Setiap orang pasti memiliki kebiasaan buruk. Ada yang biasa bangun siang. Ada yang biasa begadang. Ada yang terjerumus kebiasaan merokok. Dan, ada pula yang punya kebiasaan ngemil tidak sehat.
Bagaimana dengan Anda? Apa kebiasaan buruk Anda?
Apa pun itu, yang pasti Anda ingin menghilangkannya, bukan?
Lantas, bagaimana hasilnya? Sukses kah Anda menghilangkan kebiasaan buruk Anda? Atau, Anda selalu gagal dan kembali terjerumus pada kebiasaan itu?
Jika jawabannya yang kedua, yakni Anda selalu gagal menghilangkan kebiasaan buruk Anda, lalu apa penyebabnya?
Dalam situsnya michaelhyatt.com, Michael Hyatt menjelaskan, penyebab kegagalan Anda yaitu Anda justru terlalu berfokus pada kebiasaan buruk itu! Fokus itu alih-alih membuat Anda bersemangat menghilangkannya, justru membuat Anda pesimis dan hanya mengeluh. Yup, Anda justru hanya mengeluhkan susahnya menghilangkan kebiasaan buruk itu ketika fokus Anda hanya tertuju padanya (pada kebiasaan buruk tersebut).
Akhirnya, karena Anda hanya megeluh dan pesimis, Anda tidak terdorong untuk bertindak (bertindak menghilangkan kebiasaan buruk itu). Willpower Anda untuk berubah lebih baik malah hilang.
Kalau begitu, bagaimana caranya supaya Anda dapat menghilangkan kebiasaan buruk Anda?
Caranya, lupakan misi menghilangkan kebiasaan buruk itu dan ubah fokus Anda!
Kedengaran kontradiktif, kan? Tetapi, cara ini cukup berhasil.
Lupakan Menghilangkan Kebiasaan Buruk, Fokus pada Tujuan Anda!
Sebenarnya, apa sih yang mendorong Anda untuk menghilangkan kebiasaan buruk? Contoh, Anda punya kebiasaan buruk merokok. Apa yang mendorong Anda untuk menghilangkan kebiasaan buruk itu?
Jawabannya, TUJUAN Anda, bukan? Mungkin, Anda ingin hidup sehat. Anda tidak ingin terkena berbagai macam penyakit. Anda ingin fisik dan otak Anda dalam kondisi fit selalu. Dengan begitu, Anda bisa terus berkarya tanpa halangan.
Ini artinya, sebenarnya, tidaklah penting apakah Anda seorang perokok atau tidak. APA YANG PENTING YAITU TUBUH ANDA SEHAT (Bahkan, andaikata merokok membuat tubuh Anda sehat, tentu Anda tidak ingin menghilangkan kebiasaan itu). Apa pun caranya akan Anda tempuh demi mencapai tujuan itu, bukan hanya dengan menghilangkan kebiasaan merokok Anda. Apabila Anda merasa Anda tidak mampu menghilangkan kebiasaan merokok, Anda masih punya cara lain untuk sehat seperti berolahraga, mengonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, mengonsumsi vitamin, dan sebagainya.
Benar, bukan?
Itulah mengapa, daripada pusing-pusing bagaimana menghilangkan kebiasaan buruk, lebih baik Anda berfokus pada tujuan Anda. Geser perhatian Anda dari kebiasaan merokok pada tujuan Anda (hidup sehat, misalnya).
Tetapi, apakah hanya dengan berfokus pada tujuan Anda lantas semuanya beres?
Tentu saja tidak, bukan? Anda perlu menyusun strategi untuk mencapai tujuan itu. Dan, salah satu strategi yang efektif untuk mencapai tujuan yaitu implementation intention.
Seperti apakah implementation intention diterapkan untuk mencapai tujuan?
Yuk, simak uraiannya berikut ini.
Implementation Intention: Cara Mencapai Tujuan Anda
Implementation intention diformulasikan oleh pakar psikologi Peter Gollwitzer. Semoga ilustrasi berikut bisa membantu menjelaskan kepada Anda apa itu konsep implementation intention.
Implementation intention berupa pernyataan “jika…. maka…..”
Contoh:
“Jika saya ingin merokok, maka saya akan mengalihkan perhatian dengan minum air putih.”
“Jika saya terlanjur merokok, maka saya akan menetralkannya dengan susu.”
“Jika saya pulang malam dan tak sempat baca buku, maka saya akan bangun lebih pagi untuk membaca.”
“Jika saya terlanjur makan makanan penyebab gendut, saya akan berolahraga untuk membakar lemak.”
Nah, dari ilustrasi di atas, Anda paham, bukan apa itu implementation intention?
Implementation intention adalah cara mengantisipasi hambatan dengan menawarkan rencana/alternatif lainnya.
Dengan strategi itu, Anda jauh lebih mudah mencapai tujuan Anda. Anda menjadi tidak mudah menyerah ketika mendapati diri Anda melakukan sesuatu yang bertentangan atau menghambat goal Anda. Anda tetap optimis Anda mampu mencapai tujuan. Mengapa? Karena, Anda melihat banyak alternatif di depan mata. Jika alternatif pertama gagal, Anda dapat menjalankan alternatif kedua. Jika alternatif kedua gagal, Anda dapat menjalankan alternatif ketiga. Begitu seterusnya. Semakin banyak alternatif, Anda semakin optimis mampu mencapai tujuan itu. Sebaliknya, semakin sedikit alternatif, Anda pun semakin pesimis mampu mencapai tujuan tersebut.
Sekarang, bagaimana cara menerapkan implementation intention demi mencapai tujuan?
Simak penjelasan berikut ini.
Menerapkan Implementation Intention
Sebelum menerapkan strategi ini, terlebih dulu Anda perlu tahu apa tujuan Anda, mengapa Anda ingin menghilangkan sebuah kebiasaan.
Jadi, sebelum menerapkan implementation intention, Anda perlu bertanya kepada diri Anda sendiri:
Apa tujuan saya? Mengapa saya ingin menghilangkan kebiasaan buruk saya?
Contoh, Anda punya kebiasaan buruk merokok. Tanyakan apa tujuan Anda ingin menghilangkan kebiasaan buruk merokok.
Dalam contoh di atas, andaikanlah Anda ingin menghilangkan kebiasaan merokok demi kesehatan.
Ini artinya, tujuan Anda adalah memiliki tubuh yang sehat.
Selanjutnya, Anda dapat merumuskan beberapa rencana alternatif untuk mencapai tujuan itu dengan membuat pernyataan berbentuk “jika…. maka….”. Tetapi, ingat, rencana itu harus detail dan jelas, tidak abstrak atau dalam bentuk umum.
Contoh rencana yang umum:
“Jika ingin merokok, maka saya akan mengalihkan perhatian saya pada hal lainnya.”
Dalam pernyataan itu, Anda tidak tahu pasti apa “hal-hal lainnya” itu. Dan, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengalihkan perhatian dari rokok, bawah sadar Anda malah bingung. Akhirnya, kebingungan itu menarik Anda kembali pada kebiasaan lama Anda (merokok).
Untuk itu, Anda perlu merumuskan pernyataan yang jelas dan detail. Contohnya:
“Jika ingin merokok, maka saya akan mengalihkan perhatian dengan mimum air putih.”
“Jika tidak ada air putih, maka saya akan membayangkan penyakit kanker yang mungkin saya derita akibat merokok.”
Nah, rumuskan beberapa pernyataan dengan pola “jika…. maka….” yang berkaitan dengan merokok. Dalam konteks Anda, Anda ingin agar tubuh Anda sehat. Ini artinya, apa yang perlu Anda lakukan bukanlah hanya menghindari rokok, tetapi juga menghindari kebiasaan buruk lain seperti begadang dan makan makanan tidak sehat. Selain itu, Anda juga perlu melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat membuat Anda sehat seperti berolahraga, pola makan yang sehat, cukup istirahat, relaksasi, dan sebagainya. Dari situ, Anda dapat merumuskan pernyataan implementation intention Anda untuk mengantisipasi kalau-kalau Anda melakukan atau ingin melakukan sesuatu yang bertentangan dengan/menghambat tujuan Anda. Contoh:
“Jika muncul keinginan untuk merokok, maka saya akan minum air putih.”
“Jika muncuk keinginan untuk merokok, saya akan mengalihkan perhatian dengan berolahraga.”
“Jika terlanjur merokok, saya akan menetralisirnya dengan susu.”
“Jika terlanjur merokok, saya akan mengimbanginya dengan olahraga setiap hari.”
“Jika jam menunjukkan pukul 23.00, maka saya akan tidur.”
“Jika jam menunjukkan pukul 12.30, maka saya akan tidur siang.”
“Jika bangun jam 5 pagi, maka saya akan berlari-lari di sekitar rumah selama 1 jam.”
Dengan alternatif di atas, Anda dapat dengan lebih mudah mencapai tujuan Anda, yaitu hidup sehat.
Tujuan utama menerapkan implementation intention dalam mencapai tujuan adalah menghindarkan Anda dari perfeksionisme. Tidak ada rencana (mencapai tujuan) yang berjalan sempurna. Kadang-kadang, di tengah jalan kita menemui hambatan dan godaan seperti godaan merokok, begadang, dan makanan yang tidak sehat. Terjerumus pada godaan-godaan itu tidak lantas membuat rencana kita gagal total. Kita masih dapat memperbaikinya dengan mencari alternatif lain.
Bagaimana? Kedengarannya sangat mudah dilakukan, bukan? Tetapi, praktiknya pasti lebih sulit. Namun demikian, tidak ada salahnya untuk mencoba cara di atas. Kuncinya, berkomitmen pada tujuan Anda. Semakin kuat komitmen Anda, maka semakin kuat pula willpower Anda untuk melakukan alternatif-alternatif seperti di atas demi mencapai tujuan. Sebaliknya, semakin lemah komitmen, maka semakin lemah pula willpower Anda untuk melakukan alternatif-alternatif di atas dan Anda kembali terjerumus pada kebiasaan buruk Anda.