Bicara tentang masa depan anak, bekal apa yang sudah Anda persiapkan untuknya? Jaminan kesehatan? Jaminan pendidikan? Harta warisan? Atau, pendidikan budi pekerti yang luhur?
Well, tidak diragukan lagi, semua bekal di atas saaaaangat penting bagi masa depan anak. Dengan jaminan kesehatan, anak terjamin kesehatannya hingga dewasa nanti. Dengan jaminan pendidikan, sekolahnya terjamin hingga jenjang yang tertinggi. Dengan bekal budi pekerti, anak menjadi anak yang baik, rendah hati, taat pada perintah orangtua dan sebagainya.
Betapa pentingnya, bukan, semua bekal di atas?
Tetapi, apakah bekal itu cukup? Sudah terjaminkah masa depan anak hanya dengan bekal di atas?
Sebelum menjawabnya, penulis punya cerita yang sangat menohok. Cerita ini patut dijadikan pertimbangan bagi Anda untuk memberikan setidaknya satu bekal lagi untuk masa depan anak.
Future Shock
Pernahkah Anda membaca buku karangan Alvin Toffler yang berjudul Future Shock? Dalam buku itu, Toffler menjelaskan kondisi masyarakat di masa depan.
Singkat cerita, jika dirunut dialektikanya, peradaban manusia dimulai ketika mereka berhenti berlari. Maksudnya, ketika teknik pertanian ditemukan. Manusia, yang awalnya hidup berlari/berpindah-pindah tempat, mulai hidup menetap dengan bercocok tanam. Dari situ, mulailah timbul peradaban: Sastra, agama, seni, teknologi, aksara, dan negara.
Lama-kelamaan, sistem pertanian berubah menjadi sistem industri, di mana masyarakat memproduksi komoditas untuk dijual. Sebagian masyarakat yang awalnya bercocok tanam, kini terlempar ke dalam industri, menjadi buruh hingga pemimpin perusahaan.
Nah, sama dengan era bercocok tanam, era industri lama-kelamaan tergantikan dengan era pos-industri. Pada era ini, komposisi masyarakat yang bekerja di sektor industri lebih besar dibanding masyarakat yang bekerja di sektor pertanian.
Dalam era pos-industri inilah, muncul apa yang disebut future shock. Future shock merupakan sebuah kondisi psikologis masyarakat di mana mereka memandang dunia sebagai, “Too much change in too short a period of time.” Future shock adalah kondisi psikologis masyarakat di mana mereka berpikir bahwa dunia berubah begitu cepat dalam waktu yang saaaaangat singkat.
Apakah tanda-tanda future shock sudah muncul di negeri kita? Meskipun tak terlihat, tetapi kita sudah bisa merasakan kemunculannya. Cirinya yaitu, perubahan yang saaaangat cepat pada teknologi, ilmu pengetahuan, skill, dan teknik. Contoh gampang, gadget yang satu tahun lalu masih tren, satu tahun kemudian sudah ketinggalan zaman, digantikan dengan gadget model terbaru. Demikian juga dengan ilmu pengetahuan, teori yang tempo hari berlaku, beberapa tahun kemudian sudah tidak relevan lagi dan digantikan oleh teori lainnya. Teknologi yang baru kemarin muncul, sekarang sudah tidak dipakai lagi. Contoh, kita mengenal pager beberpa tahun silam. Tetapi, kemunculannya dibabat habis oleh ponsel. Dan, kemudian ponsel diberangus oleh kehadiran smartphone.
Dalam teknik dan skill bagaiamana? Sama halnya dengan pesatnya perubahan dalam teknologi dan ilmu pengetahuan, berbagai macam teknik dan skill juga berubah dalam waktu yang singkat.
Pada intinya, future shock memberikan gambaran betapa dunia berubah dengan pesatnya sedemikian sehingga masyarakat harus terus-menerus menyesuaikan diri dengan perubahan itu. Mengapa harus menyesuaikan diri? Supaya tidak kalah saing dan dapat bertahan hidup di dunia yang terus menerus berubah. Mereka yang tidak sanggup menyesuaikan diri dengan perubahan dunia niscaya ketinggalan zaman, kalah dalam persaingan, dan tidak bisa bertahan hidup.
Lantas, bagaimana dengan anak Anda? Siapkah ia menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat? Mampukah ia menyesuaikan diri dengan dunia yang terus berubah? Mampukah ia terus mengembangkan diri, memperbarui skill, pengetahuan, dan sudut pandang?
Dengan hanya bermodal jaminan kesehatan, jaminan pendidikan, harta warisan, dan pendidikan budi pekerti saja, mampukah ia terus-menerus menyesuaikan diri dengan perubahan dunia?
Jawabannya, sangat jelas, TIDAK!
Jika tidak percaya, boleh kita periksa satu persatu.
Jaminan Kesehatan
Jaminan kesehatan menjamin kesehatan anak Anda. Tetapi, apakah kesehatan anak Anda otomatis menjaminnya bisa bertahan dalam dunia yang terus berubah? Apakah kesehatannya menjadi jaminan bahwa ia mampu terus-menerus mengembangkan diri?
Tentu tidak, bukan? Kesehatan memang perlu, tetapi bukan satu-satunya syarat ia bisa bertahan hidup. Kesehatan hanya satu faktor keberhasilan anak Anda dalam persaingan hidup. Tetapi, untuk bertahan hidup, dibutuhkan lebih dari sekadar sehat. Banyak orang sehat, tetapi tak mampu bersaing dalam pergulatan hidup. Banyak orang sehat tetapi tak mampu survive.
Jaminan Pendidikan
Bagaimana dengan jaminan pendidikan? Jaminan pendidikan juga tidak menjamin anak Anda bisa survive dalam persaingan hidup.
Kok bisa?
Kita tahu dari penjelasan di atas, ilmu pengetahuan, teknik, skill, teknologi, semuanya senantiasa berubah dengan kecepatan yang pesat. Setinggi apa pun pendidikan anak Anda, jika ia tidak memperbarui skill-nya, tidak memperluas wawasan, jarang belajar, maka niscaya ia tetap kalah dalam persaingan.
Logikanya seperti ini: Tahun ini, anak Anda belajar di sekolah. Ia mempelajari semua ilmu pengetahuan yang diajarkan di sana. Hasilnya, ia pun kaya wawasan dan memiliki skill dalam berbagai bidang. Tetapi, jika setelah lulus sekolah ia berhenti belajar, maka bisa jadi, ilmu dan skill yang ia pelajari sudah tidak relevan lagi nantinya. Ilmu dan skill yang ia pelajari tidak lagi berlaku dan digantikan dengan pengetahuan dan skill yang baru.
Jaminan pendidikan memang penting, tetapi sama halnya dengan jaminan kesehatan, ia bukan menjadi satu-satunya syarat bisa bertahan hidup. Anak yang sehat dan cukup pendidikan belum tentu masa depannya terjamin. Banyak anak yang sehat dan menempuh pendidikan tinggi toh tidak mampu bertahan hidup di era future shock.
Budi Pekerti
Bagaimana dengan pendidikan budi pekerti? Pendidikan budi pekerti memang penting, tetapi ia juga bukan satu-satunya syarat anak bisa bertahan hidup. Banyak yang memiliki budi pekerti yang luhur, tetapi tidak bisa bertahan hidup di dunia yang penuh persaingan.
Nah, lantas, selain jaminan kesehatan, pendidikan, dan budi pekerti, bekal apa yang diperlukan demi masa depan anak? Ingin tahu jawabannya? Kalau begitu, kita simak lebih dulu penjelasan berikut ini.
Future Shock, Masa Depan Anak, dan Terus Belajar
Apa yang dibutuhkan anak Anda dalam menyongsong masa depan adalah TERUS BELAJAR. Mengapa? Karena, masa depan anak yang penuh dengan perubahan harus dihadapi dengan perubahan pula. Anak Anda harus menyesuaikan diri dengan perubahan itu.
Satu-satunya cara menyesuaikan diri yakni dengan terus mengembangkan diri, memperbarui wawasan dan skill. Dan, satu-satunya cara untuk bisa terus berkembang, memperbarui wawasan dan skill adalah TERUS BELAJAR.
Lantas, bagaimana caranya agar anak terus semangat belajar?
1. Minat belajar
Agar anak terus semangat belajar sampai akhir hayatnya, ia harus memiliki minat belajar yang tinggi. Ia harus cinta belajar. Anda, sebagai orangtua, harus mengajarinya untuk menjadi pembelajar seumur hidup.
Tetapi, sekalipun anak Anda memiliki minat belajar, ia akan tetap ketinggalan dari yang lain jika ia tidak memiliki skill belajar yang memadai. Ini dikarenakan, anak yang lain juga tak kalah rajin belajar seperti dia. Untuk itu, Anda juga harus membekalinya dengan skill belajar.
2. Skill Belajar
Jadi, di samping rajin belajar, anak juga harus memiliki skill belajar yang efektif sedemikian sehingga ia mudah menyerap pelajaran, menyerap buku yang dibacanya, mudah mempelajari skill dan teknik baru. Hanya dengan begitu, ia mampu bersaing dalam dunia yang selalu berubah. Hanya dengan begitu ia mampu mengalahkan para pesaingnya.
Lalu, apa yang dimaksud dengan skill belajar?
Skill belajar meliputi kemampuan berpikir logis, rasional, kemampuan memahami, mengklasifikasikan, dan mendefinisikan sesuatu. Lazimnya, skill itu sudah tertanam sejak anak dalam pendidikannya yang paling dasar. Tetapi, Anda perlu terus memupuknya. Bagaimana caranya? Ajarkan anak untuk terbiasa berpikir dengan pola pikir sebab-akibat. Semua kejadian selalu memiliki sebab dan akibatnya. Buku-buku bertema logika bisa menjadi bahan ajar yang memadai. Dalam ilmu tentang logika, anak diajarkan berpikir logis.
Selain kemampuan di atas, Anda juga perlu membekalinya dengan strategi belajar, strategi membaca, dan strategi menghapal yang efektif.
Kesimpulan
Hidup senantiasa dihiasi perubahan. Tidak ada hidup jika tidak ada perubahan. Dulu, orang berkomunikasi jarak jauh lewat burung merpati. Lambat laun, burung merpati tergantikan telegram. Hari berganti, alat komunikasi pun berubah. Telegram digantikan pesawat telepon. Lama-kelamaan, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telepon kabel terdesak ponsel. Ponsel pun akhirnya terdesak internet. Dengan internet, komunikasi jarak jauh menjadi jaaaauh lebih mudah. Dalam hanya sekejap mata, Anda dapat mengirim pesan untuk orang di seberang benua sana.
Apa jadinya jika di jaman internet ini anak Anda masih menggunakan jasa telegram? Yang bakal terjadi yaitu, ia ketinggalan zaman. Geraknya tertinggal jauh dari pesaingnya. Ia kalah dalam persaingan hidup!
Untuk itu, agar ia bisa survive dan menang persaingan, Anda harus membekalinya dengan bekal yang terpenting. Apa bekal terpenting bagi masa depan anak? Ia adalah minat belajar yang tinggi dan skill belajar yang memadai.
Dengan minat belajar, anak tak pernah bosan untuk terus belajar. Dengan terus belajar, ia terus memperbarui wawasan, ilmu, skill, dan sudut pandangnya. Dengan begitu, ia bisa memanfaatkan teknologi, skill, teknik, dan wawasan yang baru untuk meraih kesuksesan.
Dengan skill belajar, kegiatan belajarnya tidak sia-sia; Waktu yang dibutuhkannya untuk memperbarui wawasan, skill, dan sudut pandang menjadi lebih singkat dibanding waktu yang dibutuhkan pesaingnya untuk belajar. Dengan begitu, ia selangkah lebih maju dari pesaingnya.