Bagaimana Anda memecahkan soal matematika yang rumit? Apakah Anda cukup menghitungnya mengawang? Menyerahkannya pada kalkulator? Atau, Anda tuliskan angka-angkanya di atas kertas dan menghitungnya dengan cara tertentu?
Jika Anda tidak memiliki kemampuan sempoa, penulis berani bertaruh, Anda menghitungnya dengan bantuan kalkulator atau pun pena dan kertas.
Sekarang, pertanyaannya, pernahkah Anda bertanya, mengapa Anda kesulitan menghitungnya secara mengawang? Mengapa Anda tidak sepandai mereka yang mengusai keterampilan sempoa, yang dapat menghitung perkalian 4 angka tanpa bantuan apa pun?
Nah, menurut kajian neurosains, kita kesulitan menghitung perkailan 4 angka karena kapasitas working memory kita memang tidak memungkinkannya. Kapasitas working memory kita terlalu kecil untuk menyimpan banyak informasi yang akan diproses oleh otak.
Masih bingung? Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini.
Saat otak kita berpikir, itu artinya, ia (otak) memroses informasi yang diperolehnya lewat pancaindra atau yang diakeses dari memori jangka panjang.
Nah, proses ini (proses berpikir, termasuk menghitung) memerlukan bantuan working memory. Di sini, peran working memory yaitu untuk menyimpan (secara sementara) informasi-informasi yang diperoleh lewat pancaindra atau pun yang diperoleh dari mengakses memori jangka panjang tersebut.
Jika dianalogikan, working memory hampir mirip dengan papan tulis, sedangkan proses berpikir hampir mirip dengan seorang murid yang mencacat (meng-copy) informasi yang tertulis di papan tulis ke dalam bukunya.
Manakala seorang guru mencatat informasi di papan tulis, ia harus segera menghapus informasi-informasi sebelumnya, yang memenuhi papan tulis itu untuk memberikan ruang agar ia dapat menuliskan informasi lainnya ke dalam papan itu.
Nah, para murid yang kecepatan menulis (meng-copy)nya kurang otomatis akan kewalahan meng-copy apa yang dituliskan oleh sang guru di papan tulis. Alasannya, saat mereka belum selesai meng-copy informasi tersebut, sang guru sudah menghapus informasi itu dan menuliskan informasi yang lain.
Sebagaimana analogi di atas, saat kita berpikir, working memory kita menyimpan informasi-informasi yang diperlukan, sembari otak memroses informasi-informasi itu. Tetapi, karena kapasitas working memory kecil, ia tidak dapat menampung banyak informasi dalam waktu yang bersamaan. Informasi-informasi yang masuk ke dalamnya harus segera keluar/ melenyap untuk memberikan ruang bagi informasi lain untuk diproses oleh otak.
Jika kemampuan otak kita rendah (kecerdasan kurang), maka ia kurang cepat dalam memroses informasi-informasi itu. Akibatnya, ia (otak) tidak dapat berpikir secara maksimal. Ini dikarenakan, saat pemrosesan informasi belum selesai, informasi itu keburu menghilang dan digantikan oleh informasi lainnya.
Jadi, ada dua faktor yang membuat kita kesulitan berpikir, termasuk menghitung perkalian 4 angka. Pertama, karena kapastias working memory kita kecil; Kedua, karena kemampuan otak kita kurang.
Pada analogi di atas, jika kecepatan menulis (meng-copy informasi yang ada di papan tulis ke dalam buku) murid tinggi, maka mereka bisa mengimbangi kecepatan sang guru dalam mencatat informasi di dalam papan tulis. Tetapi, jika kecepatan menulis para murid rendah, maka mereka tidak mampu mengimbangi kecepatan sang guru dalam menulis informasi di papan tulis. Akibatnya, banyak informasi yang terlewatkan dan tidak tercatat di dalam buku mereka.
Persis seperti analogi itu, jika kecepatan otak kita dalam memroses informasi sangat tinggi, maka ia (otak) mampu mengimbangi kecepatan aliran informasi yang masuk ke dalam dan keluar working memory. Tetapi, jika kecepatan otak kita (dalam memroses infromasi) rendah, maka ia (otak) kesulitan mengimbangi kecepatan aliran informasi yang masuk ke dalam dan keluar working memory. Akibatnya, proses berpikir tidak maksimal; Banyak informasi yang terlewat, yang tidak sempat diproses.
Seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya, saat working memory kita penuh, informasi-informasi yang masuk ke dalamnya (anggap saja informasi A) harus segera dikeluarkan untuk memberikan ruang bagi informasi yang lain (anggap saja informasi B) untuk masuk ke dalamnya dan diproses oleh otak. Padahal, otak kita belum selesai memroses informasi-informasi itu (informasi A).
Nah, di sinilah peran pena dan kertas. Kedua alat itu berfungsi untuk mencatat informasi-informasi awal (informasi A), yang dengan cepat, masuk ke dalam dan keluar working memory
Dengan mencatat informasi-informasi awal (informasi A) ke atas kertas, otak kita masih dapat mengakses informasi-informasi itu meskipun informasi-informasi tersebut telah keluar dari working memory.
Itulah penjelasan, mengapa kita memerlukan bantuan kertas dan pena saat menghitung soal matematika yang rumit.
Lantas, apakah kertas dan pena berguna hanya saat kita menghitung soal matematika? Jawabannya, tentu saja tidak! Pena dan kertas, alias menulis membantu kita dalam berbagai bentuk proses berpikir.
Saat kita memiliki ide, misalnya. Ide kita yang awalnya masih abstrak dapat diperjelas dan dijabarkan dengan bantuan pena dan kertas. Dengan menuliskan ide kita ke atas kertas, kita dapat menjabarkannya sedemikian sehingga semua komponen penyusun ide itu jelas dan kita pun paham gambaran detail ide tersebut.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis jabarkan beberapa peran menulis (writing) dalam membantu Anda berpikir, seperti saat memecahkan masalah, menghitung, merumuskan ide, dan menyusun rencana.
Tuliskan semua uneg-uneg yang ada di kepala Anda. Saat Anda menuliskannya di atas kertas, Anda akan tahu kelemahan dan celah-celah dari ide yang Anda miliki.
Mengapa demikian? Karena, dengan menuliskan ide atau uneg-uneg Anda di atas kertas, Anda dapat membacanya kembali, lagi dan lagi. Anda dapat mengoreksi ide Anda.
Koreksi dan carilah celah-celah atau kelemahan yang membuat ide Anda tidak sistematis, kurang masuk akal, atau tidak berhubungan antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Menulis juga berfungsi untuk memperjelas ide Anda. Selain itu, ia juga dapat mengurai perosalan yang pelik, seperti menghitung perkalian 4 atau 5 angka.
Tuliskan semua persoalan Anda. Dengan menulis, otak Anda akan terrangsang untuk mencari faktor-faktor penyebab munculnya persoalan tersebut, yang mungkin tidak terpikirkan manakala Anda tidak menuliskannya.
Nah, saat Anda tahu faktor-faktor penyebab persoalan Anda, maka Anda pun dapat menyusun rencana untuk mengatasi persoalan tersebut.
Saat Anda memiliki ide cemerlang, tetapi Anda tidak tahu cara mengungkapkannya, kira-kira apa yang bakal terjadi? Apakah Anda dapat mewujudkan ide tersebut dalam kenyataan?
Penulis berani bertaruh, Anda akan kebingungan dengan ide Anda sendiri. Anda akan kebingungan manakala hendak mempraktikkan ide tersebut dalam tindakan.
Mengapa demikian? Karena ide Anda masih abstrak. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ide Anda, yang tersusun dari berbagai data (informasi) yang diperoleh baik lewat pancaindra maupun dari mengakses memori jangka panjang, silih berganti masuk ke dalam dan keluar working memory.
Nah, karena itulah, Anda tidak dapat mengingat semua komponen penyusun ide Anda. Ada potongan-potongan ide yang tidak dapat Anda ingat, yang menyebabkan ide Anda abstrak dan tidak jelas.
Untuk itulah, Anda perlu menuliskannya ke atas kertas. Dengan menuliskan ide Anda ke atas kertas, Anda dapat menuliskan semua komponen penyusun ide Anda selangkah demi selangkah.
Penjelasannya, saat beberapa bit informasi (yang menjadi komponen penyusun ide Anda) masuk ke dalam working memory, Anda mencatat informasi-informasi itu ke atas kertas. Dengan demikian, saat informasi-informasi itu keluar dari working memory, otak Anda masih dapat mengakses informasi tersebut dan memrosesnya (dengan mengakses catatan Anda).
Nah, saat informasi-informasi di atas keluar dari working memory, masuklah informasi-infromasi lainnya ke dalam working memory Anda. Dengan cara yang sama, Anda mencatat informasi-informasi itu ke atas kertas sebelum informasi-informasi tersebut keluar dari working memory. Dengan demikian, otak Anda pun dapat mengakses dan memrosesnya dengan pelan-pelan sesuai dengan kemampuan otak (intelejensi) Anda.
Seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya, dengan menulis, Anda dapat mengoreksi ide Anda. Anda dapat mengoreksi bagian-bagian yang kurang, yang tidak rasional, maupun yang tumpang tindih, dan tidak memiliki korelasi dengan bagian lainnya.
Selain mengoreksi ide Anda, dengan menulis, Anda pun dapat memodifikasi ide Anda. Ini dapat Anda lakukan setelah Anda mengoreksi bagian-bagian dari ide Anda yang masih kurang dan oleh karenanya perlu diperbaiki.
Demikianlah alasan mengapa menulis dapat membantu Anda dalam merumuskan ide dan memecahkan masalah. Pena dan kertas, alias menulis dapat dijadikan sebagai pembantu kerja working memory.
Tuliskan semua ide yang terlitas di dalam benak (working memory) Anda sebelum ide-ide tersebut menghilang dan otak Anda tidak dapat memrosesnya sama sekali.
Setuju, kan, Anda dengan ide cemerlang ini? Heheheh. Penulis tunggu komentarnya.
Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.
Session expired
Please log in again. The login page will open in a new window. After logging in you can close it and return to this page.