Anda punya kebiasaan buruk?

Apa kebiasaan buruk Anda?

Apa pun itu, yang pasti, Anda ingin merubahnya, bukan?

Nah, berhasilkah Anda merubah kebiasaan buruk Anda?

Apa?? Sudah berkali-kali mencoba merubahnya tetapi tak kunjung berhasil??!

Heheheh, tenang saja! Itu bukan 100% kesalahan Anda. Kebiasaan buruk memang sukar dirubah. Ada dua alasan utama mengapa bisa begitu. Pertama, kebiasaan buruk biasanya berasal dari dorongan yang bersifat insting. Contoh, mengonsumsi makanan/minuman yang tidak sehat seperti makanan yang banyak mengandung minyak, makanan yang manisnya berlebihan, dan makanan yang mengandung kolesterol tinggi. Anda sukar menghilangkan kebiasaan mengonsumsi makanan-makanan itu lantaran sudah dari sononya lidah Anda tertarik pada jenis makanan itu.

Kedua, kebiasaan merupakan aktivitas yang dilakukan secara otomatis. Anda melakukan kebiasaan tanpa perlu berpikir. Contoh, apabila Anda terbiasa makan dengan tangan kanan, maka tanpa perlu berpikir terlebih dulu, Anda sudah otomatis menggunakan tangan kanan setiap kali makan. Saat hendak makan, Anda tidak perlu memerintahkan tangan kanan Anda untuk bekerja. Sebaliknya, tanpa sadar, Anda dapat menggunakan tangan kanan setiap kali makan. Seolah-olah, sudah diprogram oleh otak Anda bahwa tangan yang bertugas untuk makan adalah tangan kanan.

Nah, demikianlah dua alasan mengapa kebiasaan buruk sukar dirubah.

Sangking sukarnya dirubah, sudah berkali-kali Anda mencobanya, tetapi gagal terus. Anda gagal merubah kebiasaan buruk Anda.

Lantas, apakah itu artinya, kebiasaan buruk memang tidak bisa dirubah?

Jawabannya, tentu saja tidak!

Mungkin, Anda akan berkata begini, “Ah, sepertinya impossible merubah kebiasaan buruk. Sepertinya saya memang sudah ditakdirkan untuk memiliki kebiasaan itu. Ya sudah. Diterima saja. Mungkin ini kekurangan saya.”

Untuk menyanggah pemikiran itu, coba Anda renungkan ini:

Baaaaaaaanyak sekali orang yang dapat merubah kebiasaan buruk mereka. Ada yang berhasil menghilangkan kebiasaan merokok. Ada yang berhasil menghilangkan kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol. Ada yang berhasil menghilangkan kebiasaan berselancar di internet tanpa tujuan yang jelas. Ada pula yang berhasil menghilangkan kebiasaan mengonsumsi makanan tidak sehat.

Jika mereka saja bisa, maka Anda pun juga bisa. Mengapa? Karena, Anda dan mereka sama-sama manusia, yang memiliki karakteristik yang sama.

Nah, sekarang, jika Anda bisa merubah kebiasaan buruk Anda, kira-kira, bagaimana caranya?

Dalam artikel ini, penulis akan mengajak Anda untuk mengurai satu trik dahsyat yang dapat mendorong Anda melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan trik ini, Anda dapat merubah kebiasaan buruk Anda dengan mudah.

Bagaimanakah cara itu?

Anda penasaran?

Kalau begitu, langsung saja simak uraian berikut ini.

Core Value dan Merubah Kebiasaan Buruk

Setiap orang senantiasa memiliki nilai-nilai utama/core value yang ia junjung tinggi. Sebagaimana penulis jelaskan dalam artikel yang berjudul Bagaimana Cara Hidup Bahagia, core value ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kebahagiaan seseorang.

Orang yang hidup di dalam nilai yang ia junjung tinggi lebih bahagia dibanding mereka yang hidup tidak dalam nilai yang mereka junjung tinggi.

Tetapi, apa itu nilai utama/core value?

Core value adalah nilai-nilai yang mengekspresikan sebuah tujuan tertentu. Sebagai contoh, Anda memiliki core value kesehatan. Senantiasa ada alasan mengapa Anda menjadikan kesehatan sebagai core value Anda. Ada alasan mengapa Anda menjunjung tinggi nilai kesehatan. Misalnya, kesehatan dapat membantu mempermudah hidup Anda. Dengan hidup sehat, Anda bisa terus hidup mandiri, tanpa bantuan dan belas kasih orang lain. Atau, dengan hidup sehat, Anda dapat terus meningkatkan produktivitas.

Contoh lain, Anda menjunjung tinggi nilai pendidikan. Bagi Anda pendidikan merupakan aspek yang paaaaaaaaaling penting dalam hidup Anda.

Tentu saja, ada alasan di balik mengapa Anda menjunjung tinggi nilai pendidikan. Misalnya, menurut Anda, pendidikan memungkinkan Anda terus maju, memenangkan persaingan hidup.

merubah kebiasaan buruk

 

Pertanyaannya, apa hubungan core value dengan merubah kebiasaan buruk?

Meg selig, penulis buku 37 Secrets to Habit Change Success menjelaskan bahwa core value dapat dijadikan sebagai motivator alias pendorong dalam melakukan perubahan.

Apa maksudnya?

Agar lebih jelas, kiranya dapat penulis paparkan dalam bentuk contoh.

Contoh, Anda ingin merubah kebiasaan buruk Anda. Katakanlah, Anda memiliki kebiasaan buruk merokok. Nah, untuk menghilangkan kebiasaan buruk itu, Anda dapat memanfaatkan core value alias nilai yang Anda junjung tinggi. Misal, dalam hidup, Anda saaaaangat menjunjung tinggi nilai keluarga. Anda mengutamakan keluarga dibanding apa pun. Gunakan nilai keluarga sebagai pendorong bagi Anda untuk berhenti merokok.

Bagaimana caranya?

Caranya mudah saja. Renungkan dampak buruk kebiasaan merokok bagi keluarga Anda. Kenyataannya, banyak sekali dampak merokok bagi keluarga Anda. Antara lain, meskipun mereka tidak merokok, tetapi saat Anda merokok di depan mereka, mereka bisa ikut terkena dampak negatifnya lantaran menjadi perokok pasif. Selain itu, tidak tertutup kemungkinan, anak-anak Anda meniru kebiasaan buruk Anda itu (kebiasaan merokok).

Nah, jika keluarga adalah nilai yang Anda junjung tinggi, niscaya membayangkan dampak buruk rokok bagi keluarga Anda dapat mendorong Anda untuk berhenti merokok.

Contoh lain, Anda memiliki kebiasaan buruk berselancar di internet tanpa tujuan yang jelas. Di depan layar komputer, Anda hanya sibuk mengumpulkan informasi dari internet tanpa pernah sempat membaca informasi itu satu-persatu.

Nah, untuk menghilangkan kebiasaan buruk itu, Anda dapat memanfaatkan core value Anda. Katakankah, beberapa di antara nilai yang Anda junjung tinggi yaitu pendidikan/pembelajaran. Anda sangat menghargai ilmu. Anda sangat menghargai pendidikan.

Untuk menghilangkan kebiasaan buruk Anda, Anda dapat memanfaatkan nilai tersebut (nilai pendidikan).

Caranya bagaimana?

Renungkan dampak negatif berselancar di internet (tanpa tujuan yang jelas) bagi pendidikan Anda. Kenyataannya, baaaaanyak sekali dampak berselancar di internet (tanpa tujuan yang jelas) dengan kemampuan belajar. Menghabiskan waktu untuk berselancar di internet membuat Anda kehilangan waktu untuk belajar. Selain itu, sebagaimana dijelaskan para pakar, kebiasaan berselancar di internet (tanpa tujuan yang jelas) dapat menyebabkan Anda seperti pengidap ADHD alias hiperaktivitas. Anda jadi susah fokus. Perhatian Anda jadi mudah teralihkan.

Hal itu tentu sangat menghambat proses belajar Anda. Bagaimana Anda bisa paham informasi dari buku yang Anda pelajari jika perhatian Anda mudah teralihkan? Demikian logikanya.

Bagaimana? Mudah, bukan memanfaatkan core value untuk merubah kebiasaan buruk?

Tetapi, mungkin Anda masih agak kurang paham penjelasan di atas. baiklah, jika begitu, agar lebih jelas, mari kita simak penjelasan lebih dalam tentang bagaimana memanfaatkan core value untuk merubah kebiasaan buruk.

Bagaimana Memanfaatkan Core Value untuk Merubah Kebiasaan Buruk?

Bagaimana cara memanfaatkan core value untuk merubah kebiasaan buruk? lakukan langkah-langkah berikut ini.

1. Tentukan kebiasaan buruk yang ingin Anda rubah.

Contoh:

Merokok

makan tidak sehat

minum minuman beralkohol

kecanduan media sosial

2. Sebutkan nilai-nilai yang Anda junjung tinggi.

Contoh:

Keluarga

Pendidikan

Kekayaan

Kejujuran

Kebebasan

Kemandirian

Bisa jadi, nilai yang Anda junjung tinggi berhubungan dengan goal Anda (merubah kebiasaan buruk). Tetapi, bisa jadi juga tidak ada hubungan langsung antara goal Anda dengan nilai yang Anda junjung tinggi. Namun demikian, Anda masih dapat menghubungkan keduanya dengan cara mencari dampak negatif kebiasaan buruk yang ingin Anda rubah terhadap nilai yang Anda junjung tinggi.

Oya, terkadang, kita tidak sadar nilai apa yang kita junjung tinggi. Terkadang, kita tidak tahu dengan pasti apa yang kita dambakan dalam hidup ini. Untuk itu, Anda perlu merenung secara mendalam, tanyakan kepada diri Anda sendiri, apa, sih, sebenarnya menjadi tujuan hidup Anda; Apa aspek kehidupan yang Anda anggap paaaaaaling penting; Kehidupan yang seperti apa yang Anda dambakan. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Anda akan tahu apa core value Anda.

3. Tuliskan alasan mengapa Anda menjunjung tinggi nilai-nilai itu.

Contoh, katakanlah setelah cukup lama merenung, Anda dapati nilai yang Anda junjung tinggi adalah nilai kemandirian. Pada langkah 3, tuliskan alasan mengapa Anda menjunjung tinggi nilai tersebut. Mungkin, menurut Anda kemandirian itu keharusan. Orang yang sudah dewasa harus mandiri karena tidak ada lagi pelindung yang bertanggung jawab atas kehidupannya kecuali dirinya sendiri.

4. Tuliskan alasan mengapa Anda ingin menghilangkan/ merubah kebiasaan buruk Anda. Alasan harus berkaitan dengan core value Anda.

Contoh, katakanlah Anda memiliki kebiasaan buruk merokok. Sementara itu, core value Anda adalah pendidikan. Alasan Anda menjunjung tinggi nilai pendidikan yaitu karena pendidikan membantu Anda terus berkembang. Dengan terus belajar, Anda menjadi pribadi yang tidak ketinggalan zaman. Dengan begitu, Anda dapat memenangkan persaingan hidup.

Nah, dengan data-data di atas, Anda dapat merumuskan alasan mengapa Anda ingin menghilangkan/ merubah kebiasaan buruk Anda sesuai dengan core value Anda. Misal, alasannya yaitu: Merokok dapat membuat saya terserang banyak penyakit, mulai dari kanker, paru-paru, hingga serangan jantung. Jika saya sakit, saya tidak dapat belajar dengan efektif. Saya pasti lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit. Dengan keadaan sakit, tentu pikiran tidak akan dapat berpikir dengan jernih. Hal itu sangat menghambat pembelajaran. Pada akhirnya, karena jarang belajar, saya ketinggalan zaman. Saya kalah dalam persaingan hidup.

Dengan alasan yang sesuai dengan core value Anda, niscaya Anda terdorong untuk berubah.

Menurut pengalaman penulis, core value cukup ampuh untuk merubah kebiasaan buruk dan juga untuk memaksa penulis melakukan sesuatu yang berat. Sebagaimana kebanyakan orang, penulis sebenarnya tidak suka memakai helm. Tetapi, setiap bepergian dengan sepeda motor, penulis sadar penulis harus mengenakannya. Bukan lantaran takut ditilang polisi. Heheheh. Tetapi, karena takut jika terjadi kecelakaan.

Di sini, apa yang mendorong penulis untuk mengenakan helm (melakukan apa yang tidak penulis sukai) yaitu core value penulis.

Apa itu?

Kemandirian.

Apabila penulis tidak mengenakan helm dan terjadi kecelakaan di jalan, di mana akhirnya karena kecelakaan itu penulis menderita gegar otak, hilang ingatan atau lumpuh, maka bisa-bisa selamanya penulis membutuhkan pertolongan dan belas kasih orang lain. Hal itu tentu tidak sesuai dengan nilai yang penulis junjung tinggi.

Untuk itu, daripada menyesal, penulis lebih memilih untuk mengenakan helm (meskipun sedikit tersiksa) demi keselamatan.

Nah, jika core value manjur bagi penulis, maka ia pun manjur bagi Anda. Ia dapat menjadi tenaga pendorong yang mendorong Anda untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Akhir kata, selamat mencoba trik di atas.

Baca juga:

3 Langkah Menguasai Kebiasaan Baru

Kunci Sukses Membangun Kebiasaan Membaca Buku

Trik Jitu Memotivasi Diri Sendiri untuk Bertindak

 

 

Rina Ulwia
 

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

>