Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang ibu yang saya kenal karena sering berbelanja di warungnya saat masih tinggal di daerah Jakarta Timur. Dalam pembicaraan, ibu ini sempat berpesan untuk mencarikan pekerjaan untuk anaknya si bungsu. Sebut saja Feby. Kebetulan Feby baru akan menyelesaikan pendidikan SMA tahun ini. Jadi ibunya meminta saya untuk menyampaikan niatnya kepada Feby untuk masuk ke bangku perkuliahan.
Ternyata sang ibu ingin Feby kuliah sambil bekerja sama seperti saudari-saudarinya yang lain, kuliah sambil bekerja. Ibu ini bermaksud agar Feby lebih mandiri dan memiliki pengalaman baru yang akan membantunya kelak di masa depan. Kebetulan Feby ada. Saya sempat bercerita dengan kesiapanya menghadapi ujian akhir nasional, hobi dan rencana untuk masa depanya. Setelah saya tanya lebih mendalam ternyata dia ingin menjadi seorang tukang jahit pakaian. Profesi inilah yang membuat orangtuanya sedikit memaksa Feby untuk kuliah sambil bekerja. Karena belajar dari pengalaman kakak yang pernah mengambil profesi yang sama dan putus di tengah jalan karena alasan yang menurut orangtua tidak wajar dan masuk akal. Alasan kakanya berhenti menjadi tukang jahit karena capek dan lebih enak membuka usaha. Membuat orangtua tidak menginginkan hal yang sama terjadi kepada Feby, anak bungsungnya.
Ketika ditanya mengapa tidak mau kuliah, Feby mengatakan bahwa dia merasa lebih mampu menekuni profesi sebagai tukang jahit daripada harus kuliah. Dia sempat menceritakan prestasi dalam menjahit ketika dia mempu membuat tiga potong baju. Hasil karyanya ini dilakukan ketika masih duduk di kelas 1 SMA, pengalaman yang memberikan kesanyang mendalam inilah yang membuatnya yakin dan percaya untuk mendalami profesi sebagai tukang jahit. Selain itu, dia juga tidak merasa terlalu pintar di sekolah dan belum tahu akan masuk jurusan apa ketika akan masuk ke bangku kuliah.
Saat itu sang ibu berkata, apa tukang jahit bisa menghasilkan uang yang banyak? Bukan enak jadi tukang jahit, lebih baik buka usaha dan cukup membeli baju dari tukang jahit tanpa harus menjahitnya dengan nada yang sedikit tinggi dan kesal. Saya hanya memberikan senyuman dan menceritakan kisah sukses dari tukang jahit di kota saya sebelum saya tinggal di Jakarta.
Di kota saya, ada tukang jahit yang pelangganya khusus orang kelas menengah ke atas. Istri para pejabat pemerintahan dan pengusaha yang mapan. Mereka semua adalah pelanggan setia. Karena setianya, mereka rela menunggu sampai berbulan-bulan untuk mendapatkan hasil jahitan dari tangan penjahit tersebut. Yang membuat tukang jahit ini berbeda adalah harga yang ditawarkan untuk satu jahitan bukanlah harga yang murah atau setara dengan pesaingnya, bahkan jauh lebih mahal dari harga pasaran.
Meski pun begitu, harga yang terkesan mahal bisa memberikan kepuasan tersendiri kepada pelangganya. Semua pelangganya puas dengan hasil jahitanya. By the way, pelangganya datang dari tempat yang jauh. Karena toko si tukang jahit sendiri berada di pinggiran kota. Sang pemilik toko sendiri memiliki pekerja lebih dari sepuluh orang untuk membantunya. Ketika saya menyelesaikan cerita saya, sang ibu kembali berkomentar agar anaknya kuliah saja.
Tetapkan Pilihan Dan Melangkahlah
Inilah salah satu cerita dan masih banyak cerita yang hampir sama di luar sana yang bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orangtua tidak memberikan dan meminta anak untuk memilih pilihan yang sudah orangtua tentukan sejak awal untuk anak. Mereka merasa lebih tahu, mengerti dan paham benar bahwa bimbingan mereka akan membawa keberhasilan kepada anak, itulah sebabanya setiap pilihan yang anak ambil tidak pernah ada baiknya di mata orangtua. Pilihan anak selalu dinilai dari sudut pandang ketakutan, kekhawatiran dan keraguan sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk memilih.
Saat anak berpegang teguh pada pendiriannya, maka orangtua memberikan ancaman baik secara langsung atau pun tidak. Tujuanya sudah pasti, agar anak mengurungkan niatnya. Mereka lebih tahu, dengan alasan bahwa mereka telah banyak makan asam garam kehidupan. Dibandingkan anak yang masih muda dengan usia 17-23 tahun, belumlah dianggap matang untuk mengambil satu keputusan besar dalam hidupnya.
Dengan pola pikir orangtua seperti ini, maka banyak anak merasa tidak mampu dan layak untuk berhasil. Itulah mengapa banyak lulusan kita yang tidak berani mengabil satu keputusan besar dalam hidup mereka, apalagi setelah selesai sekolah atau kuliah. Orangtua selalu menjadi bahan pertimbangan setiap pengambilan keputusan. Saat anak ingin bekerja dan belajar dengan cara yang berbeda untuk mengejar impianya yang lebih besar, maka tidak jarang orangtua menghambatnya dengan meminta atau menyuruh untuk kuliah.
Saat anak ingin masuk ke sekolah musik, orangtua beranggapan bahwa musik membuat orang menjadi pencandu narkoba. Ada anak ingin membuka usaha sambil kuliah, orangtua berkata bahwa nanti fokus kamu terpecah dan mengabaikan kuliahmu. Ada anak ingin merantau untuk mendapatkan impian yang lebih besar karena peluang yang lebih besar diluar, tapi dihalangi oleh orangtua dengan alasan ibu atau ayah tidak bisa berasa jauh dengan anak. Orangtua menjadi penghambat dan penghalang bagi anak dalam mengembangkan potensinya.
Inilah yang banyak terjadi kepada anak muda saat ini. Orangtua selalu menggunkan sudut pandang ketakutan, kekhawatiran dan keraguan dikala anak mengungkapkan impian anak. Orangtua memandang bahwa hal yang dilakukan oleh anak yang didasari oleh rasa suka dan gairah dipandang tidak baik untuk anak. Ini jelas-jelas menghambat pencapaian kesuksesan anak di masa depan.
Yakinkan Orangtua
Mimpi Anda dirampas orang lain bila keputusan untuk menjadi sukses Anda masih rapuh. Kegagalan yang selalu disebut-sebut bagi mereka yang membela diri atas kekalahan mereka bisa terjadi pada diri Anda. Mantapkanlah kembali sebelum bergerak. Ingatlah, modal utama kesuksesan adalah keyakinan diri sendiri, bukan orang lain. Jangan biarkan impian kita dirampas orang lain.
Be Negative
Kalau seperti ini kondisinya, apa yang harus dilakukan? Diam dan merenung tanpa harus melakukan apa pun, mengikuti semua keingin orangtua atau mengabaikan suara mereka dan melakukan apa yang Anda anggap baik dan penting. Semua tergantung cara Anda memandang masalah yang sedang Anda hadapi.
Orangtua juga melakukan hal tersebut karena rasa sayang dan cinta kepada Anda. Ada kekhawatiran yang memaksa mereka untuk menahan Anda, agar apa yang mereka takutkan tidak terjadi pada Anda. Tapi ingatlah, bahwa hidup hanya sekali. Buatlah hidup yang Anda jalani menjadi perjalanan yang menyenangkan dan menggetarkan hati yang akan Anda ceritakan ke anak dan cucu-cucu Anda.
Caranya?? Lakukan apa yang ingin Anda lakukan. Raih semua impian Anda dengan terus belajar dan belajar untuk membantu Anda mencapainya. Lakukan dengan cara yang benar. Anda bisa memulainya dengan bertanya kepada orang yang sudah sukses dibidang yang Anda impikan, membaca buku, bertanya pada prof google, mencari komunitas yang bisa membantu Anda meraih impian Anda kalau pun tidak, temukan lingkungan yang bisa memberi nilai-nilai baik dan mendukung Anda dalam hidup.
Untuk itu, hal pertama yang Anda harus lakukan adalah membereskan masalah dengan orangtua. Ya, ini hal yang paling dasar dan penting. Masalahnya terkadang orangtua tidak mempercayai Anda untuk menjadi seperti yang Anda impikan. Hal yang wajar seAndainya selama Anda sekolah dan kuliah tidak menunjukkan prestasi yang baik dan perilaku yang mencerminkan bahwa kita akan berhasil di masa depan.
Yakinkan mereka agar mempermudah jalan Anda ketahap selanjutanya. Tunjukkan kepada mereka bahwa Anda serius ingin mencapai impian Anda. Ingatlah bahwa doa dan restu orangtua benar-benar mujarab. Jangan sampai Anda melangkahi tahap ini, bisa-bisa Anda jauh dari segala kemudahan untuk mencapai impian Anda.
Mengakhiri cerita dengan Feby, saya berpesan untuk mengambil profesi sebagai tukang jahit dan meyakinkan kedua orangtuanya terlebih dahulu. “Belajarlah dengan sungguh-sungguh, mungkin di awal kamu akan merasa sulit. Yakinkanlah dirimu bahwa kamu bisa dan nikmatilah prosesnya. Mungkin di awal kamu akan bekerja dengan orang yang lebih berpengalaman, di mana mereka akan memberikan wawasan dan pengetahuanya untuk modal dasar kamu nantinya ketika membuka usaha.
Setelah kamu yakin untuk membuka usaha, pilihlah pangsa pasar yang ingin dijadikan sumber penghasilan. Bisa ibu-ibu, anak-anak atau calon pengantin yang akan menempah seragam pengantinya kepada kamu”. Dengan percaya diri disertai dengan senyuman dia menjawab “siap bang”
Saatnya Anda menguatkan dan meyakinkan diri sendiri untuk mengambil satu keputusan menjadi diri Anda yang terbaik melalui perjalanan menuju impian Anda. Sudahkah Anda siap untuk mengambil keputusan besar dalam hidup Anda? Berikan komentar Anda.
Saya Ibu Hannah Boss, A pemberi pinjaman uang, saya meminjamkan uang kepada individu atau perusahaan yang ingin mendirikan sebuah bisnis yang menguntungkan, yang menjadi periode utang lama dan ingin membayar. Kami memberikan segala jenis pinjaman Anda dapat pernah memikirkan, Kami adalah ke kedua pinjaman pribadi dan Pemerintah, dengan tingkat suku bunga kredit yang terjangkau sangat. Hubungi kami sekarang dengan alamat email panas kami: (hannahbossloanfirm@gmail.com) Kebahagiaan Anda adalah perhatian kami.