Suatu hari, Anda berkendara ke kantor. Seperti biasa, mobil Anda melaju pelan-pelan karena jalanan padat. Banyak kendaraan berlalu lalang di jalanan. Semuanya memiliki tujuan yang sama, pergi ke tempat kerja.
Sesampainya di tikungan tak jauh dari kantor Anda, suasana berubah. Anda melihat pemandangan yang tak lazim! Biasanya, tikungan itu sangat ramai. Biasanya, tikungan itu penuh dengan kendaraan. Tetapi, hari ini, suasananya sangat lengang!
Dan, karena keanehan itu, Anda pun langsung menginjak rem. Perasaan Anda mengatakan ada sesuatu yang tak beres di sana.
Pernahkah Anda mengalami kejadian seperti di atas? Kejadian di mana tiba-tiba Anda merasakan adanya ketidakberesan.
Pada cerita di atas, tiba-tiba muncul perasaan yang mengganggu saat Anda melihat jalanan lengang. Menurut Anda, jalanan biasanya ramai. Akan tetapi, Anda tak tahu apa yang terjadi. Apa yang Anda tahu, ada sesuatu yang tidak beres. Dan, pengetahuan itu muncul begitu saja.
Nah, dalam kajikan psikologi, pengetahuan seperti ini dinamakan INTUISI.
Dalam kehidupan sehari-hari, intuisi banyak membantu kita membuat keputusan. Bukan hanya orang awam yang menggunakan intuisi. Banyak literatur menyebutkan para ahli seperti Albert Einstein, Thomas Alva Edison, dan Dimitri Mendeleyev juga menggunakan intuisi untuk kepentingan eksperimen mereka.
Hebat sekali, bukan?
Yup! Intuisi memang hebat! Intuisi merupakan kekuatan pikiran manusia yang sangat bermanfaat. Intuisi membantu kita memuat keputusan tanpa berpikir panjang. Intuisi membantu para ahli menemukan penemuan canggih mereka. Dan, hebatnya, seringkali kebenaran intuisi ini akurat.
Akan tetapi, apa, sih, sebenarnya intuisi itu? Mengapa intuisi bisa sehebat itu? Apakah intuisi hal yang klenik? Dan, bisakah kita meningkatkan ketajaman intuisi kita?
Penasaran? Simak tulisan ini dari awal sampai akhir. Di dalam tulisan ini, Anda akan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas.
Apa Itu Intuisi?
Dalam kamus online bahasa Inggris Miriam Webster, intuisi adalah “A natural ability or power that makes it possible to know something without any proof or evidence.” Intuisi adalah kemampuan alami atau kekuatan yang dengannya seseorang mengetahui sesuatu tanpa pembuktian. Dalam kamus online Oxford, intuisi didefinisikan sebagai “The ability to understand something instinctively, without the need for conscious reasoning.” Intuisi adalah kemampuan untuk memahami sesuatu secara naluriah, tanpa membutuhkan rasionalisasi sadar.
Dari dua definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa intuisi adalah kemampuan untuk mengetahui sesuatu tanpa perlu berpikir; Pengetahuan yang datang tiba-tiba tanpa perlu dipikirkan terlebih dulu.
Mistis atau Rasional?
Sebelum penelitian yang dilakukan oleh para pakar, intuisi dianggap sebagai pengetahuan klenik. Intuisi dipandang sebagai anugerah istimewa yang diberikan hanya kepada orang-orang tertentu.
Dalam pengertian klenik seperti ini, intuisi sama artinya dengan ilham atau wangsit. Selain itu, intuisi dipahami sebagai pengetahuan yang kebenarannya 100% akurat.
Pemahaman berubah ketika intuisi mulai diteliti secara ilmiah. Banyak penelitian menyimpulkan intuisi bukanlah hal yang klenik. Menurut para pakar, sumber intuisi berasal dari pikiran bawah sadar manusia.
Nah, jika intuisi bukan klenik, melainkan dari pikiran bawah sadar manusia, lalu bagaimanakah mekanisme munculnya intuisi? Untuk menjawab itu, mari simak penjelasan berikut.
Munculnya Intuisi
“Intuition is nothing but the outcome of earlier intellectual experience,”
-Albert Einstein
Sebagaimana dijelaskan Einstein di atas, intuisi merupakan hasil dari pengalaman intelektual yang terjadi sebelumnya. Hal senada juga diungkapkan oleh pakar psikologi dari Amerika Serikat Herbert A. Simon. Menurutnya, intuisi tak lain merupakan kesadaran bahwa sesuatu yang dialami pernah dialami atau dipelajari sebelumnya.
Pada cerita di atas, secara refleks, Anda menginjak rem mobil Anda.
Mengapa Anda tiba-tiba menginjak rem?
Karena, Anda merasa ada yang tidak beres di depan sana. Perasaan Anda mengatakan Anda harus berhenti agar terhindar dari bahaya.
Nah, perasaan itu merupakan intuisi yang memberi pesan kepada Anda untuk berhati-hati.
Intuisi itu sebenarnya bukanlah pesan yang diembuskan oleh makhluk mistis kepada Anda, melainkan pesan yang berasal dari pikiran bawah sadar Anda.
Masih ingat, kan, mengenai pikiran bawah sadar? Pikiran bawah sadar merupakan gudang penyimpanan memori dan mindset, di mana sumber daripada memori dan mindset itu adalah informasi yang ditangkap oleh pancaindra.
Memori ini menetap selamanya di dalam pikiran bawah sadar. Nah, saat kita mengalami suatu peristiwa, otak kita memilah-milah informasi (yang tersimpan di dalam pikiran bawah sadar) yang paling identik dengan peristiwa itu.
Informasi yang terpilih pada akhirnya muncul dalam pikiran sadar sebagai intuisi. Jadi, intuisi merupakan memori (tentang sebuah peristiwa) yang tersimpan di dalam pikiran bawah sadar yang tiba-tiba muncul ke permukaan (pikiran sadar) sebagai respons dari otak saat kita mengalami kejadian yang mirip dengan memori tersebut.
Mekanisme munculnya intuisi adalah melalui asosiasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (Daring), asosiasi berarti “Pembentukan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau kegiatan pancaindra.” Sementara itu, dalam kamus online Oxford, asosiasi diartikan, “The action of making a mental connection.” Asosiasi adalah tindakan membuat sebuah hubungan mental.
Sehubungan dengan definisi itu, kamus Oxford memberikan contoh, “There is nothing new in the association of fasting with spirituality.” Tidak ada yang baru dalam mengasosiasikan puasa dengan spiritualitas.
Nah, dari dua definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa asosiasi adalah mengidentikkan atau menghubungkan sesuatu dengan lainnya.
Dalam contoh di atas, intuisi terjadi saat otak Anda mengasosiasikan jalanan lengang dengan memori bawah sadar Anda.
Memori apakah itu?
Memori tentang tabrakan beruntun, misalnya, yang membuat jalanan lengang seketika (karena mobil dan motor langsung berhenti). Jadi, ketika melihat jalanan lengang, otak Anda memilah-milah memori yang paling pas dihubungkan dengannya.
Karena kejadian di masa lalu yang berhubungan dengan jalanan lengang adalah tabrakan beruntun, maka intuisi yang muncul di pikiran Anda pun berupa pesan akan terjadinya tabrakan beruntun/kecelakaan.
Pesan itu merupakan petunjuk bagi Anda untuk membuat keputusan, apakah Anda tetap memacu kendaraan, atau Anda harus menghentikannya.
Nah, dari uraian di atas, kita dapat meringkasnya seperti ini: Intuisi terjadi melalui mekanisme asosiasi. Apa saja yang diasosiasikan? Apa yang diasosiasikan adalah peristiwa yang sedang kita alami dengan memori yang identik dengan peristiwa itu. Identik maksudnya adalah memiliki pola (pattern) yang sama. Jadi, ada kesamaan pola antara peristiwa yang sedang kita alami dengan peristiwa yang pernah kita alami di masa lalu.
Syarat Intuisi
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, menurut Einstein, intuisi tidak lain merupakan hasil dari pengalaman yang terjadi sebelumnya. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa sumber intuisi berasal dari pengalaman di masa lalu. Jadi, mungkin-tidaknya kita memiliki kemampuan intuitif dipengaruhi oleh pengalaman itu sendiri.
Para ahli menyimpulkan, kemampuan intuitif seorang ahli dalam bidang tertentu lebih tinggi dibanding kemampuan intuitif mereka yang awam dalam bidang tersebut.
Contoh:
Dua orang sedang bermain catur, katakanlah si A dan si B. Si A memiliki banyak pengalaman dalam permainan catur. Ia merupakan seorang grand master. Sementara itu, si B baru beberapa kali bermain catur.
Nah, saat keduanya beradu kemampuan catur, si A jauh lebih unggul. Dalam hanya beberapa langkah, si B tumbang di tangannya. Keunggulan si A ditunjang oleh kekuatan intuitifnya. Sumber intuisi itu tidak lain adalah pengalamannya selama bermain catur.
Bayangkan, jika ia telah bermain catur sebanyak seribu kali, maka berapa banyak pengalaman yang dapat ia jadikan sebagai sumber pengetahuan (intuisi) dalam bermain catur?
Jika ia sudah bermain catur sebanyak seribu kali (katakanlah dalam satu kali permainan, ada 30 posisi yang dapat ia jadikan sebagai pelajaran), berapa posisi yang sudah ia pelajari selama bermain catur (seribu kali)?
Dibanding si B yang masih baru dalam permainan catur, tentu saja si A memiliki jaaauh lebih banyak sumber intuisi dalam permainan itu.
Syarat intuisi adalah pengalaman. Semakin banyak pengalaman dalam sebuah bidang, kemampuan intuitif kita (dalam bidang tersebut) semakin tinggi. Sebaliknya, semakin sedikit pengalaman kita dalam bidang itu, maka semakin rendah pula kemampuan intuitif kita (dalam bidang tersebut).
Alternatifnya, saat kemampuan intuitif kita rendah, maka kita harus berpikir menggunakan pikiran sadar kita. Yup! Berpikir seperti biasa.
Dalam contoh permainan catur di atas, si B yang awam dengan permainan catur tidak dapat mengandalkan intuisinya, karena pikiran bawah sadarnya tidak menyimpan sejumlah informasi yang berkaitan dengan permainan catur.
Apa yang bisa ia lakukan adalah berpikir seperti biasa. Berpikir seperti biasa maksudnya adalah menganalisis sedemikian sehingga mencapai suatu kesimpulan.
Tentu saja, proses berpikir jauh lebih lama dan membutuhkan usaha keras dibanding saat intuisi muncul. Kemunculan intuisi tidak memerlukan proses. Ia datang begitu saja saat kita membutuhkan jawaban.
Apakah Intuisi 100% Akurat?
Sekalipun kita berpengalaman dalam sebuah bidang, belum tentu pengalaman itu membuat kita ahli dalam bidang itu, bukan? Terkadang kita tidak bisa belajar dari kesalahan.
Nah, berkaitan dengan intuisi, banyaknya pengalaman tidak menjamin ketajaman intuisi kita. Jika kita orang yang tidak pernah belajar dari pengalaman, tidak pernah belajar dari kegagalan dan keberhasilan kita, maka pengalaman itu justru akan menyesatkan kita.
Dalam pikiran bawah sadar, pengalaman itu menjadi memori. Saat terjadi suatu peristiwa genting, otak kita memilah-milah memori di dalam pikiran bawah sadar yang identik dengan peristiwa itu. Nah, pada akhirnya, terpilihlah satu memori yang paling identik. Memori ini berasal dari pengalaman kita di masa lalu.
Saat muncul ke permukaan (pikiran sadar) memori ini menjadi intuisi yang dapat dijadikan sebagai petunjuk. Tetapi, karena kita tidak belajar dari pengalaman, maka bisa jadi pengalaman itu mengandung kesalahan. Nah, jika pengalaman itu mengandung kesalahan, maka ia pun menjadi intuisi yang menyesatkan.
Berkaitan dengan hal ini, seorang pakar psikologi asal Amerika Serikat Daniel Kahneman memberikan contoh yang menarik sebagai berikut.
Bayangkan Anda menjawab soal berikut ini:
Harga total sebuah tongkat pemukul dan bola kasti adalah $ 1.10 (1 dolar 10 sen), dengan rincian harga tongkat 1 dolar lebih mahal dibanding harga bola. Berapa harga bola tersebut?
Secara intuitif, Anda akan langsung menyimpulkan bahwa harga bola adalah 10 sen.
Kesimpulan itu didapatkan karena menurut intuisi Anda, harga tongkat pemukul adalah 1 dolar. 1 dolar plus 10 sen hasilnya 1 dolar 10 sen.
Jawaban itu TAMPAK masuk akal.
Akan tetapi, dengan sedikit berpikir, Anda dapat mengetahui jawaban yang betul-betul benar.
Jika harga bola adalah 10 sen, maka harga tongkat pemukul adalah 1 dolar 10 sen. (Ingat, selisih harganya 1 dolar). Dengan begitu, harga total bola dan tongkat adalah 1 dolar 20 sen.
Padahal, seperti yang disebutkan di atas, harga total bola dan tongkat adalah 1 dolar 10 sen. Jadi, jawaban Anda yang hanya mengandalkan intuisi itu salah.
Jawaban yang benar yaitu harga bola 5 sen, sedangkan harga tongkat adalah 1 dolar 5 sen. Selisih antara 1 dolar 5 sen dengan 5 sen adalah 1 dolar. 5 sen ditambah 1 dolar 5 sen hasilnya 1 dolar 10 sen. Tepat seperti yang tersebut di atas.
Dalam contoh di atas, apakah yang memunculkan intuisi bahwa harga tongkat adalah 1 dolar? Menurut Kahneman, intuisi itu muncul karena di masa lalu, saat menemui persoalan yang polanya sama dengan pola soal di atas, Anda tidak memikirkan (meneliti soal) terlebih dulu. Alih-alih, Anda justru langsung menyimpulkan jawabannya; Anda berspekulasi dengan jawabannya.
Kahneman menjelaskan,
“…we often like to use heuristics, or shortcuts, that make thinking easier. In many cases these heuristics will work well but if their use goes ‘unchecked’ by more deliberative thinking, errors-such as the 10 cents answer-will occur.”
Kita senantiasa senang menggunakan metode heuristik (dalam kajian psikologi, heuristik adalah teknik pemecahan masalah berdasarkan pengalaman; Dalam kamus online thefreedictionary.com, heuristik adalah formulasi spekulatif), atau shortcut, yang memudahkan proses berpikir. Dalam banyak kasus, metode heuristik bekerja dengan baik, tetapi jika metode itu tidak dicocokkan dengan pemikiran sadar, kesalahan-seperti jawaban 10 sen-akan terjadi.
Nah, dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa intuisi tidak selalu benar. Keakuratan intuisi tetap dipengaruhi oleh kecakapan kita dalam menyikapi suatu peristiwa di masa lalu.
Jika setiap kali menemui masalah, kita tidak pernah menganalisis masalah itu dengan pikiraan sadar, alih-alih kita hanya berspekulasi (menggunakan teknik heuristik) atau tergesa-gesa menyimpulkannya, maka spekulasi itulah yang akan menjadi intuisi kita. Padahal, spekulasi belum tentu akurat.
Bayangkan saja, kita setiap hari bermain catur. Selama bermain catur, sudah ribuan posisi yang kita temukan. Tetapi, jika kita tidak dapat belajar dari kesalahan, maka pengalaman tentang kesalahan itu justru akan menyesatkan kita di kemudian hari.
Jadi, agar memiliki kemampuan intuisi yang tajam, pertama perbanyak pengalaman dalam bidang tertentu. Kedua, pandai-pandailah belajar dari pengalaman, belajar dari kesalahan dan keberhasilan. Mengenai syarat yang kedua ini, biasakan menggunakan pikiran sadar untuk memecahkan masalah. Jangan biasakan menggunakan teknik heuristik, atau dalam kata lain, hindari kebiasaan berspekulasi.
Spekulasi paling bagus hanya dapat dijadikan hipotesis. Nah, sebagai hipotesis, dia perlu diuji kebenarannya lewat penelitian logis.
Kunci belajar dari pengalaman adalah mengaktifkan pikiran sadar kita. Dengan pikiran sadar, teliti kesalahan dan keberhasilan kita. Apa saja yang membuat kita salah dan apa saja yang membuat kita berhasil.
Intuisi dan Pikiran Sadar
Terakhir, karena intuisi tidak selalu benar, para ahli menyarankan agar kita menguji intuisi dengan pikiran sadar. Sebagai contoh, saat kita terjepit dalam suatu masalah. Tiba-tiba muncul intuisi yang memberikan petunjuk kepada kita. Jangan langsung mempercayai intuisi itu, karena bisa jadi ia tidak akurat. Ujilah intuisi tersebut dengan pikiran sadar. Periksa apakah intuisi itu logis atau tidak.
Sumber: Think, Fast and Slow karya Daniel Kahneman
Baca juga:
Cara Mempertajam Intuisi menurut Para Pakar
Saat Intuisi Muncul, Apa yang Harus Anda Lakukan?
yurtdisi egitim
15 Jun 2014Apakah ada informasi mengenai hal ini dalam bahasa lain
Rina Ulwia
16 Jun 2014Sebelumnya, terimakasih saudara yurtdisi egitim atas komentarnya. Mengenai intuisi dapat Anda baca artikel dalam bahasa Inggris berikut.
http://theconversation.com/explainer-what-is-intuition-13238
Marya
20 Apr 2017Terimakasih atas penjelasannya. Penjelasan yang menarik dan logis.