Pada artikel sebelumnya, telah kita kupas 3 langkah/pertanyaan yang perlu Anda lontarkan ketika menerapkan teknik bertanya kritis saat membaca buku. Sekarang, penulis akan ajak Anda untuk mengurai langkah/pertanyaan selanjutnya. Pertanyaan ini menuntun Anda pada pemahaman yang semakin mendalam dan menyeluruh tentang isi buku.
Teknik Bertanya Kritis saat Membaca buku
Dalam artikel ini, penulis akan kemukakan satu pertanyaan yang harus Anda lontarkan ketika menerapkan teknik bertanya kritis. Meskipun hanya satu pertanyaan, tetapi, penjelasannya cukup panjang. Untuk itu, penulis menyajikannya dalam artikel tersendiri yang terpisah dari artikel sebelumnya dan artikel selanjutnya, nanti.
Sekarang, apa pertanyaan itu?
4. Apa asumsinya?
Jika kemarin kita membahas bahwa seringkali, sebuah argumen mengandung kata atau frasa yang ambigu, sekarang kita beranjak pada asumsi.
Apa itu asumsi? Asumsi adalah kepercayaan yang TERSIRAT dalam sebuah argumen. Kepercayaan itu merupakan dasar bagi sang penulis untuk mengemukakan kesimpulan atau pun alasan yang mendukung kesimpulan tersebut.
Mmmm, Anda bingung? Heheheh.
Baiklah, agar lebih jelas, mari kita simak contoh berikut. Berikut sebuah argumen tentang kebersihan lingkungan.
Kita perlu mengkampanyekan kesadaran individu mengenai pentingnya menjaga kebersihan. Kita perlu mengkampanyekan kesadaran individu untuk membuang sampah pada tempatnya. Mengapa? Kebersihan lingkungan tidak bisa tercapai tanpa bantuan masing-masing individu. Apabila masing-masing individu sadar perannya dalam menjaga kebersihan, niscaya kebersihan lingkungan dapat tercapai.
Kesimpulan argumen di atas yaitu, “Kita perlu mengkampanyekan kesadaran individu mengenai pentingnya menjaga kebersihan.” Sementara itu, alasan yang mendukung kesimpulan itu yakni, “Kebersihan lingkungan tidak bisa tercapai tanpa bantuan masing-masing individu.”
Argumen di atas tampak masuk akal, bukan?
Tetapi, sebagai pembaca yang kritis, Anda tidak bisa begitu saja menerima argumen tersebut. Anda tidak bisa menerima begitu saja kesimpulan dan alasan di atas. Terlebih dulu, Anda perlu menelusuri asumsi yang mendasari argumen di atas.
Lantas, apa asumsi dalam argumen di atas?
Dalam argumen tersebut, tersirat sebuah asumsi atau sistem kepercayaan bahwa pihak yang bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan adalah individu masyarakat.
Dengan asumsi itu, sang penulis berkesimpulan, perlu kiranya untuk mengkampanyekan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Bisa jadi, kepercayaan/asumsi itu sesuai dengan yang Anda yakini; Sama dengan sumsi itu, Anda yakin bahwa pihak yang bertanggung jawab dalam kebersihan lingkungan adalah masyarakat sendiri.
Tetapi, bisa jadi juga, kepercayaan/asumsi itu tidak sesuai keyakinan Anda; Menurut Anda, pihak yang bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan adalah pemerintah, misalnya. Mengandalkan kesadaran individu dalam menjaga kebersihan lingkungan, oleh karenanya, menurut Anda, sama dengan menunggu hingga kiamat; Tidak menutup kemungkinan, ketika semua individu sadar untuk membuang sampah pada tempatnya, ternyata semua sudah terlambat, dunia sudah dipenuhi dengan sampah, barulah masyarakat sadar untuk membuang sampah pada tempatnya.
Nah, setelah Anda mengetahui asumsi di balik argumen di atas, barulah Anda bisa memutuskan untuk menerima argumen tersebut atau menolaknya. Anda dapat menerima argumen tersebut jika asumsinya sesuai dengan sistem kepercayaan Anda. Sebaliknya, Anda bisa menolak argumen tersebut jika asumsi di dalamnya tidak sesuai dengan sistem kepercayaan Anda.
Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa asumsi adalah SISTEM KEPERCAYAAN ATAU PERSPEKTIF YANG MENDASARI ARGUMEN SANG PENULIS. Jika sang penulis memiliki persepktif bahwa masyarakat bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan, maka argumennya pun senantiasa berdasar pada perspektif tersebut. Argumennya mencerminkan sistem kepercayaannya. Lewat tulisannya, ia mengajak pembaca untuk mengkampanyekan kesadaran individu tentang kebersihan lingkungan.
Sebaliknya, jika sang penulis memiliki perspektif bahwa pemerintah bertanggung jawab pada kebersihan lingkungan, maka argumennya pun senantiasa berdasarkan perspektif tersebut. Lewat tulisannya, ia mengajak pembaca untuk mendorong pemerintah membuat regulasi tentang kebersihan lingkungan, misalnya.
Sebagai pembaca kritis, Anda harus tahu asumsi dalam setiap argumen dalam buku yang Anda baca. Tanpa mengetahui asumsi yang mendasari argumen-argumen tersebut, Anda akan terjebak menerima argumen itu secara buta. Untuk itu, langkah selanjutnya ketika bertanya kritis yaitu tanyakan, “Apa asumsi dalam argumen yang saya baca?”
Dengan pertanyaan itu, Anda pun terdorong untuk mencari asumsi yang mendasari argumen-argumen dalam bacaan Anda.
Sekarang, bagaimana cara menemukan/mengetahui asumsi dalam argumen?
Bagaimana cara menemukan asumsi?
Sang penulis buku tidak mengemukakan asumsi secara konkret dalam setiap argumennya. Asumsi disajikan secara tersirat/tersembunyi. Untuk itu, Anda harus aktif menelusurinya sendiri.
Karena asumsi datang dari perspektif dan sistem kepercayaan sang penulis, maka Anda dapat menelusurinya dengan:
1. Menelusuri latar belakang sang penulis,
2. Tanyakan, “Mengapa sang penulis berargumen seperti itu?” atau “Apa yang mendasari penulis berargumen seperti itu?”
Nah, demikianlah langkah ke-4 teknik bertanya kritis saat membaca buku. dalam artikel selanjutnya, penulis akan mengajak Anda untuk mengurai langkah/pertanyaan selanjutnya.
Sumber: Asking the Right Questions: A Guide to Critical Thinking
Baca juga:
Cara Menghilangkan Gangguan Konsentrasi
Membaca, Cara Terbaik Menjaga Motivasi Tetap Membara
Bangkitkan Rasa Ingin Tahu Anda dengan Menulis