keluar dari zona nyaman

Keluar dari Zona Nyaman sebagai Kunci Sukses Mengembangkan Diri

Benner-1.png

 

Tinggal nyaman di dalam zona nyaman ibarat katak dalam tempurung. Apa yang kita tahu itu-itu saja. Pada gilirannya, apa yang kita dapat, yach, hanya itu-itu saja juga. Atau, lebih parah lagi, zona nyaman kita menjadi tidak lagi nyaman karena serbuan dari dunia luar. Hiiiiih, sereeem!

Dalam kehidupan ini, sejatinya, tidak seorang pun anak manusia yang berada di dalam zona nyaman. Setiap orang, baik anak yang masih kecil, atau pun nenek yang sudah tua, senantiasa berada di zona yang tidak nyaman, hidup di dalam ketidakpastian.

Seorang anak kecil tidak selamanya dapat berada di dalam lindungan orangtuanya. Jika orangtuanya meninggal, sementara tidak ada orang yang mau peduli dengannya, maka ia harus berjuang demi hidupnya sendiri (meskipun kita tidak berharap peristiwa seperti ini terjadi). Banyak contoh yang dapat kita saksikan mengenai kenyataan seperti ini.

Demikian juga orang yang sudah tua. Kita tidak bisa menjamin bahwa anak-cucu kita akan peduli terhadap nasib kita saat kita sudah tidak dalam usia produktif. Inilah kenyataan hidup hari ini. Penuh ketidakpastian!

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian ini, zona nyaman merupakan musuh utama umat manusia. Barangsiapa yang tidak siap untuk keluar dari zona nyaman, maka pertama, dia tidak akan berkembang; Kedua, kemungkinan zona nyamannya sudah tidak lagi menjadi tempat yang nyaman.

Misalnya, sudah belasan tahun Anda bekerja di sebuah perusahaan. Anda sudah sangat nyaman dengan situasi Anda. Anda menjadi pegawai tetap dengan jaminan pensiun yang tinggi, gaji yang banyak, serta jaminan kesehatan yang pasti.

Tetapi, tiba-tiba, karena suatu hal, perusahaan tempat Anda bekerja bangkrut. Maka, mau tak mau Anda harus keluar dari zona nyaman Anda. Anda harus mencari tempat baru yang belum pernah Anda kenal sama sekali. Anda harus memulai lagi dari nol.

Oleh karena itulah, keluar dari zona nyaman merupakan salah satu seni menjalani hidup yang harus Anda kuasai.

Memang sudah menjadi sifat alami kita merasa cemas berada di dalam situasi yang asing. Saat Anda berada di dalam situasi yang asing, hal itu secara alami akan menimbulkan kecemasan dalam diri Anda. Parahnya, kecemasan itu akan menghasilkan persepsi negatif yang mendukung rasa takut itu. Pada gilirannya, persepsi itu akan membuat kecemasan Anda semakin menjadi-jadi.

Untuk itu, Anda perlu menata pikiran sedemikian rupa sehingga pikiran negatif, yang tidak mendukung dapat dihilangkan. Merubah persepsi dapat membantu Anda mengurangi rasa cemas berada di dalam situasi yang tidak menentu. Selain merubah persepsi, masih ada beberapa cara untuk keluar dari zona nyaman.

Penasaran? Yuk, langsung saja kita simak penjabarannya berikut ini.

1. Realistis

Secara umum, ada tiga zona yang dapat kita temui dalam kehidupan ini. Zona pertama adalah zona nyaman. Zona ini merupakan zona yang sudah sangat familiar bagi Anda. Dan, karena familiar, Anda merasa nyaman di dalamnya.

Zona yang kedua adalah zona belajar (learning zone). Berada di zona ini membuat Anda cemas, tetapi kecemasan itu masih dapat Anda atasi. Contoh zona ini yaitu situasi penuh tantangan, yang pernah Anda alami sebelum-sebelumnya.

Contoh:

Sudah beberapa kali Anda mengikuti meeting bersama direksi. Anda pun tidak memiliki fobia untuk mempresentasikan rencana kerja Anda.

Menghadapi situasi itu, sekali pun Anda tidak memiliki fobia, niscaya tetap muncul kecemasan di dalam diri Anda. Ini dikarenakan, banyak keputusan yang harus Anda buat. Rasa cemas ini sangat rasional dan masih dapat ditoleransi. Anda pun masih dapat mengatasinya dengan berbagai cara.

Para pakar menyebut kecemasan ini sebagai optimal level of anxiety (tingkat kecemasan yang moderat yang masih dapat dihadapi).

keluar dari zona nyaman

Ketiga, zona panik alias panic zone. Zona ini merupakan zona yang sangat asing bagi Anda.

Dinamakan zona panik karena bisa jadi, Anda belum pernah sekali pun berada di dalam zona ini, yang menyebabkan Anda panik berada di dalamnya.

Atau, bisa jadi juga, Anda sudah pernah berada di dalam zona ini, tetapi Anda memiliki masalah adaptasi di dalamnya.

Misalnya, Anda memiliki alergi konsumsi sea food. Saat Anda mengonsumsi cumi, misalnya, timbul bentol-bentol di tubuh Anda. Ini berarti, sea food menjadi zona panik Anda.

Apabila Anda ingin keluar dari zona nyaman, pastikan Anda memasuki zona belajar alias learning zone, bukan panic zone. Memilih zona belajar, alih-alih zona panik merupakan pilihan yang realistis. Ini dikarenakan, zona belajar sesuai dengan batas kemampuan Anda.

Jika Anda memilih berada di zona panik, Anda justru akan jera untuk sekali lagi mencoba keluar dari zona nyaman. Penyebabnya, situasi yang Anda hadapi tidak sesuai dengan batas kemampuan Anda. Mungkin Anda akan menasihati diri Anda seperti ini: “Ga lagi-lagi, deh, keluar dari zona nyaman. Situasi di luar penuh dengan risiko dan sangat berbahaya.”

Salah satu contoh berada di dalam zona panik yaitu, maju ke atas panggung dan bernyanyi di hadapan ribuan penonton untuk pertama kalinya, padahal Anda memiliki demam panggung.

Memaksakan diri untuk berada di atas panggung sementara Anda memiliki fobia berada di atas panggung merupakan ide yang buruk. Kepanikan bisa menyerang Anda. Dalam banyak kasus, bahkan sampai ada yang perutnya mual dan muntah karena saking paniknya.

Ujungnya, Anda pun malah malu dan menyalahkan diri sendiri karena telah memilih keputusan yang salah (memutuskan untuk mencoba tampil di atas panggung). Pada gilirannya, kesan yang timbul di dalam benak Anda mengani situasi baru sangatlah buruk. Anda akan trauma untuk keluar dari zona nyaman.

2. Belajar sesuatu yang baru

Setidaknya, mempelajari sesuatu yang baru memiliki dua keuntungan. Pertama, kita membiasakan diri dalam situasi yang baru.

Berada di dalam situasi yang baru niscaya membuat Anda merasa cemas. Nah, dengan terbiasa mempelajari sesuatu yang baru, Anda pun terbiasa menghadapi kecemasan. Dan, saat Anda terbiasa dengan kecemasan, Anda pun tidak lagi kaget dengan perasaan seperti itu.

Keuntungan yang kedua yaitu, dengan mempelajari hal-hal baru, pengetahuan Anda bertambah, demikian juga dengan skill Anda.

Pengetahuan dan skill baru ini dapat Anda gunakan sebagai senjata untuk menghadapi kondisi baru.

3. Perluas sudut pandang

Untuk keluar dari zona nyaman, Anda perlu memperluas perspektif Anda. Ini dikarenakan, situasi baru harus didekati dengan perspektif yang berbeda. Orang-orang yang berada di dalam situasi itu memiliki pandangan yang sama sekali berbeda dengan pandangan Anda.

Nah, jika Anda tidak memperluas perspektif, Anda pun tidak mampu menyesuaikan diri dengan orang-orang baru.

Salah satu cara memperluas sudut pandang yaitu dengan bepergian ke tempat-tempat yang belum pernah Anda kunjungi. Anda dapat mempelajari tradisi, budaya, dan situasi yang berbeda.

Selain itu, Anda juga perlu terus belajar dan membaca buku. Membiasakan diri rutin membaca buku secara otomatis memperluas sudut pandang Anda, membuat Anda menjadi pribadi yang open-minded/berpikiran terbuka.

4. Tentukan tujuan

Keluar dari zona nyaman akan berkali lipat lebih sulit manakala Anda tidak memiliki tujuan yang jelas. Ini sama artinya Anda tidak memiliki persiapan; Anda sama sekali buta dengan situasi baru; Anda sama sekali tidak tahu apa yang ada di luar sana.

Jika Anda tidak siap dengan kegagalan, maka keluar dari zona nyaman justru akan membuat Anda jera.

Oleh karena itulah, Anda perlu mempersiapkan diri manakala Anda ingin keluar dari zona nyaman.

Salah satu persiapan untuk menghadapi situasi yang baru yaitu menentukan tujuan yang jelas.

Menentukan tujuan berarti mengetahui ke mana Anda akan pergi, mengetahui risiko apa saja yang akan Anda hadapi, orang-orang macam apa yang akan menjadi teman Anda, juga orang-orang yang seperti apa yang akan Anda hadapi.

5. Bersosialisasi dengan orang-orang baru

Kelua dari zona nyaman berarti keluar dari lingkungan di mana Anda berada. Ini artinya Anda berurusan dengan orang-orang baru.

Nah, persiapkanlah diri Anda untuk keluar dari zona nyaman dengan cara memperbanyak teman, bersosialisasi dengan berbagai kalangan.

Luasnya pergaulan dapat membantu mengurangi kecemasan Anda manakala berada di dalam situasi yang asing. Setidaknya, orang-orang yang baru Anda kenal dapat membantu Anda mengadapi situasi yang baru.

Ingat, mereka adalah orang-orang yang sudah familiar dengan situasi itu. Dengan demikian, ketika Anda sudah mengenal mereka, mereka pun dengan senang hati akan membantu Anda.

6. Hindari perfeksionisme

Salah satu penyebab kecemasan yaitu terlalu berharap meraih hasil yang sempurna.

Tinggal di dalam situasi yang familiar membuat Anda nyaman di dalamnya. Mengapa? Karena, kefamiliaran menjadikan Anda ahli. Dan, saat Anda menjadi ahli, Anda lebih mudah meraih kesempurnaan.

Sebagai contoh, sudah belasan tahun Anda bekerja di perusahaan A sebagai seorang manajer keuangan. Anda sudah sangat familiar dengan situasi kerja di perusahaan itu. Anda sudah paham dengan ritme kerjanya, paham bagaimana berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan itu, serta paham bagaimana prosedur kerjanya.

Karena sudah sangat familiar dengan situasi di perusahaan itu, Anda pun sudah sangat nyaman berada di dalamnya. Anda sudah tidak perlu menyesuaikan diri dengan ritme kerja, dengan orang-orang di dalamnya, juga sudah tidak perlu beradaptasi dengan aturan-aturan kerjanya. Anda sudah sangat ahli di dalamnya. Anda sudah tidak memerlukan bantuan orang lain untuk membimbing Anda.

Saat Anda sudah sangat familiar di tempat kerja Anda, bukanlah hal yang sulit untuk bekerja secara maksimal di dalamnya. Sudah tidak ada lagi yang perlu ditakutkan. Oleh karenanya, Anda dapat meningkatkan produktivitas Anda kapan pun Anda mau.

Nah, keluar dari zona nyaman bisa berarti kegagalan demi kegagalan. Karena, Anda melakukan apa yang belum pernah Anda lakukan; Anda masih sangat asing dengan apa yang Anda lakukan; Anda asing dengan orang-orang yang berada di lingkungan baru itu; Anda masih harus banyak belajar dan menyesuaikan diri.

Orang yang perfeksionis takut berada di dalam situasi yang baru, melakukan sesuatu yang baru, yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Kok bisa? Karena, ia takut kalau-kalau hasilnya mengecewakan, kalau-kalau ia gagal.

Oleh karena itulah, agar Anda tidak canggung dengan situasi baru, hindari perfeksionisme. Maklumilah diri Anda jika Anda berbuat salah. Tanamkan di dalam benak Anda bahwa Anda gagal karena Anda masih belum mengenal situasi baru tersebut.

7. Merubah perspektif

Seperti yang sudah penulis sebutkan sebelumnya, pikiran turut memengaruhi bagaimana Anda menghadapi situasi baru. Pikiran turut memengaruhi perasaan dan perilaku Anda.

Ini seperti yang dijelaskan oleh Dennis Greenberger dan Christine A. Padesky dalam buku yang berjudul Manajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Persaan Merusak Lainnya. Berkaitan dengan hal itu, mereka menyontohkannya dengan keadaan berikut.

Bayangkan Anda berada di dalam sebuah pesta. Banyak orang yang tidak Anda kenal, tetapi tak sedikit pula orang yang sudah Anda kenal, sekali pun hanya sebatas kenal.

Saat Anda melihat orang yang sudah Anda kenal (maksudnya, sebatas kenal, bukan teman dekat), Anda pun dengan antusias menyapanya. Tetapi, ia hanya diam, tidak merespons sapaan Anda.

Nah, reaksi Anda ketika mendapatinya tidak merespons sapaan Anda senantiasa dipengaruhi oleh pikiran Anda.

Jika Anda berpikir bahwa orang itu sombong, maka Anda niscaya merasa jengkel dengan perilakunya. Jika Anda berpikir bahwa dia tidak melihat kehadiran Anda, maka Anda pun akan segera menghampiri dan menyapanya dari dekat. Dan, jika Anda berpikir dia sedang asyik mengobrol dengan pasangannya, Anda pun akan membiarkannya supaya tidak menganggu.

Demikian juga ketika Anda memasuki situasi yang baru. Pikiran-pikiran negatif, yang tidak mendukung bisa memengaruhi perasaan Anda.

keluar dari zona nyaman

Berada di dalam situasi baru saja sudah cukup membuat Anda cemas, apalagi diperparah dengan pikiran-pikiran negatif tentang situasi asing itu. Berpikir bahwa keadaan di luar sana penuh dengan bahaya yang bisa menjatuhkan diri Anda akan membuat rasa cemas dan takut Anda semakin menjadi-jadi.

Pemikian-pemikiran yang tidak mendukung ini dapat Anda hilangkan dengan cara mencari bukti-bukti yang mendukung pemikiran itu serta bukti-bukti yang menyangkalnya.

Dengan mengetahui bukti-bukti yang menyangkal pikiran Anda, kecemasan Anda berkurang karena Anda menyadari bahwa pikiran-pikiran itu tidak masuk akal. Anda sadar bahwa kecemasan sungguh tidak diperlukan untuk menghadapi situasi itu.

Sementara itu, dengan bukti yang mendukung pemikiran Anda, Anda dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi kenyataan yang digambarkan oleh pemikiran itu.

Kesimpulan

Keluar dari zona nyaman bukan hanya merupakan pilihan, melainkan keharusan. Orang yang tidak berani keluar dari zona nyaman tidak akan bisa maju. Bahkan, bisa jadi, ia tidak dapat bertahan hidup. Istilah populernya, ia akan mengalami seleksi alam.

Hal ini dikarenakan, dunia kita sekarang ini merupakan dunia yang penuh ketidakpastian. Setiap langkah yang kita tempuh, setiap tempat yang kita pijaki, senyaman apa pun ia, tetap saja mengandung ketidakpastian. Keluar dari zona nyaman merupakan salah satu seni untuk bertahan di dunia yang penuh dengan ketidakpastan ini.

Nah, agar respons kita terhadap situasi baru tidak berlebihan, atau dalam kata lain, agar kita dapat mengontrol diri manakala berada di dalam situasi yang baru, kita harus mempersiapkan diri untuk mengahadapinya. Kita harus tahu cara untuk menyesuaikan diri dengan situasi itu.

Kunci untuk menghadapi situasi baru adalah memiliki tujuan, berpikir positif, dan berani.

Sekarang, sudah siapkah Anda untuk keluar dari zona nyaman Anda?

Baca juga:

8 Alasan Mengapa Anda Perlu Keluar dari Zona Nyaman

Mengapa Perlu Mencoba Hal Baru?

Kunci Sukses Mengatasi Perfeksionisme

Menghilangkan Rasa Takut terhadap Tantangan dengan Teknik Afirmasi

Rahasia Sukses Mengembangkan Diri

Benner-1.png

Rina Ulwia
 

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

  • Rina Ulwia says:

    Ya, tentu setiap orang ingin berada di zona nyaman seterusnya. Tapi, masalahnya, apakah kita bisa terus berada di zona nyaman?

  • >