Hampir setiap orang memiliki kebiasaan buruk. Ada orang yang gemar merokok, ada yang gemar mengonsumsi makanan tidak sehat. Ada pula orang yang biasa bangun kesiangan.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga memiliki kebiasaan buruk? Apa kebiasaan buruk Anda?
Apa pun kebiasaan buruk Anda, yang pasti Anda ingin menghilangkannya, bukan?
“Ini nih bagian yang susah. MENGHILANGKAN kebiasaan buruk,” demikian Anda menegaskan. Yup! Menghilangkan kebiasaan buruk memang saaaaaaangat susah. Tidak setiap orang mampu melakukannya.
Nah, sebenarnya, apa, sih, yang menyebabkan kebiasaan buruk sulit dihilangkan?
Salah satu sebabnya yaitu kebiasaan merupakan tindakan/perilaku yang otomatis. Manakala kita melakukan kebiasaan kita, kita melakukannya secara otomatis. Ini artinya, kita tidak perlu berusaha keras untuk melakukannya. Kita bahkan mampu melakukannya tanpa sadar.
Karena dilakukan secara otomatis, melakukan kebiasaan jauh lebih nyaman dibanding melakukan kegiatan yang bukan kebiasaan kita.
Contoh mudahnya, apabila Anda terbiasa makan dengan tangan kanan, maka saat Anda mencoba makan dengan tangan kiri, Anda akan bersusah payah melakukannya. Dalam hanya hitungan menit, Anda akan kembali pada kebiasaan lama Anda yaitu makan dengan tangan kanan.
Mengapa begitu? Karena, makan dengan tangan kanan jauh lebih nyaman. Lagipula, untuk melakukannya tidak diperlukan usaha yang keras. Anda bisa menggunakan tangan kanan tanpa sadar.
Alasan lainnya mengapa menghilangkan kebiasaan buruk sangat susah yaitu kurangnya kemauan (willpower).
Willpower memiliki peran MENGINGATKAN dan MEMAKSA kita untuk melakukan apa yang kita inginkan atau untuk tidak melakukan apa yang tidak kita inginkan. Tanpa willpower, kita akan selalu kalah terhadap kebiasaan-kebiasaan kita.
Sebagai contoh, Anda terbiasa makan dengan tangan kanan. Karena suatu alasan, Anda ingin menghilangkan kebiasaan itu. Anda ingin merubah kebiasaan makan Anda, yakni menggunakan tangan kiri.
Nah, apabila willpower Anda kurang, saat makan, secara otomatis Anda menggunakan tangan kanan Anda. Tidak ada yang mengingatkan Anda untuk menggunakan tangan kiri. Atau, jika Anda ingat bahwa Anda ingin menggunakan tangan kiri, maka Anda tetap menyerah pada kebiasaan lama Anda (menggunakan tangan kanan) apabila willpower Anda kurang. Di sini, willpower berperan untuk memaksa Anda tetap menggunakan tangan kiri. Willpower juga berperan untuk melawan gerak otomatis Anda menggunakan tangan kanan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh para pakar, willpower/kemauan bisa menurun dan meningkat. Akan tetapi, pengalaman membuktikan bahwa willpower lebih sering menurun ketimbang meningkat. Inilah mengapa menghilangkan kebiasaan buruk sangat sulit. Dengan willpower yang rendah, maka kita terus terjebak pada kebiasaan buruk kita, sekuat apa pun keinginan kita untuk menghilangkan kebiasaan buruk itu.
Sekarang, pertanyaannya, jika menghilangkan kebiasaan buruk itu susah, apakah itu artinya Anda harus menerima kebiasaan buruk itu sebagai bagian dari kehidupan Anda? Jawabannya, tidak!
Anda tetap dapat menghilangkan kebiasaan buruk Anda, sekalipun hal itu susah dilakukan. Penulis punya kabar baik untuk Anda. Dalam artikel ini, penulis akan mengajak Anda untuk mengulas satu cara dahsyat untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Berdasar pada riset ilmiah, semoga cara ini dapat membantu Anda menghilangkan kebiasaan buruk yang Anda benci.
Penasaran? Yuk, kita urai selengkapnya berikut ini.
Meningkatkan Willpower
Jika Anda susah menghilangkan kebiasaan buruk lantaran kurangnya willpower, lantas bagaimana cara meningkatkan kemauan untuk menghilangkan kebiasaan buruk? Dapatkah Anda meningkatkan kemauan Anda?
Dalam sebuah penelitian, dua pakar dari Universitas Michigan, Hyunjin Song dan Norbert Schwartz meneliti hubungan antara kemauan melakukan aktivitas dengan persepsi tentang aktivitas tersebut. Dalam penelitian itu, didapat kesimpulan berikut ini:
Anggapan seseorang mengenai sebuah aktivitas turut memengaruhi kemauannya untuk melakukan aktivitas tersebut.
Apabila ia menganggap aktivitas itu berat, maka kemauannya untuk melakukan aktivitas itu berkurang. Sebaliknya, apabila ia menganggap aktivitas itu mudah dilakukan, kemauan untuk melakukannya pun bertambah.
Lantas, apa artinya itu?
Artinya, Anda dapat meningkatkan kemauan/willpower dengan cara merubah persepsi/anggapan Anda tentang aktivitas yang akan Anda lakukan. Anda dapat meningkatkan kemauan Anda untuk menghilangkan kebiasaan buruk dengan cara merubah persepsi Anda mengenai aktivitas tersebut (aktivitas merubah/menghilangkan kebiasaan buruk).
Apabila awalnya Anda menganggap kebiasaan buruk Anda sulit dihilangkan, maka rubahlah anggapan itu. Ciptakanlah anggapan bahwa kebiasaan buruk itu mudah dihilangkan.
Tetapi, bagaimana cara menciptakan anggapan seperti itu?
Anda butuh bantuan prinsip subadditivity effect.
Untuk lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan berikut ini.
Prinsip Subadditivity Effect
Dalam psikologi, subadditivity effect adalah kecenderungan dalam menilai besarnya peluang (probabilitas), di mana peluang kejadian dinilai lebih kecil saat kejadian itu dipandang secara keseluruhan, dibanding saat kejadian itu dipandang sebagai peristiwa yang terpisah-pisah.
Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian, beberapa orang menilai peluang kematian akibat kanker di Amerika Serikat sebanyak 18%, peluang kematian akibat serangan jantung sebesar 22%, dan kematian akibat sebab alami lainnya sebesar 33%. (kanker dan serangan jantung juga dianggap sebagai penyebab kematian yang alami)
Jika dijumlahkan, peluang kematian akibat sebab alami sebagaimana diperkirakan oleh para partisipan di atas adalah 73%.
Sementar itu, partisipan yang lain menentukan peluang kematian (akibat sebab alami) secara keseluruhan (bukan menurut masing-masing sebab). Adapun, besarnya peluang kematian itu menurut mereka adalah 58%.
Menurut Tversky dan Koehler, hasil seperti di atas (presentase perkiraan peluang kejadian adalah lebih kecil apabila kejadian tersebut dipandang sebagai keseluruhan, dibanding saat kejadian itu dipandang sebagai peristiwa yang terpisah-pisah) diperoleh secara konsisten. Maksudnya, setiap kali diadakan survei untuk memperkirakan peluang kematian, didapati hasil seperti di atas.
Nah, karena itulah, hasil di atas ditetapkan sebagai hukum, yang dinamakan subadditivity effect. Dan, hukum ini bisa diterapkan dalam berbagai kasus, termasuk kasus kurangnya kemauan dalam menghilangkan kebiasaan buruk.
Menghilangkan Kebiasaan Buruk dengan Prinsip Subadditivity EFffect
Untuk menjelaskan bagaimana mengaplikasikan hukum ini untuk menciptakan persepsi/anggapan bahwa kebiasaan buruk Anda mudah dihilangkan, penulis akan berikan gambarannya melalui contoh berikut.
Andaikanlah Anda berencana untuk berhenti merokok.
Jika Anda berpikir hanya ada satu cara agar rencana Anda berhasil, dan ada beberapa cara yang menyebabkan Anda gagal, maka Anda pun berpikir bahwa peluang keberhasilan Anda lebih kecil dibanding peluang kegagalannya. Benar, bukan?
Sebaliknya, jika Anda berpikir ada beberapa cara untuk berhasil, dan hanya ada satu cara untuk gagal, maka Anda pun berpikir bahwa peluang keberhasilan Anda lebih besar dibanding peluang kegagalannya.
Lalu?
Persepsi Anda mengenai besarnya peluang keberhasilan Anda turut memengaruhi motivasi Anda. Saat Anda berpikir bahwa peluang Anda untuk berhasil itu lebih besar dibanding peluang untuk gagal, maka Anda pun akan lebih termotivasi. Anda akan lebih termotivasi untuk melaksanakan rencana Anda, berhenti merokok.
Mengapa demikian?
Karena, sebagaimana temuan para pakar di atas, persepsi/anggapan kita mengenai sebuah aktivitas turut memengaruhi kemauan kita untuk melakukan aktivitas tersebut. Saat Anda beranggapan peluang keberhasilan Anda dalam menghilangkan kebiasaan buruk lebih besar daripada peluang kegagalannya, anggapan itu turut meningkatkan kemauan Anda untuk melakukannya (menghilangkan kebiasaan buruk Anda). Sebaliknya, saat Anda beranggapan peluang keberhasilan Anda dalam menghilangkan kebiasaan buruk lebih kecil daripada peluang kegagalannya, anggapan itu turut menurunkan motivasi Anda untuk melakukannya (menghilangkan kebiasaan buruk Anda).
Nah, agar tercipta persepsi bahwa peluang keberhasilan Anda dalam menghilangkan kebiasaan buruk lebih besar dibanding peluang kegagalannya, Anda dapat menggunakan prinsip subadditivity effect.
Caranya bagaimana?
Rumuskan lebih dari 1 cara/rencana yang akan Anda lakukan untuk menghilangkan kebiasaan buruk Anda. Dalam contoh ini, rumuskanlah 5 cara.
Bagilah cara-cara itu ke dalam dua kategori. Pada kategori pertama, masukkan 1 cara. Sementara itu, pada kategori ke-2, masukkan 4 cara lainnya.
Andaikanlah Anda berencana untuk berhenti merokok. Susunlah dua kategori cara.
Pada kategori pertama, susun cara secara umum (buat hanya satu pernyataan). Pada kategori kedua, sebutkan cara secara khusus (buat lebih dari satu pernyataan).
Contoh pernyataan pada kategori pertama (A) adalah “Saya akan berusaha untuk menahan diri saat muncul keinginan untuk merokok.”
Contoh cara pada kategori kedua adalah:
(B) “Saya akan mengunyah permen karet untuk mengalihkan perhatian dari rokok.”
(C) “Saya akan bermain game untuk mengalihkan perhatian dari rokok.”
(D) “Saya akan bermain dengan anak saya untuk mengalihkan perhatian dari rokok.”
(E) “Saya akan berenang untuk mengalihkan perhatian dari rokok.”
Sekarang, berikan perkiraan peluang keberhasilan masing-masing cara/rencana di atas.
Sesuai dengan hukum subadditivity effect, Anda niscaya memberikan penilaian seperti berikut:
P(A) < P(B) + P(C) + P(D) + P(E), yang artinya: Peluang keberhasilan rencana A lebih kecil daripada peluang keberhasilan B, ditambah peluang keberhasilan C, ditambah peluang keberhasilan D dan peluang keberhasilan E.
Jika diandaikan P(A) = 60%, sedangkan P(B), P(C), P(D), P(E) masing-masing adalah 20%, maka peluang keberhasilan pada kategori pertama hanyalah 60%. Sementara itu, peluang keberhasilan pada kategori kedua adalah 80%.
Dari contoh di atas, kita tahu bahwa kita senantiasa mengira peluang keberhasilan kita akan semakin besar jika kita MEMILIKI BANYAK CARA untuk berhenti merokok. Semakin banyak cara, semakin besar peluang untuk berhasil (berhenti merokok). Sebaliknya, semakin sedikit cara, semakin kecil peluang untuk berhasil (berhenti merokok).
Dan, perkiraan/persepsi seperti di atas turut membantu meningkatkan kemauan Anda untuk menghilangkan kebiasaan merokok.
Jadi, untuk meningkatkan dorongan menghilangkan kebiasaan buruk, Anda dapat mengakalinya dengan trik seperti di atas. Susunlah lebih dari satu cara untuk melakukannya (menghilangkan kebiasaan buruk). Masukkan cara-cara itu ke dalam dua kategori.
Pada kategori pertama, susun satu cara/rencana umum Anda untuk berubah/menghilangkan kebiasaan buruk. Pada kategori kedua, susun setidaknya lima cara/rencana detail Anda untuk menghilangkan kebiasaan buruk.
Selanjutnya, bandingkan perkiraan Anda mengenai presentase peluang keberhasilan kategori pertama dengan presentase peluang keberhasilan kategori kedua (presentase peluang keberhasilan kategori kedua adalah jumlah total dari presentase peluang keberhasilan 5 pernyataan/rencana yang Anda susun).
Dengan melihat perbandingan dua kategori itu, dorongan Anda untuk merubah kebiasaan niscaya bertambah dan bertambah.
Setiap kali muncul rasa enggan dalam hati Anda untuk menghilangkan kebiasaan buruk Anda, tengoklah kembali perbandingan yang sudah Anda buat. Yakinkan diri Anda bahwa Anda akan berhasil menghilangkan kebiasaan buruk itu. Dengan cara itu, niscaya, Anda pantang menyerah dalam usaha menghilangkan kebiasaan buruk Anda.
Akhir kata, selamat berjuang!
Baca juga:
Kunci Sukses Membangun Kebiasaan Membaca Buku
Bagaimana Cara Mengatur Fokus dengan Efektif?
Ini Dia Salah Satu Mental Blok yang Menghambat Kreativitas Anda!