Tahukah Anda, kata-kata mengandung kekuatan dahsyat yang dapat memengaruhi kehidupan Anda. Dalam dunia kerja, kata-kata dapat menurunkan dan meningkatkan kinerja dan produktivitas.
Apa alasannya? Bagaimana kata-kata bisa begitu powerful?
Menurut para pakar, ini dikarenakan kosakata dapat memengaruhi emosi kita. Kosakata yang negatif membuat emosi kita berubah jadi negatif. Kosakata positif membuat emosi kita berubah jadi positif. Kosakata yang berat membuat Anda merasa tertekan. Kosakata yang menarik membuat Anda semakin termotivasi. Kosakata yang ringan membuat tugas Anda terasa ringan dikerjakan.
Jika tidak percaya, coba bandingkan dua kalimat berikut ini:
Kamu anak yang brilian
Kamu anak yang pandai
Apa kesan Anda setelah membaca kedua kalimat itu?
Kalimat pertama terasa lebih “wah” dibanding kalimat kedua, bukan? Kata “brilian” menimbulkan kesan yang lebih hebat dibanding kata “pandai”. Kalimat “Kamu anak yang brilian” membuat benak kita langsung membayangkan anak itu genius seperti Albert Einstein atau Isaac Newton, dan bakal memiliki pengaruh yang besar terhadap dunia.
Sementara itu, kalimat, “Kamu anak yang pandai,” dampaknya tak sebesar kalimat yang pertama. Karena, “kepandaian” merupakan hal yang biasa saja.
Saking besarnya pengaruh kosakata, bahkan kekeliruan dalam memilih kata bisa berkaibat fatal bagi motivasi anak. Menurut para pakar, memuji anak dengan pujian yang memuat kosakata berlebihan seperti “genius”, “brilian”, “hebat” justru dapat membuat anak terbebani, yang akhirnya membuat mereka takut untuk mencoba.
Hal ini sudah penulis jelaskan dalam artikel yang berjudul Hati-Hati! Pujian bisa Berbahaya bagi Motivasi Anak Anda yang Memiliki Low Self-Esteem!
Masih ragu kosakata memiliki pengaruh yang besar?
Baiklah jika begitu, mari kita beranjak pada contoh lain. Coba bandingkan dua kalimat ini:
Rio Haryanto telah mengukir prestasi di bidang balap mobil
Rio Haryanto telah meraih prestasi di bidang balap mobil
Di antara dua kalimat di atas, menurut Anda mana yang lebih berkesan?
Kalimat pertama, bukan?
Kata “mengukir” jauh lebih berkesan dibanding kata “meraih”. Kata “meraih” memberikan kesan bahwa prestasi yang dicapai oleh Rio itu biasa saja.
Nah, dari dua contoh di atas, sekarang Anda yakin, bukan, bahwa kosakata memiliki kekuatan besar yang dapat memengaruhi tindakan Anda? Di dunia kerja, kosakata dapat memengaruhi kinerja.
Kosakata yang konstruktif dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas. Sebaliknya, kosakata yang destruktif dapat menurunkan produktivitas dan kinerja.
Pertanyaannya, kosakata yang destruktif itu yang bagaimana? Bagaimana pula yang disebut kosakata yang konstruktif?
Kosakata Destruktif yang dapat Membuat Kinerja Anda Menurun
Berikut ini beberapa kosakata destruktif yang lumrah digunakan. Mungkin, Anda juga sering menggunakannya dalam keseharian Anda.
Harus
Apakah Anda sering mengucapkan kata “harus”?
Contoh, ketika mengerjakan tugas kantor, Anda berkata, “Saya harus menyelesaikan tugas ini dengan cepat”, “Saya harus lebih komunikatif saat presentasi.”
Tahukah Anda, kata “harus” seperti dalam dua contoh di atas bisa menimbulkan kesan berat di benak Anda. Kosakata itu membuat Anda merasa terbebani. Pikiran bawah sadar Anda menerjemahkan kata itu sebagai BEBAN yang mengintimidasi diri Anda sendiri.
Apa akibatnya?
Akibatnya, karena merasa terintimidasi, tanpa sadar Anda menjadi takut mencoba, menyerah, pesimis, dan tidak termotivasi untuk mengerjakan tugas Anda.
Oleh karena itu, Anda perlu mengganti kata “harus” dengan kata lain yang lebih ramah terhadap diri Anda.
Kami atau Kita
Sebenarnya, kata “kami” tidaklah berbahaya bagi Anda. Ia menjadi bahaya ketika diterapkan dalam konteks yang tidak tepat.
Konteks yang bagaimana yang tidak tepat untuk kata “kami”?
Konteks/situasi yang di dalamnya Anda berbicara mewakili diri Anda sendiri, bukan mewakili tim atau kelompok.
Contoh:
“Apa yang kami lakukan adalah berdasarkan fakta.”
“Maaf, itu kesalahan kami.”
“Kita akan memperbaiki kesalahan ini.”
Padahal, situasinya Anda sendiri yang melakukan kesalahan. Tetapi, Anda melibatkan rekan kerja Anda.
Lalu, apa bahayanya? Bahayanya:
1. Anda mengerjakan tugas dengan setengah hati,
2. tidak terlibat penuh (not fully engaged),
3. kurang bertanggung jawab.
Oleh karena itu, Anda perlu menggantinya dengan kata yang lebih konstruktif yang dapat meningkatkan kinerja Anda.
Saya
Seperti kata “kita” dan “kami”, sebenarnya kata “saya” tidaklah berpengaruh negatif ketika digunakan dalam konteks yang tepat. Ia menjadi destruktif ketika diterapkan dalam konteks/situasi yang tidak tepat.
Tetapi, situasi yang bagaimana yang tidak tepat untuk kata “saya”?
Situasi yang di dalamnya Anda berbicara mewakili tim atau kelompok, bukan mewakili diri Anda sendiri.
Contoh:
“Saya sudah mencoba mengerjakannya, tetapi masih banyak yang perlu dilakukan.”
“Baiklah. Akan saya kerjakan.”
Bayangkan contoh di atas dalam konteks Anda sedang bekerja secara tim. Dalam situasi seperti itu, kata “saya” dapat membuat Anda bersikap otoriter, memaksakan kehendak Anda kepada tim atau rekan-rekan Anda. Di samping itu, tanpa sadar, Anda juga menjadi kurang bisa bekerja sama dan tidak bersedia melibatkan orang lain.
Oleh karena itu, Anda perlu menggantinya dengan kosakata yang lebih konstruktif.
Nah, semua akibat dari penggunaan kata-kata di atas pada akhirnya membuat kinerja dan produktivitas Anda menurun.
Sekarang mari kita beranjak pada kosakata-kosakata yang konstruktif, yang dapat Anda gunakan untuk mengganti kosakata-kosakata di atas supaya kinerja dan produktivitas Anda meningkat.
Ganti Kosakata Destruktif dengan Kosakata Berikut untuk Meningkatkan Kinerja Anda
Jika Anda biasa menggunakan kosakata-kosakata di atas dalam keseharian Anda, Anda perlu menggantinya dengan kosakata-kosakata yang lebih konstruktif demi meningkatkan kinerja.
Nah, kosakata apa saja yang dapat Anda gunakan untuk mengganti kosakata-kosakata di atas?
Perlu
Ganti kata “harus” yang membuat Anda terintimidasi dan karenanya menjadi pesimis dan takut mencoba dengan kata “perlu”. Kata “perlu” menimbulkan kesan seolah apa yang Anda kerjakan merupakan kebutuhan Anda sendiri, yang datang dari dalam diri Anda, bukan kewajiban yang dipaksakan dari luar.
Dengan kesan seperti itu, Anda menjadi lebih bersemangat mengerjakannya, lebih sepenuh hati, terlibat (fully engaged), dan kinerja Anda pun meningkat.
Saya
Kata “kami” dan “kita” dalam situasi yang tidak tepat (situasi yang di dalamnya Anda berbicara mewakili diri Anda sendiri, bukan mewakili tim) perlu Anda ganti dengan kata “saya”.
Kata “saya” menimbulkan kesan bahwa hasil kerja Anda merupakan milik Anda sendiri. Anda merasa memiliki otonomi penuh atas kerja Anda, di mana otonomi itu membuat Anda merasa bebas untuk berimprovisasi, bebas menerapkan teknik yang sesuai dengan diri Anda.
Di samping itu, otonomi itu juga membuat Anda lebih terlibat (fully engaged), semakin bersemangat, bertanggung jawab, dan bekerja dengan sepenuh hati.
Akhirnya, dengan sikap-sikap di atas, kinerja dan produktivitas Anda pun semakin meningkat.
Kami atau Kita
Kata “saya” yang digunakan dalam situasi yang tidak tepat (situasi yang di dalamnya Anda berbicara mewakili tim atau kelompok, bukan mewakili diri sendiri) perlu Anda ganti dengan kata “kami” atau “kita”.
Penggunaan kata “kami” atau “kita” dalam kerja kelompok/tim dapat menimbulkan kesan bahwa Anda tidak bekerja sendirian, bahwa tugas Anda tidak akan selesai tanpa bantuan dan partisipasi teman-teman Anda.
Kesan ini pada ujungnya mendorong Anda untuk lebih kooperatif, komunikatif, dan mau mendengarkan orang lain. Kerja sama bisa semakin baik, kompak, dan Anda pun dapat membuat orang lain terlibat penuh.
Akhirnya, kekompakan itu turut meningkatkan kinerja dan produktivitas Anda.
Nah, demikianlah bagaimana kosakata memengaruhi kinerja Anda. Selain kosakata-kosakata di atas, masih banyak lagi kosakata yang dapat Anda ganti dengan kosakata lain yang lebih konstruktif. Anda dapat menelusurinya sekarang. Temukan apa saja kosakata yang membawa dampak negatif bagi kinerja Anda dan ganti kosakata-kosakata itu dengan kosakata lainnya yang lebih konstruktif.
Akhir kata, selamat bekerja!
Baca juga:
Bagaimana Cara Meningkatkan Produktivitas Kerja? Terapkan Trik Ampuh Berikut Ini!
Ini Dia Alasan Mengapa Anda harus Memiliki Motto Hidup!
Atur Energi, bukan Waktu agar Kerja lebih Efisien
Bagaimana Cara Meningkatkan Keterlibatan Karyawan?
Bagaimana agar Mengeluh Menjadi Kebiasaan yang Produktif?