Apa yang harus Anda lakukan saat intuisi muncul? Kata orang, Anda harus mempercayainya dan melakukan tindakan sesuai bisikannya.

Yup! Apa yang mereka katakan itu tepat! Saat tiba-tiba muncul firasat/intuisi di hati Anda, maka percayai firasat itu dan lakukan apa yang ia katakan kepada Anda. Menurut pengalaman banyak orang, mereka tidak perlu berpikir panjang ketika intuisi menyeruak di kepala mereka. Mereka hanya perlu mempercayai dan melakukan apa yang dibisikkan intuisinya kepadanya.

Contoh, seorang pemadam kebakaran melihat situasi yang tidak biasa di lokasi kebakaran. Karena itu, muncul firasat buruk di hatinya. Firasat itu berbisik kepadanya bahwa ia harus memanggil anak buahnya keluar dari gedung yang terbakar. Dan, ia pun bertindak sesuai bisikan itu: Ia segera memanggil anak buahnya keluar dari gedung tersebut.

Apa yang terjadi ketika anak buahnya keluar dari gedung? Yang terjadi yaitu, gedung itu roboh!

Nah, dengan begitu, apa yang dibisikkan intuisinya itu tepat. Intuisi itu menuntunnya untuk segera memanggil anak buahnya keluar. Berkat intuisi itu, mereka selamat dari reruntuhan gedung.

Contoh lain, seorang pembalap melihat pemandangan aneh di arena balapan. Karena itu, muncul firasat buruk di hatinya. Firasat itu menyuruhnya untuk menghentikan mobil yang dikemudikannya. Dan, ia pun bertindak sesuai bisikan itu: Ia menghentikan mobil yang dikendarainya.

Apa yang terjadi ketika ia menghentikan mobilnya? Yang terjadi yaitu, ternyata, di depannya, sebuah mobil mengalami kecelakaan dan terkapar di tengah jalan. Itu artinya, jika ia tak menghentikan mobilnya, niscaya mobilnya menabrak mobil yang sudah terkapar di tengah jalan itu. Dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa firasatnya yang menyuruhnya untuk menghentikan mobilnya itu tepat. Berkat firasat itu, ia selamat dari kecelakaan.

Nah, sebagaimana yang dilakukan oleh dua orang di atas, yang harus Anda lakukan saat tiba-tiba muncul firasat adalah, percaya kepadanya dan lakukan tindakan sesuai perintahnya.

Dua Situasi yang Berbeda

Tetapi, masalahnya, terkadang, menangkap maksud firasat/intuisi tak sesederhana dua situasi di atas. Dalam dua situasi di atas, sang pembalap dan pemadam kebakaran hanya perlu menghentikan aktivitas mereka karena ada feeling yang tidak enak. Tetapi, bagaimana jika situasi yang dihadapi tak membutuhkan tindakan seperti itu (menghentikan aktivitas)?

Contoh, Mr. X, dalam artikel yang berjudul Cara Mempertajam Intuisi menurut Para Pakar, menghadapi situasi di mana ia melihat kejanggalan saat hanya ada satu tank tempur musuh yang datang ke medan perang. Apakah kejanggalan itu bisa dihadapi hanya dengan menyetop aktivitasnya? Atau, apakah kejanggalan itu bisa dihadapi hanya dengan menarik diri dan pasukannya dari medan perang?

intuisi

Jawabannya, tentu saja tidak! Jika hanya itu yang bisa ia lakukan, maka intuisi/firasat paling mentok hanya berguna untuk menghindari bahaya, tetapi tidak untuk membuat keputusan yang lebih berani. Jika begitu, intuisi juga tak dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang lebih rumit, untuk berkreasi dan berinovasi.

Padahal, menurut para pakar, kita dapat menggunakan intuisi untuk memecahkan berbagai masalah, berkreasi, dan berinovasi.

Dalam kasus Mr. X, intuisi digunakan untuk mengetahui jumlah tank dan formasi yang dibentuk. Dengan begitu, Mr. X tahu apa yang harus ia dan pasukannya lakukan berdasarkan jumlah tank musuh serta formasinya. Di situ, intuisi/firasat yang diperoleh Mr. X tidak memberitahunya apa yang harus ia lakukan. Firasatnya hanya memberikan petunjuk adanya kejanggalan dengan kedatangan tank musuh. Firasat itu tidak membisikkan Mr. X untuk mundur, berlari, atau menyerang.

Dan, karena firasatnya tidak memberitahunya apa yang harus ia lakukan, maka ia harus menggunakan pikiran sadarnya (sistem 2) untuk membuat keputusan. Di sini, intuisinya hanya membantunya memahami apa yang sebenarnya terjadi, bukan memberitahunya apa keputusan/solusi yang tepat.

Hal itu berbeda dengan kasus pemadam kebakaran dan pembalap formula 1 di atas. Dalam dua kasus di atas, INTUISI TIDAK MEMBANTU sang pembalap dan pemadam kebakaran MEMAHAMI APA YANG SEBENARNYA TERJADI, melainkan MEMBERITAHUNYA KEPUTUSAN/SOLUSI YANG TEPAT. Sementara itu, dalam kasus Mr. X, INTUISI TIDAK MEMBERIKAN SOLUSI, melainkan hanya MEMBANTUNYA MEMAHAMI APA YANG SEBENARNYA SEDANG TERJADI.

Dalam kasus kebakaran dan balap mobil, sang pemadam kebakaran dan pembalap hanya menggunakan sistem 1 (intuisi). Sementara itu, dalam kasus Mr. X, selain menggunakan sistem 1, ia juga harus menggunakan sistem 2 untuk membuat solusi/keputusan. Sistem 1 hanya membantu sistem 2-nya dalam memahami situasi yang sebenarnya.

Pada kasus kebakaran dan balap mobil, intuisi memberitahu sang pembalap dan pemadam kebakaran apa yang harus mereka lakukan tanpa memberitahu mereka apa yang terjadi. Sebaliknya, pada kasus Mr. X, intuisi memberitahunya apa yang sedang terjadi. Selanjutnya, Mr. X sendiri yang harus menentukan apa yang harus ia lakukan.

Pertanyaannya, bagaimana jika Anda menghadapi situasi di mana intuisi Anda tidak memberitahukan kepada Anda apa yang harus Anda lakukan dan hanya memberitahukan kepada Anda apa yang sedang terjadi? Cukupkah Anda hanya mempercayai intuisi itu dan melakukan apa yang dibisikkannya kepada Anda?

Jawabannya, tentu saja tidak cukup! Bagaimana Anda melakukan apa yang dibisikkan intuisi itu kepada Anda jika ia tidak membisikkan solusi kepada Anda?

Nah, untuk itu, selain mempercayainya, Anda juga perlu menangkap maksud intuisi itu dan mencari solusi berdasarkan apa yang diberitahuannya kepada Anda. Anda harus melakukan apa yang Mr. X lakukan.

Berikut ini beberapa tips dari para pakar mengenai apa yang harus Anda lakukan ketika firasat/intuisi (seperti yang dialami Mr. X) menyeruak di otak Anda.

1. Percaya dan Tanyakan “What’s Going On?”

Pertama, percayai firasat itu. Jangan meremehkannya.

Contoh, apabila Anda merasa ada yang janggal dengan situasi yang sedang Anda hadapi, jangan remehkan perasaan itu. Hindari berkata, “Ah, mungkin ini hanya perasaanku saja.” atau “Ah, ini hanya ketakutanku saja.” Sebaliknya, tanyakan dalam hati, “Apa yang sedang terjadi, kok situasinya janggal begini?”

2. Bercerita dan Membandingkan

Selanjutnya, Anda dapat menelusuri maksud firasat/intuisi itu dengan bercerita kepada diri Anda sendiri. Apa isi cerita? Isi cerita adalah pengalaman yang pernah Anda alami, yang mirip dengan situasi yang sedang Anda hadapi. Dalam cerita itu, Anda juga perlu membandingkan pengalaman itu dengan situasi yang Anda hadapi sekarang.

Lantas, mengapa harus bercerita?

Stories can help sharpen our intuitions by helping us with sense making, with anticipating the result, and with decision making.”

-Gary Klein, pakar psikologi yang banyak meneliti kedahsyatan intuisi

Sebagaimana penjelasan Klein di atas, cerita berguna untuk menggali intuisi Anda secara penuh. Karena, terkadang, intuisi muncul dalam bentuk yang abstrak, tidak lengkap, dan penuh teka-teki. Anda perlu mengurainya supaya jelas apa yang dimaksud olehnya; Supaya jelas apa yang ingin ia beritahukan kepada Anda.

Sekarang, bagaimana cara bercerita untuk mengungkap maksud intuisi kita? Kiranya, kisah Mr. X dapat dijadikan sebagai contoh yang menarik.

Suatu hari, Mr. X mengunjungi latihan angkatan laut. Meskipun sudah pensiun, ia tetap diijinkan untuk melihat latihan itu.

Dalam latihan itu, para tentara dilatih untuk mengawasi kedatangan tank musuh dan melaporkannya kepada atasan mereka sedemikian sehingga sang atasan dapat mengambil keputusan untuk menyerang.

Singkat cerita, Mr. X ikut mengamati medan. Seperti tentara yang sedang berlatih, ia menunggu kedatangan tank musuh. Beberapa saat kemudian, muncul sebuah tank menuruni lembah. Melihat kejadian itu, tiba-tiba terbersit firasat dalam hatinya. Firasat itu mengatakan ada yang janggal dengan kedatangan tank tersebut. Lantas, ia pun bergumam dalam hati, “Tak mungkin musuh hanya mengirim satu tank. Biasanya mereka datang bergerombol. Paling tidak ada dua tank. Pasti mereka merencanakan sesuatu.”

Dia terus mengawasi kedatangan tank berikutnya. Tetapi, yang ditunggunya tak kunjung datang. Karena itu, dia menyimpulkan bahwa tank kedua bersembunyi di suatu tempat. Ia lantas memicingkan mata, mencari-cari keberadaan tank yang bersembunyi itu. Dan, akhirnya, ia pun menemukannya.

“Kena kau!” gumamnya dalam hati, mengumpati tank kedua yang ditemukannya. Namun demikian, ternyata, masih ada yang mengganjal di hatinya. Ia pun lantas bertanya, “Kok rasanya masih ada yang kurang? Hmm, sebentar-sebentar! Tank biasanya datang dalam 4 peleton. Nah, ini hanya dua tank yang muncul. Jadi, pasti masih ada dua tank lainnya. Bersembunyi di mana kalian?

Sambil menengok ke sana-ke mari, akhirnya ia menemukan dua tank lainnya.

Nah, dalam kisah di atas, Mr. X melakukan monolog. Monolog itu tak lain adalah caranya bercerita kepada dirinya sendiri.

Apa yang ia ceritakan? Yang ia ceritakan adalah pengalaman masa lalunya ketika menghadapi tank musuh. Dalam monolognya, ia juga membandingkan pengalamannya itu dengan situasi yang dihadapinya sekarang (“Tak mungkin musuh hanya mengirim satu tank. Biasanya mereka datang bergerombol. Paling tidak ada dua tank. Pasti mereka merencanakan sesuatu”, “Tank biasanya datang dalam 4 peleton. Nah, ini hanya dua tank yang muncul. Jadi, pasti masih ada dua tank lainnya.”) Dengan perbandingan itu, ia mampu mengantisipasi/memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Nah, jika tiba-tiba muncul firasat dalam hati Anda dan Anda tidak tahu apa yang harus Anda lakukan, maka percayai firasat itu, tanyakan kepada diri Anda sendiri apa yang sebenarnya sedang terjadi, dan berceritalah kepada diri Anda sendiri. Bandingkan pengalaman Anda di masa lalu dengan situasi yang sedang Anda hadapi.

3. Simulasikan

Selain dengan membandingkan pengalaman Anda di masa lalu dengan situasi yang sedang Anda alami sekarang, Anda juga dapat melakukan simulasi.

Contoh, Anda menjumpai sebuah situasi yang berbeda dari biasanya. Apa yang harus Anda lakukan?

Pertama, percayai firasat itu.

Kedua, tanyakan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Tiga, berceritalah kepada diri Anda sendiri. Simulasikan kejadian yang pernah Anda alami di masa lalu yang mirip dengan situasi sekarang. Simulasikan juga situasi yang sedang Anda hadapi sekarang. Bayangkan bagaimana kira-kira hasil akhirnya.

Dengan simulasi, Anda bisa mengantisipasi/memahami apa yang sebenarnya terjadi. Dengan begitu, Anda dapat membuat keputusan sesuai dengan situasi itu (situasi yang sebenarnya terjadi).

Lalu, apa itu simulasi? Simulasi adalah memperagakan kejadian sesuai urutan logis. Contoh, ketika bermain catur, Anda menjumpai posisi yang sulit. Dan, untuk memutuskan apa yang harus Anda lakukan, Anda dapat membuat simulasi. Caranya, bayangkan apa yang terjadi (hasil akhir) jika kuda Anda bergerak ke arah kanan. Bayangkan pula bagaimana (hasil akhir) jika ia bergerak ke kiri, atau ke depan. Apakah gerak itu berbahaya bagi kuda Anda atau tidak.

Dengan begitu, Anda dapat memutuskan gerak yang paling aman.

Nah, ketika Anda mensimulasikan situasi yang sedang Anda hadapi, sesuai dengan pengalaman Anda di masa lalu, maka Anda niscaya tahu hasil akhirnya. dan, hasil akhir itu memudahkan Anda membuat keputusan/solusi.

4. Santai Saja

Andaikanlah, saat mengunjungi reuni sekolah, tiba-tiba seseorang mengejutkan Anda. Ia mengaku sebagai teman Anda waktu sekolah dan membombardir Anda dengan berbagai pertanyaan: Hai, apa kabar? Lama ga ketemu, nih. Sekarang tinggal di mana? Aktivitas ngapain aja? Anaknya sudah berapa? Dan seterusnya.

Tetapi, Anda hanya bengong, karena lupa siapa namanya. Anda lupa-lupa ingat tentang teman Anda itu. Ingatan Anda tentangnya samar-samar!

Nah, terkadang, intuisi/firasat muncul secara samar-samar, seperti ingatan Anda yang samar-samar itu.

Supaya Anda ingat nama teman Anda, Anda tidak boleh memaksa otak Anda untuk mengingat-ingat namanya. Anda tidak boleh terus-terusan bertanya, “Siapa, ya, namanya?”. Mengapa? Karena, semakin Anda memaksa diri mengingat namanya, maka Anda semakin kesulitan mengingatnya.

Anda cukup mengingatnya sekali-dua kali. Jika masih belum ingat, maka biarkan saja. Cepat atau lambat, Anda akan ingat namanya dengan sendirinya.

Mengungkap maksud dari firasat Anda hampir sama dengan mengingat nama teman Anda. Apabila Anda memaksa otak Anda untuk mengungkap maksud firasat itu, maka Anda semakin kesulitan mengungkap maksdunya. Yang perlu Anda lakukan adalah bersikap santai. Percayai firasat itu. Tanyakan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Jika belum ada jawaban, biarkan saja. Diamlah sejenak. Niscaya, jawaban akan muncul dengan sendirinya.

Demikian beberapa tips memahami maksud intuisi menurut para pakar. Semoga artikel di atas bermanfaat bagi Anda.

Baca juga:

Tips Belajar untuk Orang Dewasa

Ingin Sukses Menurunkan Berat Badan? Ini Dia Rahasianya!

Mengapa Perlu Mencoba Hal Baru?

Apa Itu Mental Block dan Bagaimana Mengatasinya agar Anak Lebih Optimis?

Rina Ulwia
 

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

>