Pada artikel sebelumnya, penulis telah menjelaskan kepada Anda bahwa dalam memecahkan masalah atau menciptakan inovasi baru, strategi berfokus pada masalah jauh lebih efektif ketimbang strategi berfokus pada solusi. Berfokus pada masalah berarti mencurahkan waktu dan perhatian untuk merumuskan masalah dari berbagai sudut sebelum tiba pada solusi.
Tetapi, bagi Anda yang belum mengenal strategi itu, tentunya merumuskan masalah bukanlah hal yang mudah. Banyak kebingungan yang Anda jumpai.
Nah, dalam artikel ini, penulis akan menunjukkan kepada Anda bagaimana cara merumuskan masalah secara efektif sedemikian sehingga inovasi brilian muncul dari dalam otak Anda.
Untuk itu, terus simak artikel ini hingga selesai. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.
Tips Merumuskan Masalah secara Efektif untuk Inovasi yang Brilian
Apa saja tips merumuskan masalah untuk menemukan ide dan inovasi yang brilian?
Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini.
1. Rephrase masalah
Pernahkah Anda memerhatikan roda kereta?
Untuk mengantisipasi selip, roda kereta didesain sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti gambar berikut ini.
Desain seperti itu muncul tidak serta-merta. Awalnya, untuk mengantisipasi selip, rel keretalah yang didesain seperti itu.
Tetapi kemudian, muncul masalah yakni rel dengan desain seperti itu memakan waktu dan biaya dalam pembuatannya. Jika panjang lintasan rel adalah 1.000 kilometer, maka perlu dibuat rel kereta dengan desain seperti itu sepanjang 1.000 kilometer.
Nah, dari situ mulailah dicari alternatif lainnya.
Tetapi, pada awalnya, bagaimana bisa muncul ide untuk membuat rel kereta dengan desain seperti itu? Ini karena, pada awalnya masalah dinyatakan dengan kalimat berikut, “Bagaimana agar lintasan dapat dibuat lebih aman bagi kereta yang melintas di atasnya?” (“How can the tracks be made safer for trains to ride on?”)
Menyatakan masalah keamanan kereta dengan pertanyaan di atas mendorong penemuan rel kereta dengan desain seperti itu.
Nah, karena desain itu menimbulkan masalah baru, yakni pemborosan biaya dan waktu pembuatan, maka dicarilah alternatif lainnya. Masalah dinyatakan dengan kalimat yang berbeda dari semula. Jika awalnya adalah, “Bagaimana agar lintasan dapat dibuat lebih aman bagi kereta yang melintas di atasnya?”, sekarang menjadi “Dengan cara apa sajakah kita dapat membuat lalu lintas kereta lebih aman?” (“In what ways might we make railroad traffic safer?”)
Dari pertanyaan itu, muncullah ide untuk membuat roda kereta dengan desain di atas sebagai alternatif untuk lebih menghemat waktu dan biaya pembuatan.
Bagaimana? Brilian sekali, bukan?
Anda pun juga bisa menciptakan ide dan inovasi yang brilian dengan menggunakan cara di atas. Ketika solusi Anda memunculkan masalah baru, atau ketika Anda menjumpai masalah, cobalah untuk menyatakan masalah itu dengan kalimat yang berbeda dari kalimat sebelumnya.
Anda juga dapat mengubah kata atau frasa dalam pernyataan masalah (problem statement) Anda. Contoh, ketika Anda ingin mencari solusi bagaimana caranya supaya dapat meningkatkan penjualan, Anda dapat mengganti frasa “meningkatkan penjualan” dengan “menarik konsumen”. Atau, mengganti kata “meningkatkan” dengan “memperluas” atau “melipatgandakan”.
Dengan frasa dan pilihan kata yang berbeda-beda, maka persepsi Anda pun berubah-ubah sesuai dengan perubahan frasa dan kata tersebut. Akhirnya, beraneka-ragamnya persepsi memunculkan banyak ide dan invoasi yang brilian.
Nah, untuk memudahkan Anda me-rephrase pernyataan masalah, gunakan kamus tesaurus bahasa Indonesia.
2. Level abstraksi
Apa yang Anda lihat ketika memerhatikan rembulan dengan mata telanjang? Hanya tampak bentuk bulan yang bulat dengan cahaya terang, bukan?
Sekarang, bagaimana ketika Anda melihatnya dengan teleskop? Tampak lubang-lubang di permukaannya yang membuatnya tidak rata.
Lalu, bagaimana jika Anda melihatnya di atas permukaan bulan itu sendiri? Anda melihat lembah, gunung, tanah, batu-batuan, dan semua yang ada di permukaannya.
Dari tiga ilustrasi di atas, apa yang dapat Anda simpulkan?
Apa yang Anda lihat tergantung pada LEVEL ABSTRAKSI Anda!
Apa itu level abstraksi?
Level abstraksi adalah tingkatan umum-khusus sebuah kategori.
Ketika Anda melakukan abstraksi, Anda menarik garis umum dari bagian-bagian yang khusus. Tetapi, apa yang umum dan apa yang khusus tidaklah tetap. Gelas adalah bentuk khusus dari barang pecah belah. Gelas adalah bentuk khususnya, sedangkan barang pecah belah adalah bentuk umumnya. Tetapi, ia juga dapat menjadi bentuk umum bagi cangkir, mug, dan gelas bertangkai. Di sini, cangkir, mug, dan gelas bertangkai merupakan bentuk khususnya, sedangkan bentuk umumnya adalah gelas.
Dan, ketika level abstraksi itu disatukan, maka akan terlihat hierarkinya sebagai berikut: mug, cangkir, dan gelas bertangkai menjadi bentuk khusus dari gelas; gelas menjadi bentuk khusus dari barang pecah belah.
Barang pecah belah
Gelas
Mug, cangkir, gelas bertangkai
Jika dibalik, akan tampak hierarki sebagai berikut: barang pecah belah merupakan bentuk umum dari gelas; gelas merupakan bentuk umum dari cangkir, mug, dan gelas bertangkai.
Mug, cangkir, gelas bertangkai
Gelas
Barang pecah belah
Nah, masalah pun sama. Ia bisa dipandang sebagai bagian dari masalah yang lebih umum, atau bisa juga ia dipandang sebagai masalah umum yang dapat dibagi ke dalam bagian-bagian yang lebih khusus.
Anda dapat memformulasikan masalah Anda dengan MENGUBAH LEVEL ABSTRAKSI ANDA. Caranya, cari tahu apakah ia merupakan bagian dari masalah yang lebih umum atau sebaliknya ia merupakan masalah umum yang memuat berbagai bagian yang lebih khusus.
a. Khusus ke umum
Sekarang, kita bahas lebih dulu perumusan masalah dengan melihatnya sebagai masalah yang lebih umum (menarik masalah dari kategori khusus ke kategori yang lebih umum).
Penemuan kapal RO-RO (roll-on/roll-off) sebagai pengganti kapal LO-LO (lift-on/lift-off) tidak lain berkat cara di atas (menarik garis umum dari kategori yang khusus).
Tetapi, apa, sih, maksudnya menarik kategori umum dari kategori yang khusus?
Contoh, Anda punya masalah. Katakanlah, Anda ingin meningkatkan penjualan produk Anda (andaikan produk Anda yaitu mobil bermerek Tonyoto). Nah, ditinjau dari level abstraksi, merek Tonyoto dapat dimasukkan ke dalam kategori yang lebih umum, yakni kategori mobil. Bentuk umumnya adalah mobil, sedangkan bentuk khusunya adalah mobil merek Tonyoto.
Jika dengan pertanyaan, “Dengan cara apa sajakah saya dapat meningkatkan penjualan Tonyoto?” Anda tidak mendapatkan ide sama sekali untuk meningkatkan penjualan Anda, Anda dapat meningkatkan level abstraksi Anda, atau dalam kata lain mengganti Tonyoto dengan mobil sehingga pertanyaan yang muncul adalah: “Dengan cara apa sajakah saya dapat meningkatkan penjualan mobil?”
Level abstraksi ini (mobil) memberikan pandangan baru yang dapat memancing bawah sadar Anda untuk menemukan solusinya.
Jika dengan level abstraksi itu Anda belum juga mendapatkan ide, Anda dapat meningkatkan kembali level abstraksi Anda.
Dalam artikel berikutnya, penulis akan mengajak Anda untuk mengetahui bagaimana mengatur level abstraksi sedemikian sehingga Anda dapat menarik masalah dari kategori khusus ke kategori yang lebih umum.
b. Umum ke khusus
Jika cara sebelumnya adalah dengan melihat masalah sebagai bagian dari masalah yang lebih umum, maka sekarang kita beranjak pada cara yang berkebalikan dari cara di atas.
Terkadang, ide brilian juga muncul dari menarik apa yang umum ke yang khusus, mengidentifikasi bagian-bagian khusus dari masalah yang umum.
Bagaimana cara membagi masalah yang umum ke dalam bagian-bagiannya yang lebih khusus?
Carilah sebab dari masalah umum tersebut!
Sebuah masalah bisa disebabkan oleh berbagai hal. Contoh, masalah padamnya listrik, bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti pohon tumbang, korsleting, pemadaman bergilir, atau kerusakan tabung trafo. Demikian juga masalah Anda.
Contoh, Anda ingin agar kreativitas di perusahaan Anda meningkat. Maka, Anda dapat mencari ide untuk meningkatkannya dengan menganggapnya sebagai masalah yang umum. Dengan menganggapnya sebagai masalah yang umum, Anda dapat membagi masalah itu ke dalam beberapa bagian yang lebih spesifik.
Carilah beberapa penyebab/faktor utama di perusahaan Anda yang dapat memengaruhi kreativitas di perusahaan Anda. Faktor-faktor itulah bagian spesifik dari masalah Anda (meningkatkan kreativitas perusahaan).
Misalnya, Anda menemukan ada 4 faktor yang memengaruhi kreativitas di perusahaan Anda, yakni sumber daya manusia, material, kebijakan, dan lingkungan.
Nah, setelah menemukan faktor-faktor tersebut, sekarang ajukan pertanyaan dengan format, “Dengan cara apa sajakah saya dapat….”
Contoh, pada faktor suber daya manusia, ajukan pertanyaan: “Dengan cara apa sajakah saya dapat meningkatkan kreativitas sumber daya manusia?”
Tuliskan jawaban yang muncul dari pikiran Anda. Contoh jawabannya: “Melatih kreativitas mereka”.
Langkah selanjutnya, kembali ajukan pertanyaan. Tanyakan, “Dengan cara apa sajakah saya dapat melatih kreativitas karyawan?”
Pertanyaan itu memancing jawaban dari alam bawah sadar Anda, menawarkan ide yang mungkin dapat Anda terapkan untuk melatih kreativitas karyawan.
Pada faktor yang lain, yakni faktor material, lingkungan, dan kebijakan, ajukan juga pertanyaan yang serupa dengan format, “Dengan cara apa sajakah saya dapat….”
Contoh, pada faktor kebijakan, Anda dapat mengajukan pertanyaan, “Dengan cara apa sajakah saya dapat membuat kebijakan yang memicu kreativitas karyawan?”
Tuliskan semua jawaban yang muncul dari pikiran Anda. Misal, “Berikan otonomi”.
Sekarang, ajukan kembali pertanyaan dengan format yang sama, “Dengan cara apa sajakah saya dapat memberikan otonomi kepada karyawan?”
Pertanyaan di atas memancing pikiran bawah sadar untuk mencari solusi sebanyak-banyaknya. Hasilnya, Anda menemukan banyak ide untuk memberikan otonomi kepada karyawan Anda.
Dengan cara di atas, maka masalah yang awalnya tampak sebagai masalah yang umum, sekarang tampil sebagai masalah-masalah yang khusus, di mana Anda dapat memecahkannya secara terpisah.
Otak kita menyukai pertanyaan. Setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya selalu ia jawab dengan antusias. Ketika Anda bertanya, “Dengan cara apa sajakah saya dapat meningkatkan kreativitas karyawan?” pikiran bawah sadar, dalam kondisi tidur sekali pun, tetap bekerja untuk mencari jawaban dari pertanyaan itu.
3. Ubah kata benda menjadi kata kerja dan sebaliknya
Inovasi brilian juga dapat muncul dengan mengubah kata benda menjadi kata kerja atau sebaliknya.
Contoh, Anda memiliki masalah yaitu menjual mobil. Dan, pernyataan masalah (problem statement) Anda awalnya adalah: “Dengan cara apa sajakah saya dapat menjual mobil?”
Jika Anda tidak menemukan ide, coba ubah kata benda “mobil” menjadi kata kerja “memobilkan” sehingga problem statement-nya menjadi: “Dengan cara apa sajakah saya dapat memobilkan penjualan saya?”
Nah, pertanyaan itu memancing pikiran bawah sadar untuk mencari data yang berhubungan dengan kata “memobilkan” dan yang sekaligus dapat digunakan untuk memecahkan masalah Anda.
4. Balik urutan problem statement
Ketika kehabisan akal, jangan putus asa! Anda masih dapat memecahkan masalah Anda dengan mencoba membalik urutan problem statement Anda.
Bagaimana caranya?
Contoh, katakanlah Anda punya masalah, yakni menjual T-shirt hasil desain Anda sendiri. Jika Anda merasa mentok, tidak tahu bagaimana harus mempromosikan dan mengenalkan produk itu kepada khalayak, cobalah balik problem statement Anda. Misal, problem statement-nya adalah: “Dengan cara apa sajakah saya dapat mempromisikan T-shirt saya?” maka, Anda dapat membalik urutannya menjadi: “Dengan cara apa sajakah saya dapat menggunakan T-shirt saya untuk mempromosikannya?”
Cara di atas memberikan Anda perspektif baru mengenai cara mempromosikan T-shirt hasil desain Anda sendiri.
Dalam sebuah percobaan, beberapa kata ditulis ke dalam 2 urutan yang berbeda, urutan A dan urutan B.
Pada urutan A, kata tersusun dari atas ke bawah sebagai berikut:
SKYSCRAPER (Pencarkar langit)
PRAYER (Doa)
TEMPLE (Candi)
CATHEDRAL (Katerdal)
Pada urutan B, susunan kata dari atas ke bawah adalah sebagai berikut:
PRAYER (Doa)
SKYSCRAPER (Pencakar langit)
TEMPLE (Candi)
CATHEDRAL (Katedral)
Partisipan diminta untuk mengasosiasikan urutan kata itu dengan kata-kata lainnya. Pada urutan A, terungkap, partisipan lebih mengasosiasikan urutan kata itu dengan kata-kata yang berhubungan dengan arsitektur. Sementara itu, pada urutan B, mereka lebih mengasosiasikan urutan kata dengan kata-kata yang berhubungan dengan agama.
Dari percobaan itu, disimpulkan bahwa urutan kata memengaruhi bagaimana kita mengasosiasikan urutan itu. Urutan yang lebih awal membawa dampak yang lebih besar bagi persepsi kita dibanding urutan berikutnya. Asosiasi yang terjadi di alam bawah sadar kita bergantung pada urutan yang lebih awal itu.
Nah, dari kesimpulan itulah Anda dapat mencari ide dengan cara membalik urutan kata pada problem statement Anda.
Demikianlah beberapa tips merumuskan masalah yang dapat penulis sampaikan kepada Anda. Semoga, tips di atas manjur dan dapat diterapkan untuk memecahkan masalah Anda dan menciptakan inovasi baru yang brilian. Tidak lagi, deh, pikiran mentok, buntu, dan blank. Bos puas dan bersiap-siaplah karir Anda melesat secepat kilat!
Sumber:
creativethinking.net
thinkjarcollective.com
litemind.com
Baca juga:
Ingin Punya Ide Inovatif? Berfokuslah pada Masalah, bukan Solusi!
Ini Dia Cara Efektif Meningkatkan Kecerdasan Otak!
Ingin Jadi Orang Kreatif yang ga Ada Matinya? Lakukan “Kesalahan” Sebanyak-Banyaknya!
Otak Kanan vs Otak Kiri: Mitos atau Fakta?
Ingin Banyak Ide Kreatif seperti Thomas Alva Edison? Ini Dia Rahasianya!
[…] Dengan Cara Ini, Anda dapat Merumuskan Masalah secara Efektif. Bersiaplah untuk Inovasi Brilian tanp… […]
[…] Dengan Tips Ini, Anda dapat Merumuskan Masalah dengan Efektif! Bersiaplah untuk Inovasi Brilian tanp… […]
[…] Dengan Tips Ini, Anda dapat Merumuskan Masalah dengan Efektif! Bersiaplah untuk Inovasi Brilian tanp… […]