biang kemacetan. Pemerintah harus menelusuri akar masalah kemacetan yang sebenarnya. Saya rasa, pedagang kaki lima bukanlah akar masalah kemacetan. Di jalan-jalan yang di situ tidak terdapat pedagang kaki lima pun, jalanan tetap macet.”
Strategi yang harus dihindari
Setelah mengetahui beberapa strategi untuk memenangkan argumentasi, sekarang saatnya untuk menelusuri beberapa strategi yang melemahkan argumentasi kita. strategi-stretegi ini harus Anda hindari jika Anda ingin menjadi jago berargumen.
1. Menyerang personal
Perdebatan yang sehat dan konstruktif yaitu perdebatan yang berfokus pada isu yang dibahas, bukan pada sisi personal orang yang mengemukakan argumen. Menyerang personal lawan menunjukkan kelemahan kita. Orang lain dan lawan debat akan menilai kita tidak mampu menyanggah argumennya.
2. Tidak fokus
Seringkali, kita jumpai orang yang saat sudah terpojok lantas mencoba mengalihkan perhatian kita pada isu-isu lain. Waspadai jika lawan melakukan hal seperti ini. Jika ia sudah terpojok, sudah kehabisan bahan untuk mendukung argumennya, jangan biarkan ia beralih pada isu lain. Tarik kembali perhatiannya pada isu yang sedang dibahas. Terus serang dia dengan argumen Anda hingga orang-orang tahu argumen Anda lebih relevan.
3. Pura-pura mengetahui segalanya
Dukung argumen Anda dengan alasan dan fakta yang memang Anda pahami. Tidak perlu berpura-pura bahwa Anda tahu segalanya.
Berpura-pura tahu segalanya dapat berakibat fatal. Sebagai contoh, Anda tidak terlalu paham mengenai psikologi. Tetapi, Anda menggunakan fakta-fakta psikologi untuk menguatkan argumentasi Anda.
Mengetahui Anda tidak terlalu menguasai psikologi, lawan Anda pun akan langsung menyerang balik argumen Anda. Jika ia juga tidak paham psikologi, maka ia akan bertanya kepada Anda mengenai fakta-fakta psikologi yang Anda ungkapkan. Jika Anda mampu menjawab pertanyaannya, sih, tidak masalah. Tetapi, jika Anda tidak mampu menjawabnya, maka ia pun paham bahwa Anda hanya berpura-pura tahu masalah psikologi.
Sebagai contoh, Anda berpendapat bahwa kriminalitas bukan hanya menyangkut masalah ekonomi. Menurut Anda, orang berlaku kriminal, bukan hanya lantaran terdesak ekonomi. Menurut Anda, ada segolongan orang yang memang asli memiliki bibit kriminal.
Untuk menguatkan pendapat itu, Anda menyatakan bahwa para psikopat, sekali pun tidak terdesak ekonomi, tetap bisa melakukan kejahatan. Motif kejahatannya bukan lantaran ekonomi, melainkan lantaran dorongan dalam diri sendiri.
Nah, dengan argumentasi seperti itu, lawan Anda dapat menyerang Anda dengan bertanya, “Yang dimaksud psikopat itu apa? Masa iya, ada gen yang suka mencungkil mata orang? Ada gen yang suka menggergaji lidah orang?”
Jika Anda tidak paham definisi psikopat, apa maksudnya, dan apa penyebabnya, maka Anda akan tampak konyol dengan pendapat Anda.
Demikian beberapa rahasia jago berargumen yang dapat penulis sampaikan kepada Anda. Semoga, apa yang penulis sampaikan di atas dapat memberikan manfaat pada Anda.