Pada artikel sebelumnya yang berjudul Terorisme, Fundamentalisme, dan Ketidakpastian Hidup, telah penulis jelaskan bahwa terorisme dan fundamentalisme muncul sebagai akibat dari kegagalan mencari jalan keluar ketidakpastian hidup. Terorisme dan fundamentalisme merupakan wujud dari kecemasan dan ketakutan terhadap ketidakpastian itu.
Nah, dalam artikel ini, penulis mencoba mengulas dua cara untuk menghindarkan diri dari terjerumus fundamentalisme dan terorisme.
Semoga, artikel ini bermanfaat bagi Anda.
Sekarang, yuk, langsung saja kita simak uraian lengkapnya berikut ini.
Merubah Persepsi
Karena akar penyebab terorisme dan fundamentalisme adalah kecemasan terhadap ketidakpastian hidup, maka cara untuk menghindarkan diri dari tindakan itu, salah satunya yaitu dengan merubah sudut pandang kita mengenai ketidakpastian hidup.
Bill Knaus, seorang psikolog yang juga seorang penulis, dalam artikel yang berjudul Uncertainty, Anxiety, Indecision, and Procrastination, yang termuat dalam situs psychologytoday menjelaskan bahwa kita dapat mendekati/menyikapi ketidakpastian hidup dengan dua cara, yakni menyikapinya sebagai ancaman. Atau, kita bisa juga menyikapinya sebagai tantangan.
Menyikapi ketidakpastian hidup sebagai ancaman senantiasa memunculkan kecemasan terhadap masa depan. Sementara itu, menyikapi ketidakpastian hidup sebagai tantangan niscaya memunculkan optimisme dan antusiasme dalam diri kita.
Oleh karena itu, untuk menghindarkan diri dari tindakan teror lantaran cemas akan ketidakpastian hidup, kita perlu merubah persepsi kita mengenai ketidakpastian hidup. Sikapilah ketidakpastian hidup sebagai sebuah tantangan yang mendorong kita menjadi pribadi yang lebih berkualitas.
Setidaknya, ada 2 cara memandang ketidakpastian hidup sebagai tantangan, di mana cara-cara ini dapat menghindarkan diri kita dari tindakan teror dan fundamentalisme.
1. Semua orang menghadapi ketidakpastian hidup
Teror dan fundamentalisme terjadi lantaran kita memandang hanya kitalah yang mengalami ancaman ketidakpastian hidup. Sementara itu, ada kelompok lain yang tidak mengalami ancaman itu.
Dengan pandangan seperti di atas, kita melihat orang/kelompok lain sebagai penyebab ketidakpastian hidup kita, yang pada ujungnya mendorong kita untuk melakukan tindakan-tindakan teror melawan kelompok itu.
Tetapi, apakah benar ketidakpastian hidup hanya mengancam kita saja?
Mungkin, saat ini orang lain hidup mapan dengan pensiun terjamin. Tetapi, siapa yang dapat menjaminnya selamat dari bencana atau penyakit yang mematikan?
Tidak ada yang dapat menjamin manusia selamat dari ancaman bencana global warming. Tidak ada pula yang mampu menjamin manusia selamat dari anacaman bencana akibat bumi dan asteroid bertabrakan.
Padahal, bencana-bencana seperti itu senantiasa mengincar kita. Dan, bukan hanya kita saja yang menjadi incaran, melainkan seluruh umat manusia.
Jadi, kita tidak perlu mencemaskan ketidakpastian hidup. Ketidakpastian hidup merupakan keadaan yang tidak bisa dihindari oleh umat manusia. Ketidakpastian hidup adalah intrinsik dalam kehidupan umat manusia. Sejak zaman purba hingga zaman sekarang, antagonisme alam silih berganti mengancam kehidupan umat manusia. Yang bisa kita lakukan adalah bertahan semampu kita.
2. Sumber kehidupan dan kreativitas
Pernahkah Anda membaca tesis yang berjudul “The End of History and the Last Man” yang ditulis oleh Francis Fukuyama, seorang ilmuan politik dan ekonom asal Amerika Serikat? Atau, paling tidak, pernahkah Anda mendengar desas-desus tentang tesis itu atau mendengar istilah “akhir sejarah”?
Secara ringkas, tesis itu menjelaskan bahwa sekarang ini, zaman kapitalisme global, merupakan zaman “akhir sejarah”. Ini artinya, sekarang ini, semua perjuangan telah berakhir. Perjuangan umat manusia (menuju kehidupan yang lebih baik) telah menemukan kesempurnaannya, dan dengan demikian, ke depannya, sudah tidak ada lagi yang perlu diperjuangkan.
Penulis belum membaca tesis itu hingga selesai. Tetapi, ketika mendengar ungkapan “akhir sejarah”, bahwa perjuangan umat manusia telah berakhir, sangat mengusik batin penulis. Timbul rasa berdigik di dalam batin penulis ketika mendengar ungkapan itu.
Mengapa? Saat mendengar ungkapan itu, seketika timbul di dalam benak penulis bayangan tentang akhir sejarah, di mana benar-benar sudah tidak ada lagi yang perlu diperjuangkan; Sudah tidak ada lagi yang perlu didiskusikan, ditulis, dan diperdebatkan; Sudah tidak ada lagi misteri yang perlu digali di dunia ini; Manusia telah mengungkap semua misteri kehidupan.
Sungguh membosankan! Yup! Membosankan! Betapa tidak? Sudah tidak ada misteri yang perlu digali sama artinya sudah tidak ada lagi yang perlu dipelajari.
Dari gambaran di atas mengenai “akhir sejarah”, kita tahu bahwa “akhir sejarah” sama artinya dengan berhentinya gerak kehidupan manusia. Manusia disebut mengalami hidup manakala ia bergerak. Sementara itu, gerak terjadi manakala ada pertentangan/masalah yang perlu diselesaikan.
Bagaimana jadinya jika semua masalah telah terselesaikan? Maka hidup pun berhenti bergerak. Dan, saat hidup berhenti bergerak, saat itu pula hidup disebut mati.
Nah, kepastian (certainty) merupakan konsekuensi dari “akhir sejarah”. Saat kita tiba pada masa “akhir sejarah”, kehidupan manusia penuh dengan kepastian. Tidak ada lagi masalah yang perlu dipecahkan, tidak ada lagi pertentangan yang perlu diperjuangkan. Kita tinggal menjalani hidup kita dengan tenang.
Tetapi, bagaimana kita menjalani hidup saat semua masalah telah terpecahkan? Tentu saja, hidup kita akan stag. Tidak ada lagi kemajuan yang bisa dicapai. Dan, saat sudah tidak ada lagi kemajuan hidup yang dapat dicapai, saat itulah kita merasa hidup kita membosankan!
Jadi, kepastian identik dengan stagnasi. Kepastian sangat erat hubungannya berhentinya gerak. Kepastian identik dengan habisnya kreativitas umat manusia.
Dan, jika kita memandang ketidakpastian (uncertainty) sebagai lawan dari kepastian (certainty), maka ketidakpastian erat kaitannya dengan gerak; Ketidakpastian merupakan sumber kreativitas.
Nah, setelah membaca uraian di atas mengenai apa itu kepastian dan ketidakpastian, masihkah Anda cemas terhadap ketidakpastian hidup? Apakah sekarang Anda merasa tertantang dengan ketidakpastian hidup?
Tindakan Sia-sia
Cara yang kedua untuk menghindarkan diri dari terjerumus terorisme dan fundamentalisme yaitu mempertimbangkan apakah tindakan teror dan fundamentalisme memiliki manfaat atau tidak.
Kita telah menyaksikan bahwa aksi teror tidaklah memiliki signifikansi. Aksi teror, paling mentok, hanya dapat melukai individu-individu yang tidak memiliki power dan pengaruh terhadap kebijakan ekonomi dan politik. Aksi teror tidak menyasar pada akar permasalahan sesungguhnya.
Dan, karena tidak menyasar pada akar masalah sesungguhnya, aksi teror tidak dapat merubah keadaan. Waktu telah membuktikan kenyataan ini: Sejak aksi teror mencuat, ketidakpastian hidup, krisis ekonomi, merosotnya kesejahteraan hidup tidak lantas teratasi. Aksi teror justru semakin memperparah keadaan. Singkatnya, terorisme dan fundamentalisme hanyalah tindakan yang sia-sia.
Seseorang bergabung dengan kelompok terorisme dan fundamentalisme bukan karena tuntutan agama. Tidak ada agama yang mengajarkan tindakan-tindakan teror. Agama bukanlah dasar seseorang berbuat aksi teror dan fundamentalisme. Seseorang menjadi teroris atau fundamentalis karena ia memendam ketakutan terhadap masa depan yang penuh ketidakpastian.
Untuk itu, untuk menghindarkan diri dari terjerumus terorisme dilakukan dengan merubah persepsi mengenai ketidakpastian hidup. Atau, jika tidak, dengan mempertimbangkan apakah tindakan teror memberikan manfaat atau tidak.