Anda kenal dengan ungkapan berikut ini? “Aku harus sukses. Dan, akan kubeli mulut mereka yang menghinaku.”
Ungkapan di atas merupakan contoh ungkapan motivasi. Dengan ungkapan itu, Anda berharap, Anda terdorong untuk mengejar kesuksesan. Dengan demikian, Anda dapat membuktikan kepada orang lain bahwa Anda hebat.
Tetapi, bagaimana pengaruh ungkapan tersebut pada diri Anda? Apakah benar ungkapan itu mampu mendorong diri Anda untuk mengejar kesuksesan? Apakah dengan ungkapan itu, Anda termotivasi untuk meraih cita-cita Anda?
“Tidak!” jawab Anda. Ungkapan itu, juga ungkapan motivasi lainnya, seperti “Aku bisa”, “Aku akan menjadi apa pun yang kuinginkan”, “Aku akan menjadi orang yang sukses”, kesemuanya tidak mempan mendorong diri Anda.
Anda tahu mengapa begitu? Anda tahu mengapa ungkapan-ungkapan itu tidak mempan memotivasi diri Anda? Jawabannya bisa membuat Anda terkejut.
Penasaran? Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini.
“Aku akan….” sebagai cara memotivasi diri sendiri
Apa yang terjadi ketika Anda memotivasi diri Anda sendiri dengan ungkapan “Aku akan…”, “Aku akan menjadi pengusaha sukses”, “Aku akan menjadi apa pun yang kuinginkan”?
Yang terjadi yaitu, Anda memberikan instruksi kepada pikiran bawah sadar Anda untuk BERENCANA menjadi pengusaha sukses.
Lantas, apa artinya hal itu?
Coba renungkan saat Anda berencana untuk melakukan sesuatu, apakah Anda langsung melakukannya saat itu juga? Atau, sebaliknya, Anda melakukannya nanti, besok, atau beberapa hari kemudian? Tentu saja, jawabannya, Anda akan melakukannya nanti, besok, atau beberapa hari kemudian, bukan?
Nah, demikian halnya saat Anda memotivasi diri Anda sendiri dengan kata motivasi yang diawali dengan “Aku akan” (aku akan berjuang untuk menjadi orang sukses, misalnya), Anda memberikan instruksi kepada pikiran bawah sadar Anda untuk berjuang meraih sukses nanti atau besok, bukan saat itu juga.
Dengan kata motivasi itu, Anda terus menunda-nunda untuk berjuang/melakukan tindakan untuk sukses. Mengapa? Karena, instruksi yang Anda berikan kepada pikiran bawah sadar Anda adalah untuk BERENCANA berjuang, bukan untuk berjuang saat itu juga. Akibatnya, Anda hanya berencana, berencana, dan berencana dan tidak pernah mengambil tindakan.
Sekarang, pertanyaannya, jika motivasi yang diawali dengan kata “aku akan” tidak mempan, bagaimana cara memotivasi diri sendiri? Bagaimana bentuk kalimat motivasi yang efektif, yang dapat mendorong Anda untuk bertindak?
Jangan khawatir. Ada kabar baik dari para pakar. Para pakar menemukan cara memotivasi diri sendiri yang sangat efektif. Cara ini bahkan dapat memotivasi diri Anda hanya dalam sekejap.
Nah, ingin tahu apa cara memotivasi diri sendiri yang efektif itu? Yuk, langsung kita simak penjelasan lengkapnya pada bab berikut ini.
Cara memotivasi diri sendiri dalam sekejap
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim Senay, Dolores Albarracin, dan Kenji Nohuchi, ditemukan bahwa kelompok orang yang memotivasi diri mereka dengan kata motivasi “Akankah aku….?” lebih terdorong untuk melakukan tindakan dibanding mereka yang memotivasi diri dengan kata motivasi yang diawali dengan “Aku akan….”.
Penelitian tersebut melibatkan 50 partisipan, yang dibagi ke dalam dua kelompok. Kedua kelompok diminta untuk mengerjakan tes anagram (merangkai kata).
Nah, sebelum tes dimulai, kelompok pertama diminta untuk meyakinkan diri mereka bahwa mereka akan mengerjakan tes tersebut dengan baik. Sementara itu, kelompok kedua diminta untuk bertanya pada diri sendiri mampu/akankah mereka mengerjakan tes tersebut dengan baik.
Setelah tes berakhir, didapati kelompok kedua mengerjakan tes tersebut dengan lebih baik dibanding kelompok yang pertama.
Dengan hasil ini, para pakar di atas menyimpulkan bahwa kalimat motivasi “Akankah aku…?” lebih manjur ketimbang kalimat motivasi yang diawali dengan “Aku akan….”.
Pertanyaannya, mengapa kalimat motivasi yang diawali “Akankah aku….?” lebih manjur? Mengapa kalimat itu mampu mendorong partisipan untuk melakukan tindakan?
Alasannya, kalimat “Akankah aku….?” lebih menantang ketimbang kalimat “Aku akan….”. Dengan “Akankah aku…..?”, para partisipan tertantang untuk mengerjakan tugas anagram dan membuktikan kemampuan mereka. Sebaliknya, dengan “Aku akan….”, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, partisipan hanya berencana untuk mengerjakan tes itu. Dan, karena hanya berencana, mereka urung mengerjakan tes itu dengan segera. Motivasi untuk mengerjakan tes itu lemah karena menurut pikiran bawah sadar mereka, tes itu tidak dikerjakan saat itu juga, melainkan nanti, besok, atau kapan-kapan.
Kesimpulan
Setelah menyimak penjelasan di atas, apa yang dapat Anda simpulkan?
Pertama, untuk memotivasi diri sendiri, gunakan kalimat motivasi yang berbentuk pertanyaan. Sebagai contoh, “Akankah aku berjuang untuk sukses?”, “Mampukah aku melakukannya?”, “Mampukah aku menjadi pengusaha sukses?”, “Mampukah aku mendapatkan penghasilan satu milyar setiap bulan?” dan seterusnya.
Kalimat pertanyaan jauh lebih efektif ketimbang pernyataan positif, baik dalam bentuk present tense atau pun future tense. Mengapa? Karena, kalimat pertanyaan membuat kita tertantang untuk melakukan tindakan.
Jika tidak percaya, coba Anda bandingkan dua bentuk bujukan berikut ini. Mana yang lebih manjur.
Anda diajak bertanding catur dengan seorang teman. Agar Anda mau bertanding, ia membujuk Anda.
Ada dua bentuk bujukan yang ia lontarkan kepada Anda. Bujukan yang pertama berupa pujian. Dia (teman Anda) memuji Anda bahwa Anda mampu mengalahkannya. Katanya, “Saya tahu kamu mampu mengalahkanku, Sobat. Oleh karena itu, ayolah bertanding denganku.”
Sementara itu, bujukan yang kedua berupa tantangan. Dia menantang Anda. katanya kepada Anda, “Saya ingin tahu mampukah kamu mengalahkan saya. Saya sangat penasaran sejauh mana kemampuanmu.”
Kira-kira, bujukan yang mana yang dapat mendorong Anda untuk bersedia bertanding catur? Penulis berani bertaruh, Anda menjawab bujukan yang kedua.
Yup! Dalam bujukan yang kedua, kemampuan Anda ditantang, di mana dengan tantangan itu, Anda terdorong untuk membuktikan kemampuan Anda. Nah, untuk membuktikan kemampuan Anda, Anda pun bersedia untuk bertanding.
Kesimpulan yang kedua, hindari memotivasi diri sendiri dengan kalimat yang diawali “Aku akan….” alias kalimat future tense. Alasannya, dengan kalimat future tense (I will…..), Anda memberikan instruksi kepada pikiran bawah sadar Anda untuk berencana melakukan tindakan nanti, besok, atau kapan-kapan. Dengan begitu, Anda tidak pernah melakukan tindakan pada waktu itu juga; Anda terus-menerus menunda-nunda melakukan tindakan karena menurut pikiran bawah sadar Anda, tindakan bukan dilakukan saat itu juga, melainkan besok, lusa, atau kapan-kapan.
Nah, setelah mengetahui kesimpulannya, bagaimana menurut Anda? Mudah, bukan, memotivasi diri sendiri?
Anda dapat memotivasi diri Anda hanya dengan bertanya kepada diri Anda sendiri, mampukah Anda melakukan sesuatu, akankah Anda meraih sukses, dan sebagainya. Dengan pertanyaan itu, Anda tertantang untuk melakukan tindakan. Dan, saat Anda tertantang, Anda pun terdorong/termotivasi untuk melakukan tindakan dengan segera.
Akhir kata, selamat mencoba cara di atas dan rasakan manfaatnya 😀