Bicara mengenai kreativitas, benak kita langsung terlintas Albert Einstein, Thomas Alva Edison, Leonardo Da Vinci, dan tokoh-tokoh genius lainnya.

Tetapi, sebenarnya, kreativitas bukanlah hanya milik kalangan tertentu. Setiap orang bisa menjadi kreatif. Apa yang membedakan orang kreatif dengan orang yang tidak kreatif bukanlah kecerdasan mereka, melainkan metodenya dalam berpikir.

Ada dua macam metode dalam berpikir. Metode yang pertama membantu kita memahami dan memecahkan masalah. Metode yang kedua menjerumuskan kita pada kekeliruan dan menjauhkan kita dari solusi.

Nah, orang kreatif menggunakan metode berpikir yang pertama. Sementara itu, orang yang tidak kreatif menggunakan metode berpikir yang kedua.

Contoh metode berpikir yang pertama yaitu berpikir positif, berpikir rasional, dan berpikir keluar dari kotak. Sementara itu, contoh metode berpikir yang kedua antara lain bias, negative thinking, jump to conclusion/ mengambil kesimpulan yang terburu-buru, dan berpikir dogmatis.

Dalam artikel ini, penulis akan mengajak Anda untuk mengetahui 3 faktor penghambat kreativitas. Faktor-faktor ini lahir dari cara/metode berpikir yang kedua. Ketiganya menghambat diri Anda mengeluarkan potensi kreatif Anda.

Lantas, apa saja 3 faktor itu? Ini dia uraiannya.

3 Faktor Penghambat Kreativitas

Seperti penulis jelaskan di atas, kreativitas tidaklah bergantung pada kecerdasan, melainkan pada cara alias metode. Ada metode yang efektif, yang membantu Anda menyelesaikan masalah. Ada juga metode yang keliru yang justru menjauhkan Anda dari solusi.

Berikut ini 3 faktor yang menghambat Anda mengeluarkan kreativitas. Faktor-faktor ini lahir dari metode berpikir yang keliru.

1. Solusi yang tepat

Apa yang Anda lakukan ketika menghadapi masalah?

Tentu, Anda segera mencari solusinya, bukan? Anda berpikir ke sana-ke mari, mengumpulkan solusi sebanyak-banyaknya. Lalu, Anda dalami solusi-solusi itu guna menemukan satu yang paling tepat untuk masalah Anda.

Tetapi, apa yang terjadi? Berhasilkah Anda menemukan solusi yang tepat?

Seringkali, jawabannya tidak!

Biasanya, setelah mengumpulkan banyak solusi dan memilah-milahnya, kita ragu jangan-jangan tidak ada solusi yang tepat.

Sebenarnya, itulah yang justru menghambat Anda menemukan solusi! Pakar psikologi Carolyn Kaufman, dalam artikelnya di situs psychologytoday.com menyebutkan bahwa obsesi terhadap jawaban/solusi yang tepat merupakan salah satu faktor penghambat kreativitas.

Kok bisa?

Jawaban/solusi yang tepat mengandaikan adanya solusi yang keliru. Cara berpikir seperti itu membuat perhatian kita tertuju hanya pada bagaimana menemukan solusi yang tepat dan menghindari solusi yang keliru.

Padahal, bisa saja, solusinya justru ada pada jawaban yang keliru!

faktor penghambat kreativitas

Inilah mengapa, obsesi terhadap solusi yang tepat menjadi faktor yang menghambat kreativitas. Oleh karenanya, untuk berpikir kreatif, kesampingkan solusi/jawaban yang tepat. Tidak ada solusi yang tepat dan solusi yang salah dalam memecahkan masalah. Apa yang Anda butuhkan adalah solusi yang kreatif. Dan, solusi itu bisa bermacam rupa.

Anda dapat menggunakan ide yang tampaknya remeh-temeh atau bahkan konyol. Apa yang penting, Anda dapat memanfaatkannya untuk memecahkan masalah Anda.

2. Functional fixedness

Selain obsesi terhadap solusi yang tepat, functional fixedness juga bisa menjadi faktor penghambat kreativitas.

Apa itu functional fixedness?

Dalam artikel yang berjudul Ini Dia Salah Satu Mental Blok yang Menghambat Kreativitas Anda!, dijelaskan, functional fixedness adalah pola pikir di mana kita memperlakukan benda-benda sesuai namanya, tidak kurang dan tidak lebih.

Orang yang memiliki pola pikir functional fixedness menganggap fungsi gunting kuku hanya untuk memotong kuku yang sudah panjang; kotak suara berfungsi hanya sebagai penampung suara di pemilihan; sapu hanya untuk membersihkan lantai; dan, sendok hanya untuk mengambil makanan.

Pola pikir itu menghambat kita berpikir keluar dari kotak. Pikiran kita terhalang untuk memberdayakan benda-benda di sekitar sebagai solusi.

Dengan pola pikir itu, tidak terpikir di benak kita untuk memanfaatkan gunting kuku sebagai alat penyobek bungkus shampo sachet. Tidak terlintas pula di benak kita untuk menggunakan bungkus kopi sebagai alat pengaduk pengganti sendok.

Untuk itu, untuk menemukan solusi yang kreatif, hindari pola pikir functional fixedness. Anggaplah benda-benda di sekitar Anda memiliki banyak fungsi. Dengan begitu, Anda mampu memanfaatkannya untuk memecahkan masalah Anda.

3. Ide yang muluk-muluk

Ketika menghadapi masalah, kita sering mencari ide yang muluk-muluk. Ide yang muluk-muluk membuat solusi tampak lebih brilian dibanding ide yang biasa-biasa saja.

Tetapi, sebenarnya, kita tidak butuh ide yang muluk-muluk! Apa yang kita butuhkan adalah:

  1. Solusi yang tepat sasaran,
  2. Solusi yang tidak menimbulkan masalah baru,
  3. Solusi yang mengeluarkan sesedikit mungkin usaha, modal, dan pengorbanan.

Seringkali, karena terobsesi terhadap ide yang muluk-muluk, kita justru membuang-buang waktu dan biaya untuk memecahkan masalah kita.

Nah, obsesi terhadap ide yang muluk-muluk menghambat kita berpikir kreatif. Sebenarnya, kita bisa memanfaatkan ide yang pasaran tetapi efisien dan efektif. Namun, karena tidak puas dengan ide seperti itu, kita mengesampingkannya. Sebaliknya, kita malah repot-repot mencari ide lain, yang rumit dan membutuhkan banyak biaya.

Hal itu justru sangat tidak kreatif!

Maka dari itu, untuk memecahkan masalah, lupakan ide yang muluk-muluk! jika di hadapan Anda sudah tersedia solusi yang efisien dan efektif, gunakan solusi itu untuk memecahkan masalah Anda, sekalipun solusi itu saaaangat pasaran.

Solusi yang kreatif bukanlah solusi yang muluk-muluk, yang WOW, melainkan solusi yang hemat biaya, tenaga, dan waktu. Di samping itu, solusi yang kreatif juga tidak menimbulkan masalah baru.

 

Demikianlah 3 faktor penghambat kreativitas yang dapat penulis sampaikan kepada Anda. Semoga, uraian di atas bermanfaat.

 

Rina Ulwia
 

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

>