Membongkar Mitos Limitless Choices: Sudahkah Anda Berkomitmen? (Bagian 1)

Benner-1.png

 

Apakah Anda bahagia menjalani hidup Anda sekarang? Atau, apakah Anda merasa bahwa hidup Anda sangat datar, membosankan, dan tidak bahagia?

Anda berpikir hidup Anda saaaangat membosankan karena di dalamnya tidak ada cerita sukses yang dapat Anda ceritakan kepada orang lain. Dan, hal itu sungguh membuat Anda kurang bahagia.

Menyadari kenyataan itu, Anda pun lantas bertanya-tanya dalam hati, mengapa hidup Anda biasa-biasa saja, tidak seperti kehidupan si A, si B, atau si C, yang diliputi kesuksesan.

Nah, salah satu alasan mengapa hidup Anda datar dan kurang bahagia yaitu karena Anda memang tidak aktif membentuk hidup Anda sedemikian sehingga seperti yang Anda mau. Anda hanya berdiam diri. Anda menjalani kehidupan Anda ala kadarnya. Prinsip hidup Anda adalah “Ikuti saja ke mana air mengalir.”

Prinsip hidup seperti di atas mendorong Anda untuk menikmati hari ini, tanpa perlu memikirkan bagaimana cara menghadapi tantangan hari esok. Konsekuensi menjadikan prinsip di atas sebagai jalan hidup yaitu Anda tidak siap menghadapi hari esok.

Lantas, apa yang bakal terjadi apabila Anda tidak siap menghadapi hari esok? Kemungkinannya ada dua. Pertama, Anda menemui kesulitan dalam hidup Anda. Atau, Anda menjalani hidup yang biasa-biasa saja; Tidak ada progres, tidak pula ada kemunduran; Anda stag di posisi Anda. Dan, inilah yang membuat hidup Anda tidak bahagia dan saaaangat membosankan.

Sekarang, pertanyaannya, mengapa Anda mengadopsi prinsip “Ikuti saja ke mana air mengalir”? Hmm, jawabannya bisa membuat Anda shock! Semua bermula dari mitos tentang “kemungkinan yang tak terbatas/limitless possibilities.” Tentang “pilihan yang tak terbatas/limitless choices”.

Nah, apa, sih, mitos limitless choices/pilihan yang tak terbatas?

Anda ingat saat orangtua Anda mengatakan bahwa Anda dapat menjadi apa pun yang Anda inginkan? Pernahkah Anda mendengar teman Anda mengatakan bahwa setiap orang dibekali kemampuan yang tak terbatas, di mana dengan ketidak-terbatasan itu, setiap orang memiliki peluang, yang juga tidak terbatas, untuk mengejar semua impian mereka?

Jika jawabannya “ya”, lantas pernahkah Anda berpikir bahwa apa yang orangtua/teman Anda katakan itu hanyalah mitos?

Baiklah. Memang benar, kita semua dapat menjadi apa pun yang kita inginkan. “I know I can be what I wanna be,” kata Nas. Kita memiliki kemampuan yang tak terbatas. Dengan demikian, kita dapat memilih menjadi apa pun yang kita mau.

Tetapi, apakah kita memiliki PELUANG yang tak terbatas untuk mengejar semua cita-cita kita? Nah, inilah yang menjadi masalah. Apa yang diucapkan oleh orangtua/teman kita di atas menjadi mitos manakala ucapan itu dibenturkan dengan kenyataan bahwa PELUANG kita untuk mencapai semua cita-cita kita adalah TERBATAS.

Mempercayai mitos limitless possibilities/choices membuat Anda bingung. Yup! Alasannya, karena terlalu banyak pilihan, Anda pun kebingungan menentukan mana yang akan menjadi tujuan hidup Anda. Karena terlalu banyak pilihan, Anda pun tidak bisa berfokus pada satu atau dua pilihan.

Hal ini ibarat Anda memilih baju di toko busana. Saat hanya ada lima pilihan, Anda pun dapat segera memilih satu atau dua potong baju yang Anda sukai. Tetapi, apabila ada lebih dari 20 pilihan, maka Anda pun bingung memilih yang mana. Pada gilirannya, Anda justru mengurungkan niat untuk membeli.

Ya, mengurungkan niat untuk membeli. Sama halnya saat Anda dihadapkan pada pilihan/kemungkinan yang tak terbatas; Anda bingung harus memilih jalan hidup yang mana; Pada ujungnya, Anda justru mengurungkan niat untuk memilih/memutuskan; Anda hanya berdiam di posisi Anda semula alias idle.

Mengapa Anda Mempercayai Mitos Limitless Choices?

Tetapi, mengapa Anda mempercayai mitos di atas (mitos limitless choices)?

Nah, berikut ini, penulis uraikan beberapa alasan mengapa Anda mempercayai mitos itu.

Lebih percaya diri

Sebagaimana penulis sebutkan di atas, salah satu alasan mengapa Anda mempercayai mitos itu yaitu saat Anda masih kecil, orangtua mengatakan kepada Anda bahwa Anda dapat menjadi apa pun yang Anda inginkan. Kuncinya adalah belajar.

Sebenarnya, orangtua Anda memiliki tujuan yang sangat mulia mengatakan seperti itu kepada Anda. Tujuannya yaitu agar Anda lebih percaya diri dengan kemampuan Anda. Mungkin, orangtua Anda berpikir, hanya saat Anda percaya diri sajalah, Anda terdorong untuk mengejar impian Anda. Bagaimana Anda terdorong mengejar impian Anda jika Anda tidak percaya terhadap kemampuan Anda sendiri? Mungkin seperti itulah orangtua Anda berpikir.

Nah, karena sejak kecil Anda diajari untuk percaya bahwa Anda mampu menjadi apa pun yang Anda inginkan, maka kepercayaan itu pun melekat di dalam bawah sadar Anda dan menjadi mindset hidup Anda.

Dengan mindset itu, Anda pun berpikir bahwa saat sudah dewasa, Anda masih memiliki peluang yang tak terbatas untuk mengejar semua cita-cita Anda.

Mitos itu membebaskan

Alasan yang kedua yaitu mitos tentang limitless choices/possibilities membebaskan diri Anda.

Ini ibarat Anda dikelilingi oleh banyak wanita. Semua wanita mengejar-ngejar Anda.

Apa yang akan Anda lakukan? Memilih salah satu dari mereka? Atau, membiarkan diri Anda terus dikejar dengan tidak memilih satu pun di antara mereka? Istilah gaulnya, PHP, pemberi harapan palsu. Heheheh. Anda mem-PHP semua wanita itu dengan tidak memilih satu pun dari mereka. Tujuannya, supaya Anda bebas bermain-main dengan para wanita itu.

Lagipula, jika Anda memilih satu di antara mereka, maka Anda akan kehilangan yang lain. “Claiming something felt like loosing everything else.” Mengklaim satu hal terasa seperti kehilangan yang lain. Dan, karena itulah, Anda pun memilih untuk tidak memilih. Dengan begitu, Anda tidak perlu kehilangan mereka semua. Selama janur kuning belum melengkung, maka Anda masih bebas bermain.

Kiasan “janur kuning” di atas tidak hanya berlaku dalam konteks hubungan, tetapi juga berlaku dalam konteks memilih jalan hidup. Anda merasa lebih bebas saat Anda tidak terikat pada satu jalan hidup. Anda merasa lebih bebas manakala janur kuning belum melengkung di depan rumah Anda.

Takut salah memilih

Alasan ketiga mengapa Anda mempercayai mitos limitless choices yaitu Anda takut salah memilih.

Di sini, penulis akan kembali menggunakan konteks hubungan untuk menjelaskan mengapa takut salah memilih menjadi alasan Anda mempercayai mitos limitless choices.

Seorang artis terkemuka, Andi Warhol, dengan sangat brilian menggambarkan psikologis orang yang takut salah memilih sebagai berikut, “The most exciting attractions are between two opposites that never meet.” Pertunjukan yang paling menarik yaitu antara dua hal yang berlainan jenis yang tidak pernah bertemu.

Dengan ungkapan di atas, Warhol hendak menggambarkan bahwa orang yang memilih untuk tidak berkomitmen (dalam hubungan) senantiasa memiliki pembenaran, yaitu menurut mereka hubungan yang menarik adalah saat sepasang kekasih tidak saling berkomitmen/terikat (The most exciting attractions are between two opposites that never meet). Saat keduanya saling terikat/berkomitmen, maka hubungan tidak lagi menjadi menarik.

Pembenaran di atas digunakan untuk menutupi ketakutan salah memilih. Mereka memilih untuk tidak berkomitmen karena mereka takut kalau-kalau ternyata mereka salah memilih pasangan hidup. Tetapi, demi menutupi ketakutan itu, mereka pun beralasan bahwa hubungan akan lebih menarik saat tidak ada komitmen.

Lantas bagaimana dengan Anda yang takut salah memilih jalan hidup? Sebagaimana orang yang tidak berkomitmen lantaran takut salah memilih pasangan hidup, Anda pun memilih untuk tidak memilih jalan hidup yang terbuka lebar untuk Anda. Dan, mitos limitless choices menjadi pembenaran Anda.

Dengan mitos itu, Anda pun dapat mengatakan kepada diri Anda sendiri seperti berikut: Pilihan itu tak terbatas. Tidak perlu terburu-buru untuk memutuskan pilihan hidup yang kita inginkan. Kita harus berhati-hati dalam menentukan pilihan. Atau, kalau perlu, urungkan kiat untuk memutuskan pilihan. Karena kita tidak tahu pasti mana yang baik dan mana yang buruk.”

Pembenaran di atas Anda gunakan untuk menutupi ketakutan Anda salah memilih jalan hidup.

Dan, karena takut memilih jalan hidup, Anda pun berdiam diri di posisi terkahir Anda alias idle. Anda tidak memiliki keberanian untuk melangkah ke depan.

Tidak siap bertanggung jawab

Setiap keputusan senantiasa diikuti tanggung jawab. Saat Anda memutuskan untuk memilih dunia bisnis sebagai jalan hidup, maka Anda harus bertanggung jawab dengan keputusan Anda.

Anda bertanggung jawab untuk mengelola dan memajukan bisnis yang Anda geluti. Anda harus aktif bertindak.

Nah, siapkah Anda mengemban tanggung jawab ketika Anda memutuskan memilih jalan hidup tertentu?

Jika Anda tidak siap bertanggung jawab, niscaya Anda pun memilih untuk mundur. Anda memilih untuk tidak memilih jalan hidup apa pun yang terpampang di depan Anda. Dan, sekali lagi, mitos limitless choices Anda gunakan untuk membuat pembenaran.

Dengan mitos tersebut, Anda dapat berkata kepada diri Anda sendiri seperti berikut: Kemungkinan/pilihan itu tidak terbatas. Semua pilihan memiliki sisi positif dan negatif. Dengan memutuskan hanya satu pilihan, itu artinya kita mengklaim hanya jalan hidup yang kita pilih sajalah yang memiliki sisi positif, sementara pilihan yang lain adalah buruk.

Padahal, bukan itu alasan Anda tidak berkomitmen pada satu jalan hidup tertentu, melainkan Anda tidak siap dengan tanggung jawab yang harus Anda pikul.

Takut gagal

Alasan berikutnya mengapa Anda mempercayai mitos limitless choices yaitu Anda takut gagal. Yup! Anda takut kalau-kalau jalan hidup yang Anda pilih ternyata sangat berat untuk dijalani. Anda berpikir bahwa Anda akan menemui banyak kegagalan dalam menjalaninya.

Nah, untuk menutupi ketakutan itu, Anda pun berdalih bahwa pilihan hidup itu tidaklah terbatas, di mana dengan ketak-terbatasan itu, Anda tidak boleh gegabah untuk berkomitmen pada satu pilihan; Anda harus merenung terlebih dulu sebelum menjatuhkan pilihan. Bahkan, bila perlu, Anda tidak perlu menjatuhkan pilihan.

Tidak menjatuhkan pilihan tampak lebih aman dibanding menjatuhkan pilihan, begitu pikir Anda. Mengapa? Karena dengan begitu, Anda tidak perlu menjalani kehidupan yang Anda pilih. Dan, karena tidak perlu menjalani kehidupan yang Anda pilih, maka Anda pun tidak akan mengalami kegagalan dalam menjalaninya. Singkatnya, bagaimana Anda bisa gagal jika Anda saja tidak menjalaninya?

Harapan yang tinggi

Alasan lainnya mengapa Anda mempercayai mitos limitless choices yaitu Anda memiliki cita-cita yang saaaaangat tinggi, yang bahkan tidak realistis. Anda ingin menggapai semua cita-cita Anda. Anda menyukai musik, seni rupa, sastra, filsafat, pengetahuan fisika, biologi, psikologi, politik, dan hukum dan ingin merengkuh semuanya sekaligus.

Mitos limitless choices memberikan harapan kepada Anda bahwa Anda dapat menggapai semua keinginan itu.

Masalahnya yaitu, mampukah Anda merengkuh semuanya? Dalam kenyataannya, tentu saja Anda menemui banyak kesulitan untuk merengkuh semuanya. Mengapa? Secerdas apa pun Anda, Anda memiliki keterbatasan waktu, fisik, dan pikiran. Meskipun waktu tidak terbatas, tetapi waktu yang Anda miliki sangatlah terbatas.

Nah, dengan penjelasan di atas, kita tahu bahwa limitless choices hanyalah mitos. Limitless choices memberikan ilusi seolah-olah kita mampu merengkuh semua impian kita.

Apa yang Harus Anda Lakukan?

Di depan, telah dijelaskan mengapa hidup Anda terasa membosankan dan kurang bahagia. Salah satu penyebabnya yaitu, Anda tidak aktif dalam menjalani kehidupan Anda. Anda menjalani hidup ala kadarnya. Semboyan Anda adalah Ikuti saja ke mana air mengalir.

Nah, alasan mengapa Anda mengadopsi semboyan itu karena Anda terpasung pada mitos limitless choices. Anda percaya bahwa pilihan/kemungkinan tidaklah terbatas.

Mempercayai mitos itu membuat Anda ragu untuk melangkah ke depan. Karena pilihan tak terbatas, Anda pun bingung menjatuhkan pilihan. Anda tidak bisa berfokus dalam hidup Anda. Anda ragu untuk berkomitmen pada satu jalan hidup. Pada ujungnya, Anda pun menyerah dan berkata, “Jalan hidup itu tak terbatas. Kita tidak bisa menilai dengan pasti mana jalan hidup yang baik untuk dijalani dan mana yang buruk. Semua terlihat samar-samar. Jadi, lebih baik, ikuti saja ke mana air mengalir. Tidak perlu memikirkan bagaimana ke depannya. Cukup jalani saja apa yang ada sekarang.”

Kalau sudah begitu, maka hidup Anda pun stag, tidak ada progres dan pencapaian. Mengapa? Karena Anda menjalani hidup Anda ala kadarnya. Anda pasif. Anda tidak memiliki kemauan untuk mewujudkan impian-impian Anda. Dan, itulah mengapa Anda merasa hidup Anda membosankan dan kurang bahagia.

Lantas, bagaimana cara membuat hidup Anda lebih hidup? Cara yang harus Anda lakukan pertama-tama yaitu membebaskan diri Anda dari jeratan mitos limitless choices. Selama Anda masih mempercayai mitos ini, Anda akan terus ragu untuk melangkah ke depan.

Selanjutnya, yaitu berkomitmen pada satu pilihan hidup. Anda ingin masa depan Anda seperti apa? Bidang apa yang ingin Anda geluti hingga akhir hayat Anda? Anda ingin dikenang orang lain sebagai apa? Tentukan identitas/peran Anda dan berkomitmenlah pada indentitas-indentitas itu.

Dengan berkomitmen pada pilihan hidup Anda, Anda pun dapat berfokus pada pilihan itu. Dan, dengan fokus, Anda pun dapat meningkatkan kualitas hidup Anda. Anda menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Anda hidup lebih aktif. Yup! Aktif merancang masa depan sedemikian sehingga sesuai dengan harapan Anda. Pada gilirannya, hal ini akan membuat hidup Anda jauh lebih hidup.

Artikel ini didasarkan pada pengalaman Meg Jay, seorang psikolog yang mendedikasikan diri membantu pasien usia 20-an dalam menghadapi masalah-masalah twentysomethings (masalah yang lumrah timbul saat remaja mulai beranjak dewasa seperti krisis identitas, bingung menentukan pilihan, tujuan hidup, minat, dst). Pengalaman tersebut terdokumentasi dalam bukunya yang berjudul The Defining Decade. (http://www.artofmanliness.com/2013/04/29/good-news-your-life-isnt-limitless/).

Pada artikel berikutnya, penulis akan mengajak Anda untuk membongkar mitos limitless choices secara mendalam sedemikian sehingga Anda tahu poin-poin ketidaktepatan mitos tersebut.

Benner-1.png

Rina Ulwia

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

Leave a Reply

Close Menu