Komitmen merupakan sikap yang penting.

Bagaimana tidak?

Komitmen membuat hidup Anda terarah dan memiliki tujuan yang jelas. Komitmen membuat Anda lebih fokus dalam menjalani hidup. Dengan berkomitmen, Anda mampu mencurahkan konsentrasi pada apa yang menurut Anda penting dan mengesampingkan apa yang menurut Anda tidak penting.

Masalahnya, sekali pun Anda sadar komitmen itu penting, Anda tidak tahu bagaimana cara membangun komitmen. Meskipun dalam ucapan Anda berkomitmen menjadi pembelajar seumur hidup, misalnya, tetapi dalam tindakan, Anda sering serampangan. Anda belajar sesuka Anda. Jika sedang mood, Anda belajar. Tetapi, jika sedang tidak mood, Anda menunda belajar bahkan hingga jangka waktu yang tidak ditentukan.

Jika seperti itu, maka mustahil Anda bisa meraih goal Anda (menjadi pembelajar seumur hidup, misalnya). Apa yang ada, Anda justru tidak puas dan tidak bahagia. Mengapa? karena, Anda tidak meraih apa-apa. Bagaimana Anda bahagia jika Anda tidak meraih kesuksesan apa pun? Bagaimana Anda meraih kesuksesan jika hidup Anda saja tidak terarah? Demikian logikanya.

Lantas, bagaimana solusinya? Bagaimana cara membangun komitmen?

Nah, dalam artikel ini, penulis akan mengajak Anda untuk mengetahui 3 pertanyaan yang perlu Anda ajukan sebelum berkomitmen. Tiga pertanyaan ini penting. Dengan menjawab ketiga-tiganya, Anda dapat membangun sebuah komitmen yang kokoh.

Sekarang, apa saja 3 pertanyaan itu? Yuk, langsung saja kita simak penjelasan selengkapnya.

3 Pertanyaan yang Harus Anda Ajukan sebelum Berkomitmen

Sebelum memutuskan untuk berkomitmen pada sebuah pilihan, Anda perlu mengajukan 3 pertanyaan berikut ini.

1. Seberapa penting?

Sebelum memutuskan untuk berkomitmen pada sebuah pilihan, tanyakan pada diri Anda sendiri, seberapa pentingkah pilihan itu bagi Anda? Apakah pilihan itu sangat bermakna bagi Anda? Apakah pilihan itu sesuai dengan tujuan hidup Anda? Apakah pilihan itu sejalan dengan nilai yang Anda junjung tinggi?

Jika jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan di atas adalah positif (artinya, pilihan itu sangat penting bagi Anda), maka Anda dapat memutuskan untuk berkomitmen pada pilihan tersebut.

Seringkali, orang tidak bisa memegang komitmennya lantaran dalam menentukan pilihan, mereka tidak mempertimbangkan aspek di atas. Mereka tidak mempertimbangkan apakah pilihan itu sesuai dengan tujuan hidup mereka atau tidak.

Pilihan yang patut Anda perjuangkan yaitu pilihan yang menurut Anda “gue banget”. Artinya, pilihan itu sesuai dengan tujuan hidup Anda, sesuai dengan nilai-nilai yang Anda junjung tinggi, dan sesuai dengan passion Anda yang terdalam.

Hanya dengan begitu, Anda rela berkorban apa pun demi memenuhi komitmen tersebut. Apabila Anda berkomitmen pada apa yang bukan passion Anda, bukan pula apa yang Anda junjung tinggi, kemungkinan besar Anda akan menyerah memperjuangkan komitmen Anda.

Mengapa?

Karena, Anda sendiri tidak memiliki keinginan besar dalam komitmen itu.

Anda tidak akan gigih memperjuangkan komiteman Anda. Karena, pilihan itu bukan apa yang sebenarnya Anda inginkan dalam hidup Anda.

 

Jadi, pertama, sebelum menutuskan untuk berkomiten pada sebuah pilihan, tanyakan pada diri Anda sendiri, seberapa penting pilihan itu bagi diri Anda? Apakah pilihan itu mewakili jati diri Anda? Apakah pilihan itu “gue banget” bagi Anda?

Berkomitmenlah pada pilihan yang menurut Anda saaaaangat penting bagi diri Anda.

2. Sanggupkah?

Setelah memutuskan sebuah pilihan, Anda perlu mengajukan pertanyaan selanjutnya. Apa pertanyaan itu?

Sanggupkah Anda berpegang pada komitmen tersebut?

berkomitmen

Untuk berpegang pada sebuah komitmen, tentu diperlukan modal, seperti waktu, tenaga, dan keuangan. Sebagai contoh, Anda ingin berkomitmen menjadi pembelajar seumur hidup.

Untuk memenuhi komitmen tersebut, Anda perlu mempertimbangkan kesanggupan Anda. Tanyakan pada diri Anda sendiri, adakah waktu untuk belajar? Sanggupkah Anda mengerahkan pikiran Anda untuk terus belajar?

Selain itu, Anda juga perlu mempertimbangkan hal ini: untuk menjadi pembelajar seumur hidup, Anda perlu mengakses sumber-sumber informasi yang tersedia. Anda harus terus meng-update wawasan Anda.

Nah, sanggupkah Anda mengakses sumber-sumber informasi? Darimana kira-kira Anda memperoleh informasi yang bermanfaat dan up to date?

Mungkin Anda berpikir, Anda dapat membeli buku di toko buku. Atau, Anda dapat mengunjungi perpustakaan setiap seminggu sekali. Selain itu, mungkin Anda juga bisa mempertimbangkan, agar ada waktu untuk belajar, untuk membaca buku, Anda perlu mengikuti pelatihan membaca, membeli audio book, atau mengakses media pembelajaran lainnya.

Dengan mempertimbangkan kesanggupan Anda, Anda tidak memaksa diri Anda untuk berkomitmen pada apa yang tidak dapat Anda penuhi. Dengan mempertimbangkan kesanggupan, Anda dapat berkomitmen pada pilihan yang realistis bagi Anda.

Lantas, apa contoh berkomitmen pada pilihan yang tidak realistis?

Contoh, Anda menderita penyakit jantung. Tetapi, Anda berkeinginan untuk menjadi pendaki gunung. Pendaki gunung merupakan identitas yang ingin Anda bangun sejak kecil. Anda sangat mendambakan menjelelajahi gunung dan bukit yang ada di Indonesia dan dunia.

Sekali pun keinginan itu sangat penting bagi Anda, sekali pun Anda saaaaaangat mendambakan cita-cita tersebut, tetapi karena kesehatan Anda tidak memungkinkannya, Anda perlu mempertimbangkan risikonya.

Di sini, sekali pun keinginan itu begitu kuat, Anda tetap harus mempertimbangkan kesanggupan (kesehatan) Anda. Jika Anda bersikeras berkomitmen menjadi pendaki, maka risikonya bisa sangat fatal! Lebih baik Anda berkomitmen pada pilihan lainnya yang jauh lebih aman bagi hidup Anda.

3. Maukah Anda?

Nah, jika dari pertanyaan kedua (sanggupkah?), Anda memperoleh jawaban ya, yang artinya segi finansial, tenaga, dan waktu mendukung, Anda perlu beranjak pada pertanyaan selanjutnya.

Apa itu?

Maukah Anda?

Pertanyaan ini berhubungan dengan pengorbanan. Maukah Anda berkorban demi mempertahankan komitmen Anda?

Pertanyaan ini sangat penting. Banyak sekali orang yang mengaku berkomitmen pada sebuah pilihan, tetapi ketika pilihan itu menysarakatkan pengorbanan, ia tidak bersedia berkorban demi komitmen itu.

Apa contohnya?

Contohnya, Anda berkomitmen untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Tetapi, ketika ditanya apa saja yang sudah Anda pelajari, Anda selalu menjawab, “Maaf. Sampai sekarang saya belum bisa merealisasikan komitmen itu. Masih terkendala waktu.”

Setiap komitmen mensyaratkan pengorbanan. Artinya, Anda harus berani berkorban apa pun demi terwujudnya komitmen itu. Anda perlu berkorban apa pun agar Anda dapat mempertahankan komitmen tersebut.

Apabila Anda berkomitmen menjadi pembelajar seumur hidup, Anda harus berani berkorban waktu. No excuse! Tidak ada alasan!

Mungkin, Anda beralasan seperti ini: “Waktu saya habis buat kerja. Sisanya buat istirahat dan kumpul sama keluarga. Benar-benar sudah tidak ada waktu lagi buat belajar.”

Jika Anda benar-benar serius berkomitmen menjadi pembelajar seumur hidup, maka mau tidak mau, suka tidak suka, Anda harus meluangkan waktu Anda!

Bagaimana caranya?

Anda dapat mengorbankan waktu bersama keluarga atau mengorbankan waktu istirahat Anda. Mengorbankan waktu bersama keluarga tidak harus berarti Anda tidak sama sekali berinteraksi dengan keluarga Anda. Sebaliknya, Anda dapat mengurangi waktu berkumpul.

Contoh, setiap hari, Anda meluangkan 3 jam berkumpul bersama keluarga. Nah, agar bisa membaca buku, Anda dapat menguranginya. Gunakan 1 jam untuk membaca buku dan 2 jam untuk berkumpul bersama keluarga. Dua jam yang berkualitas adalah lebih baik daripada 3 jam tetapi tidak berkualitas.

Atau, jika Anda tidak bersedia mengurangi waktu berkumpul bersama keluarga, Anda dapat mengurangi waktu istirahat. Jika biasanya Anda bangun jam 6 pagi, berkomitmenlah untuk bangun jam 5 pagi setiap hari untuk membaca buku.

Pengorbanan tidak akan terasa berat jika menurut Anda pilihan Anda sangatlah penting bagi hidup Anda. Jika bagi Anda menjadi pembelajar seumur hidup sangat penting, dan Anda saaaaangat ingin sekali menjadi pribadi yang terus belajar, niscaya Anda tidak akan merasa berat berkorban waktu untuk belajar. Tetapi, jika Anda merasa pilihan Anda tidak terlalu penting bagi hidup Anda, maka Anda tidak akan rela berkorban demi pilihan tersebut.

Ini artinya, pertanyaan ketiga (maukah?) berkaitan erat dengan pertanyaan pertama (seberapa penting?).

Semakin penting sebuah komitmen/pilihan bagi Anda, semakin besar pula kemauan Anda untuk berkorban demi mempertahankan komitmen tersebut. Sebaliknya, semakin tidak penting sebuah pilihan bagi Anda, semakin kecil pula kemauan Anda untuk berkorban demi mempertahankan komitmen tersebut.

Untuk itulah, sebagaimana dijelaskan di atas, sebelum berkomitmen, Anda perlu mengajukan pertanyaan, seberapa penting sebuah pilihan bagi Anda? Apakah ia berpengaruh besar bagi kehidupan Anda? Apakah ia mewakili jati diri Anda? Apakah ia merupakan keinginan yang Anda idam-idamkan seumur hidup?

Nah, jika jawaban pertanyaan pertama (seberapa penting?) dan pertanyaan ketiga (maukah?) adalah positif, maka Anda dapat memutuskan untuk berkomitmen pada pilihan yang Anda pilih.

Bagaimana caranya? Jadikan pilihan itu sebagai jalan hidup Anda. Jadikan ia sebagai bagian dari hidup Anda.

Lantas, kapan waktu terbaik memulainya? Tentu saja secepatnya. Sekarang, adalah waktu yang tepat untuk berkomitmen pada pilihan tersebut.

Baca juga:

Trik Jitu Memotivasi Diri Sendiri untuk Bertindak

5 Langkah Membuat Rencana yang Efektif

Satu Aspek yang Harus Anda Pertimbangkan sebelum Mengambil Keputusan

 

Rina Ulwia
 

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

>