Tidak bisa dipungkiri, kecerdasan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kesuksesan kita. Bukan hanya berpengaruh pada kesuksesan karir dan bisnis, kecerdasan menentukan kesuksesan kita secara umum.
Kita banyak terbantu dalam menjalani hidup oleh kecerdasan kita. Untuk memperjelasnya, kita ambil contoh yang mudah saja, misalnya kita membeli lima liter beras di sebuah toko kelontong. Jika harga satu liter beras adalah sembilan ribu rupiah, maka harga lima liter beras sama dengan sembilan dikali lima, hasilnya empat puluh lima ribu rupiah. Jadi, harga lima liter beras jika harga satu liternya sembilan ribu rupiah adalah empat puluh lima ribu rupiah.
Kemampuan untuk mengetahui harga lima liter beras jika harga satu liternya yaitu sembilan ribu rupiah merupakan contoh kemampuan intelegensi alias kecerdasan. Kita tidak akan dapat menghitung harga lima liter beras pada contoh di atas jika kita tidak memiliki kecerdasan. Jika kita tidak memiliki kecerdasan, maka kita tidak akan bisa hidup mandiri. Kita akan terus menerus bergantung pada bantuan orang lain.
Kecerdasan merupakan salah satu faktor yang membedakan kita, manusia dari binatang. Semenjak kita hidup dalam lingkungan sosial, yang berarti kita butuh bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka kecerdasan tak bisa dipisahkan dari diri kita.
Yang sering menjadi masalah yaitu, bagaimana jika kecerdasan kita kurang? Apakah kecerdasan bisa ditingkatkan? Jika iya, bagaimana cara meningkatkan kecerdasan kita?
Untuk menemukan jawabannya, mari simak artikel ini dari awal hingga akhir.
Apa Itu Kecerdasan
Secara umum, kecerdasan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami sesuatu, mempelajari informasi baru, serta kemampuan untuk memanfaatkan informasi baru tersebut guna memecahkan masalah dan mempelajari keterampilan baru.
Apakah Kecerdasan dapat Ditingkatkan?
Banyak dari kita yang meyakini bahwa kecerdasan merupakan bawaan lahir, bahwa kecerdasan bersifat genetis. Banyak pula yang meyakini bahwa kecerdasan akan menurun seiring bertambahnya usia. Semakin tua, maka kecerdasan semakin menurun.
Dengan anggapan seperti di atas, kita pun berpikir adalah mustahil bagi kita untuk melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kecerdasan kita. Semua usaha untuk meningkatkan kecerdasan akan sia-sia karena kecerdasan kita tidak bisa diubah.
Berlawanan dengan anggapan di atas, banyak penelitian mutahir menemukan bahwa kecerdasan bersifat dinamis. Ini artinya, kecerdasan dapat ditingkatkan, tidak peduli berapa pun usia kita.
Seorang ahli terapi perilaku (behavior therapist) bernama Andrea Kuszewski, misalnya, menemukan bahwa kecerdasan penderita autis dapat ditingkatkan. Hal ini dibuktikan dengan pengalamannya sendiri ketika melatih kecerdasan penderita autis anak-anak, di mana ia berhasil meningkatkan kecerdasan salah satu peserta terapinya yang merupakan seorang penderita autis, yang pada awalnya hanya memiliki IQ sebesar 80 poin. Setelah mengikuti terapinya selama tiga tahun, anak itu berhasil meningkatkan IQ-nya hingga 20 poin.
Nah, jika kecerdasan penderita autis (yang kecerdasannya kurang lantaran kerusakan otak) saja bisa ditingkatkan, apalagi kecerdasan kita. Melalui berbagai cara, kecerdasan kita dapat ditingkatkan.
Caranya apa saja? Yuk, langsung saja kita simak beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan kita.
Mencari Pengalaman Baru
Para pakar menemukan bahwa saat kita mengalami pengalaman baru, terjadi peningkatan kadar dopamin di dalam otak kita. Dopamin merupakan zat yang berfungsi dalam meningkatkan motivasi alias mood.
Ia juga berperan dalam menstimulasi neurogenesis (pembentukan neuron-neuron baru). Nah, menurut para pakar, neurogenesis merupakan faktor penting dalam kecerdasan. Mereka menemukan bahwa kecerdasan dapat terus meningkat selama terjadi neurogenesis di dalam otak.
Mencari Tantangan
Banyak kalangan beranggapan bahwa game-game tertentu dapat meningkatkan kecerdasan. Tetapi, menurut Andrea Kuszewski, yang terjadi tidaklah demikian. Menurutnya, pelatihan kecerdasan dengan menggunakan permainan-permainan tertentu tidak dapat meningkatkan kecerdasan. Alih-alih, dengan pelatihan tersebut kita justru menjadi ahli dalam permainan itu.
Hal itu dikarenakan, saat kita bermain game (di mana kita baru pertama kali memainkannya), otak menjadi aktif. Tetapi, setelah kita ahli dalam permainan tersebut, kita pun memainkannya secara otomatis.
Nah, saat kita memainkannya secara otomatis, tidak terjadi aktivitas otak yang signifikan. Game tersebut sudah tidak lagi sanggup mengaktifkan sel-sel otak kita.
Oleh karena itulah, kita harus mencari tantangan baru. Tantangan baru berarti game baru, yang belum pernah kita mainkan sebelumnya, juga hal-hal baru yang menantang kita untuk menyelesaikannya.
Dengan tantangan baru, sel otak terus menerus teraktifkan. Neurogenesis pun terjadi. Pada gilirannya, kecerdasan meningkat.
Memilih Cara yang Sukar
Sebagaimana kesehatan fisik kita yang banyak dipengaruhi oleh latihan fisik, demikian juga dengan kesehatan otak kita. Fisik yang sehat membutuhkan latihan fisik alias olahraga yang rutin.
Jika kita tidak terbiasa berolahraga, maka badan kita menjadi lemah. Orang yang tidak terbiasa berolahraga akan merasa berat saat ia harus melakukan gerakan fisik. Sebaliknya, orang yang terbiasa berolahraga, tentu akan merasa ringan ketika ia harus banyak melakukan gerakan fisik.
Kecerdasan kita bekerja seperti fisik kita. Saat kita tidak membiasakan diri untuk berpikir, maka kemampuan berpikir kita pun menjadi lemah. Kita akan lebih mudah mengeluh capai dan sakit kepala manakala kita harus berpikir keras.
Sebaliknya, bagi orang yang sering melatih otaknya dengan sering berpikir, maka ia tidak gampang mengeluh capai dan sakit kepala manakala ia harus berpikir untuk menyelesaikan masalahnya, misalnya.
Penemuan-penemuan teknologi baru seperti GPS, autocorrect, dan spell-check ditengarai dapat menumpulkan kemampuan otak. Hal ini dikarenakan, teknologi-teknologi tersebut membantu manusia untuk menyelesaikan masalahnya tanpa menggunakan kemampuan otak mereka.
Dengan GPS, kita tidak perlu memahami peta (salah satu kegiatan yang menggunakan otak). GPS menggantikan otak kita untuk mencari alamat yang akan kita tuju.
Hal yang sama terjadi saat kita menggunakan autocorrect saat menulis dalam bahasa asing. Autocorrect menggantikan otak kita untuk mengoreksi tata bahasa dan ejaan yang kita tulis.
Dengan teknologi-teknologi seperti di atas, otak kita pun tidak terbiasa untuk berpikir. Hal ini pada ujungnya akan melemahkan kemampuan otak kita, atau dalam kata lain, akan mengurangi kecerdasan kita.
Agar otak kita tidak tumpul, kita perlu untuk terus-menerus melatihnya. Caranya yaitu dengan melakukan kegiatan secara manual. Hindari menggunakan teknologi yang menggantikan otak kita untuk memecahkan suatu masalah. Hindari menggunakan GPS, autocorrect, spell-chcek, dan teknologi-teknologi lainnnya yang menghalangi kita menggunakan otak kita.
Mudah, bukan, meningkatkan kecerdasan kita? Kita hanya perlu sedikit usaha untuk melakukannya. Jika Anda sibuk atau gampang merasa bosan, integrasikan cara-cara di atas dalam kehidupan Anda sehari-hari.
Sebagai contoh, saat Anda berkunjung ke tempat yang belum pernah Anda kunjungi sebelumnya, gunakan peta untuk mencari keberadaan tempat tersebut. Hal ini melatih otak Anda untuk berpikir. Saat Anda sedang berada di dalam pesawat atau kereta atau bus, Anda dapat mengobrol dan bertukar pengalaman dengan orang yang duduk di dekat Anda.
Dengan begitu, selain otak Anda terbiasa berpikir, ia juga memiliki pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai sumber pemecahan masalah.
Nah, sekarang, sudah siapkah Anda meningkatkan kecerdasan Anda? Jangan ragu untuk memberikan komentar.