Sudah berapa lama Anda bekerja? Apakah Anda sudah mendapatkan posisi yang Anda inginkan dengan masa pengabdian di pekerjaan Anda? Atau Anda hanya berada di posisi yang sama dalam waktu yang lama tanpa ada peningkatkan sama sekali. Jika ini terjadi, berarti ada masalah di pekerjaan Anda. Itu bisa saja produktivitas Anda yang tidak konsisten dan terus menurun atau memang budaya kantor yang “memaksa” Anda tidak bisa memaksimalakan produktivitas kerja Anda.
Berbicara produktivitas kerja, ini adalah hal yang sangat diharapkan oleh semua perusahaan. Bahkan perusahaan memprioritaskan mereka yang bisa menunjukkan produktivitas kerja yang terus meningkat. Kenyataanya kebanyakan pekerja tidak bisa mengeluarkan produktivitas kerja seperti yang diharapkan.
Di sini saya ingin mengajak Anda untuk melihat apa saja yang membuat produktivitas kerja tidak bisa maksimal sesuai dengan harapan setiap orang. Saya khusus akan membahas dari sudut pandang internal. Maksudnya dari kita sendiri sebagai pekerja. Akan berbeda pembahasnya jika kita melihat dari sudut pandang perusahaan sendiri.
Berikut beberapa hal yang membuat produktivitas kerja tidak bisa maksimal:
1. Tidak Memiliki Tujuan Personal Yang Jelas
Apakah Anda memiliki tujuan yang jelas saat akan melamar kerja di perusahaan Anda sekarang? Apakah Anda sudah mempersiapkan diri dengan semua kemungkinan atas apa yang Anda terima dari perusahaan Anda? Apakah Anda memiliki tujuan yang jelas setelah beberapa tahun kemudian, Anda ingin mencapai posisi tertentu atau melakukan bisnis lain di luar sana dan bagaimana strategi Anda untuk mencapainya?
Jika Anda bisa menjawab pertanyaan di atas dengan mudah dan sungguh-sungguh, berarti Anda memiliki tujuan yang jelas. Anda tidak akan memiliki masalah internal yang mempengaruhi produktivitas kerja Anda. Tapi jika tidak, wajarlah bila produktivitas kerja Anda tidak maksimal.
Kebanyakan orang yang bekerja awalnya hanya ingin memiliki penghasilan untuk bisa menyambung hidup. Setelah mereka diterima bekerja, mendapatkan gaji yang diinginkan, tidak jarang mereka mulai terlena dengan persoalan hidup saat ini dan lupa untuk membuat tujuan hidup mereka yang lebih tinggi untuk jangka panjang. Mereka melakukan ritual rutin setiap harinya. Bangun pagi, berangkat kerja, pulang ke rumah, menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman. Besoknya juga akan melakukan hal yang sama untuk jangka waktu panjang.
2. Tidak Memiliki Rasa Memiliki (Sense Of Belonging) Pada Perusahaan
Apakah Anda merasa memiliki ikatan emosional dengan perusahaan, pekerjaan dan teman sekantor Anda? Rasa memiliki (sense of belonging) sering kali ditandai dengan perilaku yang menunjukkan bahwa mereka memiliki peranan penting di dalamnya. Dengan bertindak peduli, terikat, memiliki empati, termotivasi bahkan mampu memberdayakan dirinya sendiri meskipun tidak ada stimulus dari luar.
Sayangnya sense of belonging ini sangat sedikit ditemukan pada pekerja saat ini. Mereka memandang bahwa pekerjaan ini hanya sebagai rutinitas yang dilakukan untuk menunjang kehidupannya dengan menerima gaji dari perusahaan. Banyak pekerja melakukan pemborosan yang dilakukan secara sengaja.
Seperti membawa barang-barang kantor yang bisa digunakan di rumah, mengeprin sesuatu hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya, tidak mematikan lampu, AC sampai menggunakan fasilitas yang diberikan oleh kantor untuk urusan pribadi. Ini adalah sikap yang jelas menunjukkan tidak adanya kepedulian terhadap perusahaan itu sendiri.
3. Tidak Bisa Menahan Diri
Tindakan yang kerap terjadi di sini adalah melakukan hal-hal yang tidak penting yang tidak menunjang pekerjaan itu sendiri. Seperti ngobrol dengan rekan kerja lain untuk waktu yang lama atau sibuk menghabiskan waktu di gadget. Apalagi jika perusahaan memberikan ijin untuk akses internet secara bebas. Maka dijamin Anda tidak akan bisa menahan diri dari godaan dunia maya yang sangat menggiurkan itu.
Sadarlah bahwa Anda memiliki tanggung jawab atas pekerjaan Anda. Anda dipercayakan untuk mengurusi hal yang bisa ditangani sesuai bidang kemampuan Anda. Jangan sia-siakan kepercayaan yang telah atasan dan perusahaan berikan dengan tindakan yang tidak produktif dengan kegiatan yang tidak bermanfaat.
Ini sangat ditentukan oleh dua pembahasan di atas. Jika ini terjadi pada Anda, Anda perlu melihat kembali tujuan Anda atau membuat tujuan baru yang lebih menantang bagi Anda.
4. Ini Bukan Passion Saya
Passion adalah rasa suka atau antusiasme yang sangat kuat terhadap satu hal atau aktivitas. Pengertian secara luas adalah hal yang Anda sangat suka lakukan, alami, rasakan, jalani dan menjadi dalam hidup Anda. Seperti memainkan alat musik, olehraga, berbisnis, melawak dsb.
Tanda kita bekerja pada passion kita adalah kita sangat menikmati kegiatan tersebut sampai kita lupa waktu. Secara emosional, kita merasa senang, bahagia, tenang dan ide-ide luar biasa mengalir dengan sangat mudah untuk dieksekusi. Ini membuat kita berkembang dengan sangat cepat dan lebih mudah dari mereka yang tidak bekerja pada passion mereka.
Anda perlu mencari tahu apakah yang Anda lakukan sekarang adalah passion Anda. Apakah Anda menikmati waktu yang Anda habiskan dan bahagiakah Anda di pekerjaan tersebut? Ini sangat mempengaruhi produktivitas kerja Anda nantinya.
Jika memang yang Anda lakukan adalah passion Anda tapi budaya kantor tidak mendukung Anda untuk mengeluarkan potensi Anda yang sebenarnya, cobalah terus sampai atasan dan perusahaan Anda mengetahui Anda memang pantas untuk menjabati posisi tertentu. Kalaupun tidak, jangan terlalu berkecil hati. Masih banyak kompetitor yang siap menerima, menghargai dan membayar Anda dengan layak.
Jika memang yang Anda lakukan sekarang bukanlah passion Anda, cobalah mencari tahu di mana passion Anda. Setelah Anda menemukannya maka kembangkan sampai Anda merasa yakin passion Anda bisa menutupi semua kebutuhan yang Anda butuhkan.
5. Ini Bukan Untuk Saya
Masih banyak dari mereka yang bekerja percaya bahwa mereka bekerja hanya untuk membuat bos atau pemiliki perusahaan menjadi lebih kaya raya. Membuat mereka memiliki kebebesan waktu, uang dan semua hal yang mereka inginkan dalam hidup.
Memang konsep ini benar dan begitulah adanya. Bukan rahasia kalau kita bekerja untuk bos kita. Mereka bisa memiliki yang mereka inginkan, bisa berlibur ke luar negeri bersama keluarganya, memiliki waktu untuk melakukan hobi mereka.
Tapi, mari kita lihat dari sudut pandang yang berbeda. Apa yang terjadi jika perusahaan Anda dilanda kerisis? Saya yakin Anda juga akan memiliki ketakutan karena Anda akan kehilangan pekerjaan dan bagaimana Anda dan keluarga Anda menyambung hidup.
Dari sudut pandang yang lain, bukankan mereka juga melakukan perjuangan dan usaha agar bisa sampai pada titik di mana mereka bisa hidup layak seperti yang Anda lihat. Bahkan banyak bukti mereka lebih banyak mengeluarkan energi, waktu dan pemikiran dalam membangun bisnisnya. Belum lagi saat mereka diambang kegagalan atau sudah pernah gagal sebelumnya.
Bos saya pernah berkata bahwa pengusaha adalah orang yang beramal paling banyak. Bagaimana tidak, mereka menanggung hidup orang-orang yang bekerja untuk mereka. Bukan hanya pekerja seorang diri, tapi keluarga dari pekerja itu sendiri.
Yang bisa kita lakukan adalah belajar dari pengalaman bos, bagaimana mereka bisa memilki perusahaan yang begitu besar. Bagaimanan mereka bisa menjual ide, apa saja yang mereka lakukan hingga sampai pada kondisi hidup saat ini. Dan tahuka Anda, bahwa kita bekerja untuk diri kita sendiri. Bukan semata-mata untuk atasan dan perusahaan yang menggaji kita. Coba jika Anda tidak mau bekerja, sudah tentu Anda akan dipecat dari tempat kerja Anda.
Seharusnya kita juga bersyukur karena kita bisa belajar di situ. Mengapa? Karena kita tidak perlu menggantungkan masa depan kita pada pekerjaan saat ini jika Anda ingin memiliki kehidupan layak seperti yang bos Anda miliki. Kita bisa melakukan hal yang sama seperti atasan kita lakukan, bahkan lebih baik dari mereka untuk membangun usaha kita sendiri nantinya.
Kecuali, jika Anda menduduki posisi yang paling nyaman, penghasilan besar, fasilitas yang telah disediakan, dan uang pensiun yang bisa menjamin hari tua Anda.
Inilah beberapa alasan mengapa produktivitas kerja tidak bisa maksimal. Pertanyaanya sekarang untuk Anda para pembaca, sudahkah Anda mengeluarkan produktivitas kerja Anda dengan maksimal? Jika belum, apa masalahnya? Tuliskan komentar Anda di bawah ini