“Writing is thinking. To write well is to think clearly. That’s why it’s so hard.”
-David McCullough
Menghitung penjumlahan 17 + 23 di luar kepala merupakan hal yang mudah. Memahami instruksi yang pendek seperti “Mulai dari jalan ini lurus. Begitu ketemu lampu merah pertama belok kanan. Lurus lagi sampai ketemu pabrik batako. Di seberang pabrik batako itulah lokasi sekolahnya” di luar kepala juga merupakan hal yang mudah.
Tetapi, bagaimana dengan menghitung perkalian bilangan 4 angka (contoh, 3876 x 1092) di luar kepala? Bagaimana memahami instruksi panjang seperti “Mulai dari jalan ini lurus. Begitu ketemu lampu merah pertama belok kanan. Lurus lagi sampai ketemu pabrik batako. Di seberang pabrik patako ada gang kecil. Masuklah ke situ, lurus terus hingga ketemu jembatan besar. Di sampingnya ada jalanan yang curam. Nah, pilih jalanan itu, lurus sampai ketemu pantai. Di pantai itu Anda bisa menyeberang ke pulau selanjutnya” di luar kepala?
Untuk melakukan kedua hal di atas, diperlukan kemampuan berpikir yang tajam.
Nah, bagaimana dengan kemampuan berpikir Anda? Mampukah otak Anda melakukan dua hal di atas? Mampukah otak Anda menghitung perkalian 3876 x 1092 di luar kepala?
Penulis berani bertaruh, Anda tidak bisa melakukannya, kecuali Anda memiliki kemampuan sempoa.
Tetapi, tidak perlu bersedih. Mengapa? Karena, hal itu bukan berarti IQ Anda rendah. Kemampuan berpikir manusia memanglah terbatas. Menurut pakar psikologi dari Princeton University George A. Miller, paling mentok, manusia hanya dapat memproses 7 +- 2 data/informasi dalam 15 detik dalam otaknya. Ini artinya, dalam 15 detik, otak Anda hanya mampu memikirkan 7 plus atau minus 2 informasi. Oleh karena itulah, ketika diminta menghapalkan deret 73529165408251936 dalam waktu 15 detik, Anda kewalahan. Karena, deret itu terdiri lebih dari 9 hal (7 plus 2 = 9 informasi).
Nah, keterbatasan kemampuan berpikir manusia membuatnya sering kewalahan ketika memikirkan sesuatu. Sebagai contoh, ketika memahami instruksi yang panjang, menghitung perkalian atau pembagian bilangan lebih dari dua angka, dan membangun serta memikirkan ide besar secara menyeluruh.
Untuk mengatasi keterbatasan itu, kita memanfaatkan bantuan kertas dan pulpen, atau komputer. Ketika menghitung perkalian 2918 x 3546, misalnya, meskipun tidak mampu menghitungnya di luar kepala, kita masih bisa menghitungnya dengan menuliskannya di atas kertas. Demikian juga ketika memahami instruksi yang panjang, meskipun tidak mampu memahaminya di luar kepala, kita masih bisa memahaminya dengan menuliskannya di atas kertas.
Tulisan merupakan salah satu alat bantu kita dalam berpikir. Ketika ada uneg-uneg di dalam otak Anda dan Anda bingung mengurainya, uraikanlah uneg-uneg tersebut di atas kertas. Niscaya, ide Anda yang awalnya abstrak bisa menjadi lebih jelas.
Bukan hanya kita, orang awam yang membutuhkan pulpen dan kertas atau komputer ketika membangun sebuah ide. Para pemikir besar seperti Charles Darwin dan Albert Einstein juga memerlukan bantuan tulisan untuk mengkonstruksikan ide mereka. Karl Marx, seorang pemikir besar dari Jerman, bahkan menulis buku setebal lebih dari 500 halaman untuk mengkonstruksikan idenya. Demikian juga pemikir yang lain. Bisa dikatakan, mustahil seorang pemikir besar tidak pernah menuliskan idenya ke atas kertas.
Penulisan ide besar ke atas kertas bukan hanya ditujukan untuk menyampaikan ide tersebut kepada umat manusia, melain untuk mengurai apa yang tadinya abstrak/tidak jelas di dalam otak. Selain itu, tulisan juga berfungi untuk mengembangkan, mengoreksi, dan mensistematiskan sebuah ide. Tanpa tulisan, mustahillah sebuah ide yang lengkap bisa dibangun.
Nah, berikut ini, penulis paparkan mengapa menulis begitu powerful; bagaimana menulis dapat mempertajam kemampuan berpikir Anda.
Bagaimana Menulis dapat Mempertajam Kemampuan Berpikir?
Ada beberapa alasan mengapa menulis dapat mempertajam kemampuan berpikir. Berikut ini di antaranya.
1. Mengembangkan ide
Tidak bisa dipungkiri, selama belum dituangkan ke dalam tulisan, sebuah ide muncul dalam bentuk yang sangat sederhana.
Contoh, tiba-tiba, terbersit ide di dalam otak Anda yang mengatakan bahwa hidup ini sebenarnya gratis.
Apakah ide itu bisa diterima?
Tentu saja, tidak, bukan? Ide itu terlalu sederhana untuk bisa diterima. Agar ia bisa diterima oleh akal manusia, Anda harus melengkapinya dengan penjelasan, alasan, dan bukti.
Nah, untuk melengkapinya dengan penjelasan, tidak mungkin Anda melakukannya di luar kepala. Memori jangka pendek Anda tidak dapat melakukan hal itu. Anda butuh bantuan pulpen dan kertas atau komputer. Tuangkan penjelasan, alasan, dan bukti yang mendukung ide Anda bahwa hidup ini sebenarnya gratis.
Di sini, tulisan berfungsi untuk mengembangkan ide Anda yang awalnya sangat sederhana di dalam otak.
2. Mengoreksi ide
Selain mengembangkan ide, menulis juga berfungsi untuk mengoreksi ide tersebut. Di dalam otak, pemikiran Anda masihlah tumpang tindih dan campur aduk. Di luar kepala, Anda tidak dapat mengurainya dan memilah-milah mana yang relevan dengan ide Anda dan mana yang tidak relevan dengan ide tersebut. Anda butuh bantuan kertas dan pulpen atau komputer untuk mengurainya.
Nah, setelah dituangkan ke dalam tulisan, barulah Anda bisa melihat mana yang relevan dengan ide Anda dan mana yang tidak. Selain itu, Anda juga dapat mengoreksi argumen Anda, adakah yang keliru dari argumen tersebut atau tidak.
3. Mensistematiskan ide
Selain mengembangkan ide dan mengoreksinya, menulis dapat mempertajam kemampuan berpikir Anda yakni dengan jalan mensistematiskan ide.
Di dalam otak Anda, bangunan ide Anda masihlah tumpang tindih, seperti dijelaskan sebelumnya. Selain itu, seringkali, argumen berputar-putar atau melompat-lompat. Ada satu penjelasan yang tidak berhubungan dengan penjelasan lainnya.
Anda tidak dapat mensistematiskan bangunan tersebut di dalam otak Anda. Memori jangka pendek Anda tidak memungkinkan itu. Anda perlu bantuan tulisan. Tuliskanlah semua yang mengalir dari otak Anda. Biarkan ia mengeluarkan semua uneg-uneng dari dalam otak.
Setelah selesai, lihatlah sejenak. Baca tulisan Anda. Niscaya, Anda menemukan beberapa penjelasan/paragraf/kalimat yang tumpang tindih, berputar-putar, dan melompat-lompat. Langkah selanjutnya, Anda dapat mengedit tulisan itu. Editlah tulisan tersebut sedemikian sehingga menjadi bangunan yang sistematis (berurutan secara logis).
Kesimpulan
“Menulis adalah berpikir,” demikian ungkap David McCullough. Yup! Menulis sama saja dengan berpikir. Ketika menulis, Anda tidak melakukannya secara otomatis. Sebaliknya, Anda memikirkan kata yang tepat mengungkapkan isi otak Anda. Selain itu, ketika menulis, Anda mengurai isi otak Anda yang tadinya tumpang tindih, berputar-putar, dan melompat ke sana-ke mari.
Anda tidak dapat membangun sebuah ide besar hanya di dalam otak Anda. Anda tidak dapat membayangkan dan mensimulasikan ide itu hanya di dalam benak. Anda tidak dapat menghitung perkalian bilangan lebih dari 2 angka di luar kepala. Anda juga tidak mampu memahami instruksi yang panjang yang disampaikan hanya sekali. Anda butuh bantuan tulisan untuk memahaminya.
Tulisan merupakan alat bantu Anda dalaam berpikir. Tulisan MEMBANTU ANDA MELIHAT APA YANG TIDAK BISA ANDA BAYANGKAN DI DALAM OTAK.
Untuk itu, ketika Anda memiliki ide dan bingung bagaimana mengembangkan dan memperjelasnya, tuangkanlah dalam bentuk tulisan. Ia membantu membuat kemampuan berpikir Anda semakin tajam.
Baca juga:
Cara Menjadi Pintar ala Si Manusia Kalkulator
Ini Dia Salah Satu Mental Blok yang Menghambat Kreativitas Anda!
5 Kesalahan yang Harus Anda Hindari dalam Berpikir Kritis