Benner-4.pnj

 

Anda tahu, kan, tokoh entertainer Indonesia yang baru-baru ini naik daun? Yup! Tepat sekali, Elly “Sugigi” yang sering tampil di banyak acara komedi di televisi kita. Saya tahu Anda heran dan takjub dengan kepercayaan dirinya yang super duper tinggi. Benar, bukan? Anda pun sering bertanya di dalam hati Anda, “Gimana caranya bisa se-PD orang ini?” Anda ingin seperti Elly Sugigi, yang tampil PD di depan ribuan, bahkan jutaan penonton di seluruh tanah air, yang menertawakan fisiknya.

Mengapa Anda ingin seperti Elly Sugigi? Jawabannya jelas, Anda memiliki masalah kepercayaan diri di mana masalah itu disebabkan oleh fisik Anda, yang menurut Anda memiliki kekurangan. Dan, oleh karena itulah, Anda ingin menjadi seperti Elly sugigi, yang penuh percaya diri meskipun seantero negeri ini menertawakannya!

Hmmm, tetapi, saya memiliki sedikit saran untuk Anda, yang sedikit berbeda. Well, tidak diragukan lagi Elly Sugigi memang orang yang hebat, yang penuh dengan kepercayaan diri, yang seribu satu caci makian terhadapnya tidak menggoyahkannya untuk terus maju. Mungkin, dia berpegang pada prinsip bahwa tidak ada yang dapat menginjak-injak harga dirinya kecuali dia sendiri mengijinkan dirinya diinjak-injak. Hasilnya, terbukti, bukan? Dia menjadi orang yang kuat, yang tidak terinjak oleh ratusan macam cacian.

Betapa pun hebatnya efek prinsip itu, bukan berarti prinsip seperti itu ampuh bagi setiap orang, termasuk bagi Anda. Dalam banyak kasus, banyak orang yang, sekali pun sudah menguatkan diri mereka dengan berbagai motivasi positif, seperti “Saya orang yang cantik”, “Kecantikan bukanlah segalanya”, “Menilai orang dari fisiknya merupakan tindakan dangkal,” dan sebagainya, tetap saja mengalami krisis kepercayaan diri (lantaran fisik mereka) manakala bertemu dengan orang lain.

Mengapa demikian? Karena pada kenyataannya motivasi-motivasi positif itu tidak sesuai dengan kenyataan yang dialami. Bagaimana orang mau menanamkan mindsetAku orang yang cantik” jika lingkungannya terus-menerus men-judge fisiknya, mengejeknya sebagai orang yang buruk rupa dan lantas mengucilkannya karena hal itu? Bagaimana orang akan terbebas dari penjara fisik yang membelenggu kepercayaan dirinya jika lingkungan terus-menerus memperlakukan orang lain dengan pertimbangan fisik?

Saya berani bertaruh, masalahnya bukan hanya terletak di dalam diri Anda, tetapi juga terletak pada lingkungan. Sudah terbukti bahwa, bagi lingkungan kita, penampilan fisik merupakan salah satu faktor pertimbangan dalam pergaulan. Jika tidak percaya, coba Anda ingat-ingat kembali dan akui secara jujur, bagaimana Anda menilai sepasang suami istri di mana berat badan sang istri jauh melebihi berat badan sang suami. Saya yakin mata Anda akan melirik tanda ketidaksetujuan dan keheranan. Dalam hati, Anda akan mengatakan, “Wow, kok mau sih sama orang gendut?” atau, “Wow, pasangan yang paling tidak serasi! Bagaikan angka 10.”

Belum lagi tayangan komedi di televisi yang seringkali memanfaatkan “kekurangan” fisik orang sebagai bahan komedi. Dan, mirisnya, kita semua menikmatinya tanpa rasa bersalah sama sekali!

Pertanyaannya, bagaimana caranya meningkatkan kepercyaan diri di tengah lingkungan yang tidak mendukung seperti itu? Nah, untuk tahu jawabannya, mari simak artikel ini hingga selesai.

1. Lingkungan yang mendukung

Seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, seringkali bukan semata-mata kesalahan Anda jika Anda kurang percaya diri karena penampilan, melainkan juga salah lingkungan yang memperlakukan orang lain dengan pertimbangan fisik.

Sebagai contoh, percaya atau tidak, masih banyak orang yang menilai orang lain dari busana yang mereka kenakan, merek gadget yang mereka bawa, dan bagaimana fisik mereka. Bergaul dengan orang-orang seperti ini, Anda akan terlebih dulu dilihat dari merek busana yang Anda pakai, merek gadget yang Anda bawa, atau penampilan fisik Anda. Jika busana yang Anda kenakan, atau gadget yang Anda bawa bukan kriteria mereka, mereka akan memperlakukan Anda berbeda dengan perlakuan mereka terhadap orang-orang yang memenuhi kriteria mereka.

Apakah terus bertahan di lingkungan seperti itu baik untuk Anda? Jangan paksakan diri Anda untuk diterima di kalangan seperti itu. Jangan pula menyalahkan diri Anda sendiri jika Anda kehilangan kepercayaan diri bergaul dengan orang-orang semacam itu. Masalahnya bukan di diri Anda. Bukan bawaan lahir bahwa Anda adalah orang yang inferior dan rendah diri. Justru karena pergaulan yang tidak sehat seperti itu yang membuat Anda inferior. Anda tidak percaya diri karena mereka memperlakukan Anda secara berbeda.

Jika Anda memiliki masalah seperti itu, solusinya adalah carilah teman yang mendukung Anda. Bergaullah dengan orang-orang yang menilai orang lain menurut pertimbangan kecerdasan dan kebaikan, bukan pertimbangan fisik.

Bergaul di lingkungan seperti ini, paling tidak, akan mengalihkan perhatian Anda. Anda tidak lagi berfokus pada penampilan fisik Anda. Sebaliknya, fokus Anda akan beralih kepada hal-hal yang menunjang perkembangan diri Anda.

2. Berpenampilan rapi dan sewajarnya

Pernahkah Anda terjerumus pada kata-kata motivasi yang menyarankan Anda untuk tidak memedulikan anggapan orang lain tentang penampilan Anda? Maksudnya, karena motivasi itu, Anda justru semakin terjatuh dalam lembah ketidakpercayaan diri.

Jika, iya, mungkin Anda akan menyalahkan kata-kata yang penuh motivasi itu, dan tidak lagi memercayainya.

Tetapi, tahukah Anda mengapa Anda justru semakin kehilangan kepercayaan diri setelah melaksanakan saran yang dilontarkan kepada Anda lewat kata-kata motivasi itu? Jawabannya, karena Anda menelannya mentah-mentah.

Karena motivator menyarankan agar Anda tidak memedulikan anggapan orang lain mengenai diri Anda, atau karena lagu-lagu yang Anda dengar menyarankan Anda untuk menjadi diri Anda sendiri, bukan menjadi apa yang orang lain harapkan tentang Anda, Anda pun lantas berpenampilan sesuka Anda.

Demi meyakinkan diri Anda bahwa Anda tidak akan down ketika orang lain menilai macam-macam tentang Anda, Anda pun berdandan aneh, eksentrik, dan terlalu menarik perhatian.

Jika hal ini terjadi, tidak menutup kemungkinan lingkungan akan benar-benar menilai Anda macam-macam. Anda akan dinilai sebagai orang yang tidak punya malu, cari perhatian, bahkan akan dicap sebagai orang yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan. Akibatnya, mereka pun akan menjauhi Anda. Dan, karena jika Anda tidak siap, Anda pun justru akan semakin kehilangan kepercayaan diri.

Oleh karena itu, untuk menumbuhkan kepercayaan diri, tidak perlu menantang rasa percaya diri Anda. Menantang kepercayaan diri Anda ketika Anda memiliki masalah kepercayaan diri adalah tindakan bodoh, sebodoh ketika Anda membandingkan diri Anda dengan Mpok Elly Sugigi.

Mpok Elly Sugigi tidak memiliki problem kepercayaan diri, yang oleh karenanya merasa enjoy sekali pun banyak orang menertawakannya. Ini pun, menurut saya, lebih dikarenakan dorongan untuk mencari nafkah. Jika dipikir, tidak akan ada yang mempersilakan diri sendiri untuk dijadikan sebagai bahan tertawaan.

Ada nilai negatif yang dikandung dari komedi-komedi semacam ini, yaitu bahwa “Orang lain yang menertawakan fisik Anda tidaklah salah sama sekali, yang salah adalah diri Anda yang gagal menerima hal itu secara positif.”

Ini artinya, kita harus bisa menerima dengan positif manakala orang-orang menertawakan fisik kita. Dengan pola pikir seperti ini, tidaklah heran jika semakin banyak orang yang apatis. Jangan shock jika semakin banyak orang yang tidak tahu cara menghargai dan menghormati orang lain, karena dari TV, kita diajarkan untuk leluasa menghina dan menertawakan orang lain, bukan untuk menghargai dan menghormati mereka.

Pernah dengar berita heboh tentang seorang remaja putri yang marah-marah di jejaring sosial karena harus berbagi kursi dengan penumpang kereta yang sedang hamil? Diberitakan bawah remaja itu mencaci-maki sang ibu yang dengan hamil itu dengan cacian yang apatis. Itu salah satu contoh nyata bagaimana pola pikir seperti di atas memengaruhi hubungan sosial kita dengan lingkungan.

Yang Anda perlu tanamkan di dalam diri Anda, jika lingkungan Anda membiarkan orang lain menjadi bahan tertawaan, dan mereka justru ikut menikmatinya, berarti ada yang salah dengan pola pikir orang-orang di lingkungan Anda.

Dengan kepercayaan ini, Anda akan berhenti menyalahkan diri Anda sendiri ketika Anda kehilangan rasa percaya diri karena mereka menertawakan penampilan fisik Anda. Semakin Anda menyalahkan diri Anda sendiri sebagai sumber ketidakpercayaan diri Anda, maka Anda akan semakin kehilangan kepercayaan diri. Anda akan menilai diri Anda sebagai orang yang lemah, orang yang bermental tempe.

3. Pilih pasangan yang tepat

Apa pertimbangan Anda ketika memilih pasangan hidup? Pekerjaan yang mapan? Ketampanan? Kecerdasan? Perhatian? Apa pun pertimbangannya, yang pasti, pilihlah orang yang tidak menilai kualitas Anda berdasarkan pertimbangan fisik.

Apa konsekuensinya jika Anda memilih pasangan yang hanya melihat kualitas fisik Anda? Akibat terparahnya, dia akan merusak pola pikir Anda! Anda, yang tadinya tidak terlalu peduli dengan penampilan, kini disibukkan dengan berbagai macam hal hanya untuk membuat penampilan Anda sempurna di dahapannya.

Karena menurut pasangan Anda, kualitas dinilai dari penampilan, maka ia pun menuntut Anda untuk terus-menerus membenahi penampilan Anda agar semakin berkualitas. Akibatnya, karena terus menerus dijejali pola pikir seperti itu, akhirnya tertanam di dalam bawah sadar Anda mindset bahwa kualitas dinilai dari penampilan.

Saat Anda memiliki mindset seperti itu, jangan heran jika Anda terus-menerus berkutat pada penampilan fisik Anda. Jangan heran jika fokus perhatian Anda ketika bergaul dengan orang lain adalah penampilan fisik Anda.

Anda harus memilih pasangan yang tepat, yang tidak menilai kualitas Anda berdasarkan pertimbangan fisik. Alasannya, pasangan Anda adalah orang yang paling dekat dengan Anda. Ia adalah orang yang paaaaaaling berpengaruh bagi Anda.

Bagaimana jadinya jika pasangan Anda menilai seseorang dari penampilan semata? Maka, jadinya, Anda pun terpengaruh untuk menilai orang lain dari penampilan. Bahkan, lebih dari itu, Anda juga akan menilai diri Anda dari penampilan Anda.

4. Secara wajar, ikuti tren

Terkadang, untuk diterima oleh lingkungan sosial, kita perlu beradaptasi dengan lingkungan. Salah satu caranya yaitu mengikuti tren busana yang terbaru. Tidak ada yang salah dengan mengikuti tren busana yang ada. Dengan mengikuti tren terbaru, bukan berarti kemauan Anda didikte oleh lingkungan, oleh selera pasar.

Memakai busana yang sedang tren berarti Anda memakai busana yang paaaaaling pasaran. Ini artinya, Anda tidak kelihatan mencolok di antara kerumunan orang karena busana yang Anda pakai sama modelnya dengan busana yang teman-teman Anda pakai.

Bagi mereka yang memiliki kepercayaan diri tinggi, seperti para artis, kelihatan mencolok merupakan tujuan mereka. Mereka akan semakin senang ketika orang-orang mengenalnya, membicarakannya karena penampilannya yang mencolok.

Tetapi, bagi Anda, yang memiliki masalah kepercayaan diri terhadap penampilan fisik, terlihat mencolok (secara fisik) merupakan kutukan! Saya yakin Anda tidak akan siap saat mereka melihat diri Anda dengan berbagai model tatapan, dari yang kagum hingga yang mencemooh. Jika Anda memiliki problem kepercayaan diri, saya yakin Anda akan menilai bahwa tatapan mereka berarti negatif, semuanya!

Tidak jarang, hal ini menyebabkan Anda cemas, yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, keluar keringat dingin, dan wajah memerah. Jika hal ini terjadi, Anda justru semakin kehilangan rasa percaya diri.

Ketika mengikuti tren busana terbaru, hindarilah berlebihan dalam mengenakan busana dan pernak-pernaknya. Jika perlu, berkonsultasilah kepada orang yang paham dan ahli memadu-padankan busana. Anda dapat membaca majalah atau berselancar di internet untuk mencari referensi yang terpercaya.

5. Cerdas dan bijak

Jika Anda tidak yakin dengan penampilan Anda, imbangi “kekurangan” Anda dengan penegtahuan yang luas, keterampilan yang mumpuni, serta perilaku yang bijak.

Dengan keterampilan dan pengetahuan yang luas, orang-orang akan banyak meminta bantuan Anda. Mereka akan menghormati kecerdasan dan keuletan Anda.

Sementara itu, saat Anda memiliki kebijakan dan kedewasaan, Anda akan dipandang sebagai orang yang bermartabat bagi orang lain. Saat Anda dipandang sebagai orang yang bermartabat, tidak akan ada yang PD (percaya diri) menjatuhkan diri Anda lewat ejekan-ejekan fisik.

6. Kurangi waktu menonton TV

Tidak bisa dipungkiri , televisi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pola pikir dan perilaku kita. Celakanya, banyak konten yang termuat yang memiliki efek negatif bagi perkembangan diri kita.

Jika Anda penggemar acara TV, Anda akan menemukan banyak tayangan yang berisi ejekan, hinaan, dan cacian terhadap fisik seseorang. Belum lagi, segudang iklan yang menawarkan kepada Anda produk kecantikan, yang secara tidak langsung menggiring opini Anda bahwa cantik adalah begini, begitu.

Sebagaimana kebiasaan tumbuh karena dilakukan berulang kali, jika Anda setiap hari, setiap saat berada di depan TV, maka pada akhirnya Anda pun akan terpengaruh oleh konten-konten di dalamnya. Aatak Anda akan terbentuk sebagaimana TV mengajarkan Anda. Jika TV mengajarkan Anda untuk menilai kualitas berdasarkan pertimbangan fisik, maka Anda pun akan menilai kualitas Anda berdasarkan pertimbangan fisik.

Salah satu faktor yang memengaruhi penilaian seseorang terhadap kita adalah faktor penampilan. Dan, karena kenyataan itu, banyak dari kita yang menjadi tidak nyaman bergaul dengan orang lain karena khawatir dengan penampilannya. Sekali pun penilaian berdasarkan pertimbangan fisik adalah penilaian yang dangkal, seringkali kita tidak berdaya menghadapi penilaian seperti itu.

Bukan sepenuhnya kesalahan Anda jika Anda tidak berdaya, karena tentu saja lingkungan jauh lebih berdaya ketimbang Anda. Namun demikian, masih banyak yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan dan ketidakpercayaan diri bergaul dengan orang lain.

Caranya sudah saya paparkan di atas. Sekarang, saatnya Anda bertindak, rasakan manfaatnya, dan jangan lupa untuk membagi pengalaman Anda melawan rasa tidak PD di sini.

Baca juga:

Ingin Sukses Menurunkan Berat Badan? Ini Dia Rahasianya!

Menyetop Kebiasaan Ngemil ala Ilmuan MIT

Keinginan untuk Tampil Cantik Mulai Mengganggu Hidup Anda? Ini Dia Kunci Sukses Mengatasinya!

Benner-4.pnj

 

Rina Ulwia
 

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

  • Ismanto says:

    thanks mbak, sepertinya saya cocok dengan saran diatas. Dan akan saya praktekkan

  • isa says:

    Sangat membantu banget, kini saya tahu cara solusinya makasih,,

  • alex says:

    halo, salam kenal.
    artikel mbak rina ini sangat bagus sekali ya. laiknya orang yang udah experience banget gto.
    sy baru aja membaca 2 artikel lain milik mbak, dan saya sudah mulai merasakan ada sedikit perubahan dalam diri saya, tentu aja ke arah yang positif.
    terima kasih atas artikel2 mbak, niscaya akan sy coba aplikasikan dalam hidup saya yang kaco ini. hehe.
    pamit mbak rina.

    • Rina Ulwia says:

      Sebelumnya terimakasih atas balasannya, mas Alex. Senang rasanya bisa ikut sedikit membantu. Selamat beraktivitas dan sukses selalu.

  • >