Bayangkan orang-orang mempercayai ucapan Anda. Bayangkan mereka menyambut tawaran Anda dengan tangan terbuka. Mereka memahami dan memaklumi posisi Anda.
Sekarang, coba bandingkan dengan realitasnya. Realitasnya, mereka mengabaikan Anda, tidak percaya pada apa yang Anda katakan. Anda dianggap remeh!
Lantas, bagaimana cara supaya mereka menganggap Anda? Bagaimana agar mereka mau mempercayai dan mempertimbangkan ucapan Anda?
Kuncinya ada pada cara Anda berkomunikasi dengan mereka!
Ada dua cara berkomunikasi. Pertama, cara berkomunikasi yang buruk. Cara ini membuat orang lain malas mendengarkan Anda. Kedua, komunikasi yang efektif. Dengan cara ini, orang lain tertarik mendengarkan.
Nah, dalam artikel ini, penulis akan mengajak Anda untuk membongkar rahasia menciptakan komunikasi yang efektif, yang dapat menghipnotis orang lain untuk berkata ya kepada Anda.
Apa rahasianya? Simak uraian berikut ini.
3 Aturan: Rahasia Menciptakan Komunikasi yang Efektif
Dalam sebuah artikel yang termuat di situs psychologytoday.com, Marty Nemko, seorang pakar psikologi menjelaskan, ada 3 aturan dalam berkomunikasi. Dengan menerapkan 3 aturan itu, Anda dapat menciptakan komunikasi yang efektif, yang dapat membuat orang lain tertarik mendengarkan ucapan Anda.
1. Ping-Pong Rule
Komunikasi idealnya seperti permainan bola ping-pong, terjadi hubungan yang timbal-balik. Bukan hanya satu orang yang berbicara sedangkan yang lainnya hanya diam mendengarkan.
Menurut Marty Nemko, ketika berbicara dengan orang lain, hendaknya Anda menggunakan hanya 40-60% waktu yang ada untuk berbicara. Selebihnya, berikan kesempatan kepada diri Anda sendiri untuk mendengarkan lawan bicara Anda.
Bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? Bagaimana jika Anda terlalu banyak diam?
Terlalu banyak berdiam dalam percakapan juga tidak baik.
Mengapa?
Lawan bicara akan mengira Anda tidak tertarik dengan percakapan antara Anda dengannya. “Sepertinya, dia tidak terarik dengan ucapan saya,” demikian pikirnya. Ini membuatnya pesimis dan merasa tidak ada gunanya berbicara dengan Anda.
Kalau sudah begitu, maka Anda kehilangan kesempatan untuk menawarkan sesuatu kepadanya.
2. Traffic-Light Rule
Marty Nemko menjelaskan, dalam percakapan dengan orang lain, waktu yang ideal untuk berbiaca adalah 60 detik. Tidak kurang dan tidak lebih! Tiga puluh detik pertama Anda berbicara, pendengar masih enjoy mendengarkan Anda. Tiga puluh detik kedua merupakan lampu kuning, peringatan agar Anda segera berhenti bicara. Pada detik ke-60, Anda harus menghentikan ucapan Anda! Berikan kesempatan kepada pendengar untuk memproses/mencerna ucapan Anda dan meresponsnya.
Bagaimana jika Anda berbicara lebih dari 60 detik?
Pendengar akan kehilangan konsentrasi! Perhatiannya akan teralihkan pada hal lain. Otaknya akan kembali dalam keadaan default, melayang kemana-mana. Ini karena, working memory dalam otaknya hanya mampu memproses informasi/ucapan dalam jumlah yang terbatas. Jika Anda memaksanya untuk menyerap informasi yang panjang, maka otaknya overload, yang membuatnya kehilangan fokus.
1. The One Second-Pause Rule
Aturan yang terakhir yaitu the one second-pause rule.
Apa maksudnya?
Ketika hendak menjawab atau merespons ucapan orang lain, tunggu jeda selama satu detik.
Contoh, lawan bicara Anda berbicara panjang-lebar bla bla bla selama 60 detik. Tunggu 1 detik sebelum memberikan jawaban. Barulah, setelah itu, Anda dapat merespons ucapannya.
Untuk lebih jelasnya, mari simak percakapan berikut.
Lawan bicara: “Membiasakan diri membaca buku bisa membantu membuat Anda sukses, lho.”
Anda: (Diam selama 1 detik, baru kemudian memberikan respons) “Oya? Kalau begitu, bagaimana cara membangun kebiasaan membaca buku? Kendalanya, tidak ada waktu buat membaca.”
Mengapa Anda perlu menunggu jeda 1 detik?
Jeda 1 detik memberikan kesan kepada lawan bicara Anda bahwa Anda benar-benar mendengarkan ucapannya, bahwa Anda benar-benar mempertimbangkanya. Sebaliknya, tanpa memberikan jeda, lawan bicara akan menganggap Anda tidak mempertimbangkan ucapannya. Ia mengira Anda sibuk dengan pikiran Anda sendiri ketika ia bicara.
Bayangkan Anda berbicara panjang-lebar selama kurang lebih 60 detik. Setelah itu Anda berhenti. Begitu Anda berhenti, lawan bicara Anda langsung merespons, tanpa menunggu jeda 1 detik.
Kira-kira, bagaimana perasaan Anda?
Penulis berani menjamin Anda akan berpikir dia tidak setuju dengan ucapan Anda dan karenanya tidak sabar untuk merespons/memberikan komentar.
Demikianlah 3 aturan dalam komunikasi yang efektif. Komunikasi merupakan hubungan yang timbal-balik. Ada aksi dan ada reaksi. Ada kalanya Anda aktif berbicara, sedangkan yang lain mendengarkan. Begitu pula sebaliknya. Berikan kesempatan kepada orang lain untuk mengutarakan pendapat/respons. Dengarkan semua ucapannya dengan seksama.
Terlalu aktif alias banyak bicara dalam percakapan membuat kesan seolah-olah Anda menguasai percakapan itu. Sebaliknya, terlalu pasif alias banyak berdiam membuat kesan seolah-olah Anda tidak tertarik dengan percapakan tersebut.
Bagaimana? Mudah, bukan menerapkan aturan di atas? Jangan ragu untuk men-share artikel di atas kepada teman-teman Anda.
Sumber: psychologytoday.com
Baca juga:
4 Kebiasaan yang Menghancurkan Komunikasi Anda dengan Orang Lain
Pria vs Wanita, Gaya Komunikasi