Alkisah, penulis punya seorang kakak yang jago pencak silat. Tingkatannya sudah lumayan tinggi. Terakhir mengikuti latihan, ia sudah mencapai sabuk hitam.
Segala jurus ia kuasai. Tentu saja, hal itu membuat penulis iri. Penulis ingin sekali bisa seperti dirinya yang lincah memeragakan jurus-jurus silat yang sangat atraktif.
Singkat cerita, suatu hari, pencuri masuk ke rumah penulis. Dan, kebetulan sekali, hanya ada kakak penulis di sana. Anggota keluarga yang lain sedang tidak ada di rumah.
Tahukah Anda apa yang terjadi?
Kakak penulis, yang jago pencak silat itu tidak menghajar sang pencuri dengan jurus dahsyatnya. Alih-alih, ia malah jongkok, meringkuk ketakutan. Kehadiran sang maling membuatnya keder! Apa yang sudah ia pelajari di perguruan pencak silatnya lenyap seketika. Walhasil, sang maling bebas melenggang, menggasak perabotan di seisi rumah.
Sejak kejadian itu, penulis menyimpulkan bahwa keberanian mental sangatlah penting! Sehebat apapun teori yang kita kuasai, jika kita tidak memiliki mental yang kuat untuk mempraktikkannya percuma saja!
Ini sama dengan saat kita menguasai teori bahasa Inggris, misalnya. Sehebat apapun kita menguasai tata bahasa bahasa Inggris, jika kita tidak berani mempraktikkannya maka percuma. Ilmu yang kita kuasai tidak dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
Lalu, bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah Anda memiliki mental yang kuat? Beranikah Anda menghadapi tantangan di depan mata Anda?
Jika ya, penulis ucapkan selamat! Jika tidak, Anda wajib waspada. Mental bisa menjadi faktor penting yang berpengaruh besar bagi kesuksesan Anda. Mental yang kuat membuat Anda berani mengambil peluang sukses. Ia memberikan Anda banyak kesempatan. Sebaliknya, mental yang lemah membuat Anda menyia-nyiakan kesempatan di depan mata Anda.
Tapi, bagaimana cara menguatkan mental sehingga berani menghadapi apa pun? Sebelumnya, Anda perlu lebih dulu tahu apa penyebab mental Anda ciut.
Sebenarnya, apa, sih, yang membuat kita takut menghadapi tantangan?
Tentu, ada banyak hal. Contohnya, takut salah, takut gagal, dan takut malu. Tapi yang pasti, ketakutan muncul karena kita membayangkan hasilnya.
Sumber lemahnya mental tidak lain dan tidak bukan adalah GAMBARAN akan hasil/outcome yang bakal kita capai.
Thomas Sterner, dalam bukunya yang berjudul The Practicing Mind: Developing Focus and Discipline in Your Life menjelaskan bahwa sumber kecemasan dan ketakutan dalam diri kita adalah kita tidak berada di sini, di saat ini; Kita tidak “being in the present.” Atau, dalam kata lain, pikiran kita melayang-layang pada hasil, bukan tertuju pada proses.
Jika begitu, lalu bagaimana cara mengatasinya? Bagaimana cara memperkuat mental sehingga Anda lebih percaya diri dan berani menghadapi segala tantangan di depan Anda?
Jika sumber lemahnya mental adalah kita “tidak berada di sini, di saat ini”, kita tidak “being in the present”, maka cara memperkuat mental ya dengan kita berada di sini, di saat ini. Heheheh, simple, kan?
Dalam sebuah artikel yang termuat di situs psychologytoday.com, Alex Korb, seorang pakar neurosains dari University of California, Los Angeles (UCLA) menceritakan kisah Roberta Vinci, petenis pendatang baru yang tak disangka-sangka dapat mengalahkan Serena William, bintang terkenal dalam pertandingan tenis.
Kemenangan Vinci atas Serena William membuat orang bertanya-tanya, apa rahasia yang mengantarkannya pada kemenangan itu.
Dan, tahukah Anda apa jawaban Vinci ketika ditanya apa rahasia kemenangannya?
Dia menjawab bahwa dia TIDAK MEMIKIRKAN APA PUN. Dia tidak memikirkan hasilnya bagaimana, apakah ia akan mengalahkan Serena William atau justru dikalahkan. Dia sama sekali tidak memikirkan hasilnya, baik secara positif maupun secara negatif.
Jika begitu, apa yang ia lakukan?
PASRAH! Yup! Pasrah terhadap hasil/outcome dan HANYA MENJALANINYA SAJA.
Inilah rahasia kesuksesannya mengalahkan Serena William. Inilah pula apa yang disebut Thomas Sterner “being in the present”, berada di sini, di saat ini.
Being in the present berarti menikmati proses, terlarut dalam proses hingga lupa pada hasil.
Meminjam istilah Mihaly Csikszentmihalyi, inilah yang disebut kondisi flow. Kondisi flow adalah kondisi yang di dalamnya, Anda terlarut dalam aktivitas yang sedang Anda lakukan hingga Anda tidak menyadarinya. Dalam kondisi itu, saking larutnya dalam aktivitas, sampai-sampai Anda tidak menyadari peristiwa di sekitar Anda. Sampai-sampai, Anda lupa makan, lupa lapar, dan tidak tahu seseorang lewat di depan Anda.
Untuk memasuki kondisi ini, untuk berada di sini, di saat ini, Anda bisa mencontoh Roberta Vinci. Ketika Anda merasa ciut saat akan menghadapi tantangan, jangan pikirkan hasilnya. Pasrah lah dan jalani saja. Ketika seorang bule mengajak Anda mengobrol, lakukan saja! Ketika akan maju presentasi, pasrah dan lakukan saja. Jangan pikirkan bagaimana nanti jika salah ucap, bagaimana jika si bule tidak paham ucapan Anda, bagaimana jika Anda tidak paham ucapan si bule.
Jika Roberta Vinci berhasil memperkuat mentalnya dengan cara ini, maka Anda pun juga.
Nah, bagaimana? Mudah, bukan?
Selamat mencoba cara di atas dan semoga berhasil 😀
Baca juga:
Bagaimana Cara Menghilangkan Kecemasan Sosial?
Menghilangkan Rasa Takut terhadap Tantangan dengan Teknik Afirmasi
Ini Dia Alasan mengapa Anda tidak Perlu Takut Mengambil Peluang!
Agus Setiawan, seorang pembelajar yang sangat menyenangi dunia pengembangan diri khususnya dunia pikiran. Hasratnya untuk membantu banyak orang membawanya mendalami berbagai pengetahuan tentang pengembangan diri dan hipnoterapi. Ia menjadi hipnoterapis yang direkomendasikan oleh Adi W Gunawan Institute. Dalam prosesnya Pria kelahiran 1982 ini juga menemukan Sistem Bacakilat yang menggunakan pikiran sadar dan bawah sadar untuk meningkatkan keefektifan dalam membaca buku yang sudah dibawakan ke berbagai kota mulai tahun 2009. Dorongan untuk membantu lebih banyak orang lagi membuatnya mendirikan Aquarius Resources yang berperan untuk memberikan Re-Edukasi terbaik kepada setiap orang yang ingin menempuh kesuksesan dalam kehidupannya.
Session expired
Please log in again. The login page will open in a new tab. After logging in you can close it and return to this page.
Sangat setuju pak…Terkadang ketika saya belajar, pikiranku lagi “merantau”/tidak berada disini, saat ini… mungkin inilah penyebabnya sehingga susah tuk menagkap apa yg disampaikan oleh pemateri…terima kasih tuk ilmunya pak…