Banyak orang berpendapat kebahagiaan bisa didapatkan dengan membuat orang lain bahagia. Mereka melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan sampai keinginan orang lain untuk bahagia. Sikap orangtua kepada anak adalah contoh nyata di sekitar kita.

Mereka melakukan apa saja untuk bisa memenuhi kebutuhan si anak. Mulai dari makan, minum, tempat tidur, mainan untuk anak sampai memberikan pendidikan layak yang diyakini bisa membantu anak untuk mempersiapkan diri untuk kehidupannya kelak.

Sebaliknya, ada juga orang yang lebih mementingkan kesenangan dan diri mereka sendiri. Mereka mengabaikan kebutuhan dan orang lain yang ada di sekitar mereka. Mereka terlalu berfokus pada diri sendiri. Apa-apa mereka, apa-apa tentang diri mereka, tanpa hari tanpa diri mereka sendiri. Bahkan tidak jarang mereka melakukan tindakan yang dipandang secara norma tidak berprikemanusiaan untuk memenuhi kedagingan mereka.

Pernah Anda menjumpai orang seperti ini? Atau jangan-jangan Anda masih seperti yang saya sebutkan di atas. Ayo ngaku??? Hehehehehe 🙂

Contoh nyata yang kita bisa lihat adalah orangtua yang menyuruh anaknya untuk mengamen di pinggir jalan. Anak dengan usia yang masih sangat muda harus melakukan pekerjaan yang tidak seharunya mereka lakukan. Anak dengan masa bermain dan bersenang-senang dengan teman sebayanya harus rela mencari uang untuk memenuhi kebutuhan orangtuanya. Tidak masuk akal, bukan??

Hal yang sering kita lihat di kota-kota besar seperti di Jakarta.

Contoh lain yang lebih extrem lagi, orangtua yang tega menjual anaknya kepada hidung belang untuk mendapatkan uang panas dalam jumlah besar yang bisa mereka gunakan untuk memuaskan diri sendiri.

Pertanya sekarang, penting mana diri kita sendiri atau orang lain?

Fokus Pada Orang Lain

20120629-102715

Memang benar jika kita fokus kepada orang lain untuk kebahagiaan mereka maka kita juga bisa ikut bahagia. Tidak jarang seseorang bisa mengeluarkan potensi terbesar mereka untuk melihat kebahagiaan orang yang mereka cintai. Untuk bisa mencapai kebahagiaan tersebut Anda harus memiliki hati dan niat yang benar-benar tulus.

Anda tidak akan bahagia dan menyalahkan orang lain jika bertindak berdasarkan paksaan dan rasa tidak suka. Anda tidak akan bisa bahagia jika motivasi Anda ternodai oleh emosi negatif. Tidak masalah sekecil apapun itu.

Contohnya, orang yang bekerja dalam satu perusahaan. Mereka yang berpikir bahwa apa yang mereka lakukan semata-mata hanya untuk si bos, kemungkinan besar mereka akan sulit untuk berkemang dalam karier. Begitu juga sebaliknya dengan karyawan yang benar-benar tulus ingin membangun perusahaan. Mereka akan sukses secara karier dan tidak jarang mereka disukai oleh bawahan dan atasanya.

JIka saat ini Anda berjuang demi orang yang Anda sayangi, cobalah cek perasaan Anda. Apakah Anda tulus melakukanya atau hanya sekedar “tulus” saja. Di mana Anda mudah marah jika mereka tidak melakukan apa yang Anda harapkan.

Fokus Pada Diri Sendiri

mirror_reflection1

Banyak orang sering salah penafsiran jika mereka terlalu fokus dan peduli pada diri sendiri, maka akan sulit untuk bahagia dan apa yang mereka doakan dan panjatkan akan sulit sampai ke atas. Alias dikabulkan oleh Tuhan. Kita sering mendengarkan hal ini bukan. Tidak jarang kita mendapatkannya dari ceramah-ceramah pemuka agama.

Itu bukanlah satu nasehat yang buruk dan usang. Itu benar adanya dan saya juga meyakini akan hal tersebut. Yang saya ingin sampaikan, kita juga bahagia dengan berfokus pada diri sendiri.

Saya tidak dalam bercanda lho. Saya serius.

Ijinkan saya menjelaskan pemikiran saya agar Anda mendapatkan gambaran besarnya.

Beberapa waktu lalu saya membanca buku “One Minute For Your Self” karya Spencer Johnson. Bukunya tipis dengan ukuran forn di atas 12 dan saya sangat tercerahkan dari isi buku tersebut.

Spencer Johnson menyatakan untuk bahagia, sukses dan memiliki produktivitas tinggi setiap orang harus memperhatikan dan peduli pada diri sendiri terlebih dahulu. Setelah memperhatikan diri sendiri barulah kita fokus dan memperhatikan orang lain di luar diri kita.

Saya tidak serta merta percaya akan hal tersebut. Saya ingin mengetahui bagaimana hal tersebut bisa bekerja. Karena saya juga telah terdoktrin untuk peduli kepada orang lain terlebih dahulu.

Spencer Johnson menyatakan bahwa kesuksesan yang ia dapatkan bukan hanya kebahagiaan semata untuk dirinya sendiri. Tapi ia juga sukses dalam bisnis dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan mantan rekan kerjanya sewaktu masih bekerja. Produktivitasnya juga meningkat dari hari ke hari. Ia bisa pulang kerja lebih awal dari sebelumnya.

Bukan hanya itu, ia juga memiliki hubungan baik dengan istrinya. Semenjak ia memperhatikan dan peduli pada dirinya ia mulai jarang bertengkar dengan istrinya. Ia menjadi lebih tenang, menikmati hubungan hangat dan romantis dengan istrinya.

Luar biasa bukan? Bukanlah ini yang diingkan oleh banyak pasangan saat sekarang ini?

Membaca dan mengetahui cara yang ia lakukan, membuat saya tersadar akan satu hal. Kita menjalani waktu 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu dan dari semua waktu itu kita selalu bersama dengan diri kita sendiri. Seberapa banyak dari kita meluangkan waktu untuk menyapa dan memberikan salam kepada diri kita sendiri? Alih-alih peduli kepada diri kita sendiri.

Apakah itu penting?

Tentu sangat penting. Diri kitalah yang selalu membantu, mendukung, dan menghambat apa yang kita lakukan. Jika kita memiliki hubungan baik dengan diri kita maka semakin mudah kita untuk merasa bahagia dan peduli kepada diri sendiri. Dengan begitu akan memudahkan kita mengeluarkan potensi yang kita miliki.

Semakin kita peduli kepada diri sendiri semakin mudah kita untuk bahagia. Semakin kita tidak peduli kepada diri sendiri, semakin kita sulit untuk bahagia, meskipun Anda sibuk memperjuangkan kebahagian orang yang Anda cintai sekalipun. Rasa bahagia ini tentu sangat mempengaruhi kita dalam semua aspek kehidupan.

Mengapa Perlu Di Pertanyakan?

question-mark-person-xsm

Mengapa ini perlu dipertanyakan?

Ini adalah perdebatan dalam diri saya selama beberapa tahun belakangan. Saya pernah mengikuti MLM yang sangat bangus (mungkin yang terbaik yang ada saat ini di Indonesia). Menurut saya lho 🙂

Saya memperhatikan orang yang sukses di MLM tersebut adalah mereka yang memfokuskan diri mereka untuk kebahagiaan orang yang mereka cintai. Orangtua, anak dan pasangan meraka.

Saya sangat terharu mendengar kisah perjalanan hidup mereka dalam membesarkan bisnis mereka. Mereka mampu menghadapi dan menerima penolakan oleh prosepek mereka. Tidak jarang mereka dikucilkan dan tidakdianggap oleh terdekat mereka sendiri.

Hingga akhirnya mereka kebal akan penolakan dan titik terang pun muncul di bisnis mereka. Berjalanya waktu, bisnis mereka semakin berkembang dengan jaringan yang bertumbuh dengan cepat. Singkat cerita, mereka pun sampai ke puncak kesuksesan.

Yang luar biasanya, mereka memotivasi downline mereka dengan berfokus pada orang yang mereka cintai, bukan pada diri mereka sendiri. Cara tersebut berhasil pada sebagian orang, dan banyak juga yang tidak berhasil.

Terlepas dari cerita MLM. Saya juga memperhatikan orang di sekitar kehidupan saya. Hal sama terjadi kepada orang orang-orang sukses dalam karier dan bisnis meraka. Mereka meninggalkan ego dan fokus kepada orang yang mereka cintai untuk meraih kesuksesan yang mereka inginkan dalam hidup mereka.

Pernah menemui orang seperti yang saya jelaskan di atas? Bisa jadi orangtua atau keluarga Anda.

Kesimpulan

family-in-park-601x450Anda telah mengetahui jika peduli dan fokus kepada kebahagiaan orang lain atau orang yang Anda cintai akan membuat Anda bahagia dan tentu meningkatkan energi dan motivasi dalam mencapai tujuan Anda. Semua ini didasari dengan niat yang tulus. Semakin tulus Anda untuk membantu orang lain, akan semakin mudah perjalanan Anda.

Tidak kalah pentingnya, kepedulian kepada diri sendiri juga akan menghasilkan hal yang sama. Semakin Anda peduli pada diri sendiri semakin Anda mudah untuk merasa bahagia. Anda juga akan mudah peduli kepada orang lain di sekitar Anda. Ini semua karena Anda menghabiskan waktu bersama diri Anda sendiri sepanjang hari bukan dengan orang di luar diri Anda.

Dari uraian di atas, menurut Anda mana yang lebih penting, diri Anda sendiri atau “orang lain”? Tulis komentar Anda di bawah ini.

 

 

Ronald Sembiring
 

>