Ini Dia Teknik Bertanya Kritis saat Membaca Buku!
Dalam artikel sebelumnya yang berjudul Bagaimana Cara Belajar Efektif? Ini Dia Rahasianya!, penulis menjelaskan bahwa bertanya merupakan salah satu cara belajar yang efektif. Alasannya, bertanya dapat menuntun kita pada penemuan baru. Selain itu, bertanya juga menuntun kita pada jawaban yang bermanfaat bagi kehidupan real kita.
Memang benar, bertanya memang saaaaaaangat dahsyat. Albert Einstein pun sukses menjadi ilmuan hebat berkat kebiasaannya bertanya.
Nah, jika Albert Einstein bisa menjadi ilmuan hebat berkat bertanya, Anda pun dapat menirunya. Anda dapat menggunakan teknik bertanya sebagai metode belajar Anda.
Namun demikian, ada hal yang perlu Anda catat ketika menggunakan teknik tersebut.
Apa itu?
Ketika bertanya, Anda perlu merumuskan jenis pertanyaannya. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang tepat, yang menuntun Anda pada penemuan baru atau menuntun Anda pada pemahaman yang utuh. Selain itu, pertanyaan yang tepat bisa juga berarti pertanyaan yang dapat menggiring Anda pada jawaban yang bermanfaat bagi kebutuhan real Anda.
Tetapi, bagaimana bentuk pertanyaan itu?
Untuk lebih jelasnya, dalam artikel ini, penulis akan mengajak Anda untuk mengupas teknik bertanya yang baik, yang dapat menuntun Anda pada pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Untuk itu, simak artikel ini hingga selesai dan temukan manfaat yang fantastis di dalamnya.
Teknik Bertanya Kritis saat Membaca Buku
Berikut ini beberapa langkah yang harus Anda lakukan untuk menerapkan teknik bertanya kritis saat membaca buku.
1. Apa tema yang dibahas dan bagaimana kesimpulannya?
Sebelum bertanya banyak hal tentang buku yang Anda baca, tentu Anda perlu mengetahui apa tema yang dibahas buku tersebut dan bagaimana kesimpulan sang penulis. Tanpa mengetahui tema dan kesimpulan umum, pertanyaan Anda pun bisa-bisa tidak sesuai dengan konteks buku. Istilahnya, pertanyaan Anda tidak nyambung. Heheheh.
Untuk itu, langkah pertama teknik bertanya yaitu tanyakan apa tema buku yang Anda baca dan bagaimana kesimpulannya.
Tetapi, bagaimana cara menemukan kesimpulan?
Caranya, tanyakan pada diri Anda sendiri, “Apa yang coba dibuktikan oleh sang penulis?” atau “Apa poin utama yang ingin dikemukakan sang penulis?”
Biasanya kesimpulan terletak di awal atau di akhir paragraf. Selain itu, kesimpulan biasanya diawali dengan kata-kata indikator seperti “Oleh karena itu”, “Jadi,…”, “Maka dari itu”, “Dengan demikian”, “Hal itu menunjukkan bahwa…”, “Hal itu mengindikasikan bahwa…”, “Kesimpulannya yaitu…”, dan “konsekuensinya…”. Kata-kata indikator tersebut biasanya muncul ketika kesimpulan berada di akhir paragraf.
Contoh, sebuah paragraf dalam buku bacaan Anda menyatakan berikut ini:
Kopi mengandung kafein yang dapat berperan membakar kalori dalam tubuh. Tanpa ngotot berolahraga pun, Anda dapat membakar kalori Anda dengan mengonsumsi kopi. Hal itu menunjukkan, kopi baik untuk diet.
Nah, kira-kira, apa kesimpulan paragraf di atas?
Yup! Tepat! Kesimpulannya adalah kopi baik untuk diet. Indikasinya, kalimat itu diawali dengan “Hal itu menunjukkan…”.
Bagaimana ketika kesimpulan ada di awal paragraf? Apa kata-kata indikatornya?
Ketika kesimpulan ada di awal paragraf, indikatornya adalah “Alasannya…”, “Mengapa?”, dan “Penyebabnya”. Apa yang perlu diperhatikan, jika kesimpulan ada di awal paragraf, kata-kata indikator ini terletak di belakang (setelah) kalimat kesimpulan tersebut.
Contoh, sebuah paragraf dalam buku bacaan Anda menyatakan berkut.
Kopi itu baik untuk diet. Mengapa? Karena, kopi mengandung kafein yang dapat berperan membakar kalori dalam tubuh. Anda tak perlu repot-repot berolahraga untuk membakar kalori. Anda dapat mengonsumsi kopi untuk membakar kalori Anda.
Dalam paragraf itu, apa kesimpulannya? Kesimpulannya yaitu kopi itu baik untuk diet. Indikasinya, kalimat itu diikuti oleh kata-kata indikator “Mengapa?”
Tetapi, Anda juga perlu memperhatikan, terkadang, sebuah kesimpulan tidak diikuti dengan kata indikator. Bagaimana cara Anda menemukan kesimpulan yang tidak diikuti kata indikator? Anda dapat menambahkan sendiri kata indikator dalam paragraf tersebut.
Contoh, berikut sebuah paragraf:
Kopi itu baik untuk diet. Kopi mengandung kafein yang dapat berperan membakar kalori dalam tubuh. Anda tak perlu repot-repot berolahraga untuk membakar kalori. Anda dapat mengonsumsi kopi untuk membakar kalori Anda.
Paragraf di atas tidak disertai kata indikator. Tetapi, Anda dapat menemukan kesimpulan dari paragraf di atas dengan membaca ulang paragraf itu sambil menambahkan kata indikator di dalamnya. Tentukan di mana letak yang paling pas untuk kata indikator itu.
2. Apa alasannya?
Setelah menemukan kesimpulan, Anda pun perlu bertanya apa alasan yang mendasari kesimpulan itu. Tanpa paham alasannya, Anda bisa terjerumus pada mempercayai kesimpulan/pernyataan yang tidak valid. Sebaliknya, dengan mengetahui alasan, Anda dapat menyanggah atau menerima kesimpulan sang penulis tergantung pada logis-tidak logisnya alasan tersebut.
Tetapi, bagaimana Anda menemukan alasan dari sebuah kesimpulan?
Untuk mengetahuinya, simak contoh berikut.
Sebuah kalimat menyatakan berikut ini:
Kopi baik untuk diet.
Nah, membaca pernyataan di atas, apakah Anda merasa ada yang kurang? Jika ya, apa itu?
Yup! Benar! Apa yang kurang yaitu alasan yang mendasari/mendukung pernyataan itu.
Untuk dapat memutuskan menerima pernyataan di atas atau menolaknya, Anda perlu tahu alasan yang mendukung pernyataan/kesimpulan tersebut. Tanpa alasan yang jelas, Anda tidak bisa membuat keputusan untuk menerima atau menolaknya. Selain itu, alasan juga memberikan Anda pemahaman yang utuh mengenai sebuah argumen. Dengan hanya berbekal pernyataan di atas, pengetahuan Anda tentang fungsi kopi untuk diet belumlah lengkap. Alasan berfungsi untuk melengkapi pemahaman Anda.
Untuk itu, Anda perlu bertanya, “Apa alasannya?”, “Apa sebabnya?”, “Soalnya kenapa?”, “Kok bisa?”, “Mengapa?”
Membaca pernyataan “kopi baik untuk diet”, Anda dapat menanyakan alasannya. Tanyakan, “Apa alasan kopi baik untuk diet?”. Dengan begitu, Anda pun terdorong untuk mencari jawabannya dalam buku yang Anda baca. Atau, jika sang penulis tidak mengemukakan alasannya secara eksplisit, Anda dapat mencari alasannya dari sumber lain. Anda dapat bertanya orang mengapa kopi baik untuk diet. Anda juga dapat mencari informasi tentang hubungan kopi dan diet di internet.
Nah, setelah Anda menemukan kesimpulan dan alasan yang mendasari kesimpulan itu, Anda pun memahami argumen secara utuh.
Apa itu argumen?
Argumen = kesimpulan + alasan
Jadi, ketika Anda membaca sebuah paragraf yang dalam paragraf itu terdapat kesimpulan beserta alasan/pernyataan yang mendukung kesimpulan itu, maka paragraf tersebut dapat disebut sebagai argumen.
Contoh:
Kopi baik untuk diet. Ia mengandung kafein yang dapat berfungsi membakar kalori dalam tubuh.
Nah, paragraf di atas terdiri dari kesimpulan (kopi baik untuk diet) dan alasan/pernyataan yang mendukung kesimpulan itu (ia mengandung kafein yang dapat berfungsi membakar kalori dalam tubuh). Oleh karena itu, paragraf tersebut dapat disebut sebagai argumen.
Argumen lebih lengkap dibanding kesimpulan atau pun alasan. Anda jauh lebih paham sebuah bacaan ketika Anda memahami bacaan tersebut sebagai argumen ketimbang sekadar sebagai kumpulan kesimpulan atau kumpulan alasan.
Untuk itu, langkah selanjutnya dalam teknik bertanya saat membaca buku yaitu menemukan dan memahami argumen. Cara menemukan argumen yaitu dengan mencari kesimpulan dan alasan yang mendukung kesimpulan itu. tanyakan pada diri Anda sendiri, “Apa kesimpulan dari paragraf ini? Apa pula alasan yang mendasari kesimpulan itu?”
3. Kata dan frasa apa yang ambigu?
Langkah selanjutnya yaitu tanyakan adakah frasa atau kata yang ambigu dalam paragraf yang Anda baca.
Seringkali, sebuah paragraf sulit dipahami lantaran di dalamnya terdapat frasa atau kata yang ambigu. Ambigu maksudnya memiliki lebih dari satu makna. Kesimpang-siuran makna itulah yang membuat paragraf susah dipahami.
Contoh, berikut sebuah paragraf yang berisi kesimpulan dan alasan yang mendukung kesimpulan.
PBB menyerukan negara-negara yang bertikai untuk melakukan genjatan senjata. Perdamaian harus diutamakan sebelum semuanya hancur tak bersisa.
Dalam paragraf di atas, kesimpulannya adalah “PBB menyerukan negara-negara yang bertikai untk melakukan genjatan senjata.” Sementara itu, alasan yang mendukung kesimpulan di atas yaitu, “perdamaian harus diutamakan sebelum semuanya hancur tak bersisa.”
Lalu, adakah frasa atau kata yang ambigu dalam paragraf di atas?
Jawabannya, ada! Apa itu?
“genjatan senjata”, “perdamaian”. Mengapa frasa dan kata itu ambigu? Kita sering mendengar seruan genjatan senjata. Tetapi, kita dapat bertanya, “Siapa yang melucuti senjata siapa? Siapa pihak yang bisa melucuti senjata? PBB kah?” Demikian juga kata “perdamaian”. Perdamaian seperti apa yang dikehendaki oleh PBB?
Kedua kata di atas masih simpang siur maknanya. Oleh karenanya, Anda tidak dapat menerima atau menolak argumen di atas sampai Anda tahu secara pasti apa makna “genjatan senjata”, dan “perdamian”.
Pertanyaan Anda mengenai makna dari kata-kata ambigu di atas menuntun Anda pada informasi baru, yakni informasi mengenai maksud genjatan senjata dan perdamaian menurut PBB. Anda dapat mencari makna kata-kata ambigu itu dalam buku yang Anda baca. Atau, jika tidak, Anda dapat mencarinya di sumber lain.
Demikian beberapa langkah yang harus Anda lakukan ketika menerapkan teknik bertanya kritis saat membaca buku. Ketiga langkah itu hanyalah langkah awal. Anda belum mendapat manfaat yang utuh dari teknik itu hanya dengan menerapkan langkah-langkah di atas.
Untuk itu, pada artikel selanjutnya, penulis akan mengajak Anda untuk mengurai langkah-langkah selanjutnya. Ada sebanyak 14 langkah/pertanyaan yang harus Anda terapkan untuk memperoleh manfaat penuh dari teknik bertanya kritis. Penulis akan sajikan untuk Anda kesemua langkah itu. Untuk itu, terus bergabung dengan aquariuslearning.co.id, situs pengembangan diri terpercaya di Indonesia.
Artikel di atas bersumber dari buku yang bejudul Asking The Right Question: A Guide to Critical Thinking.
Baca juga:
Ini Dia Teknik Bertanya Kritis saat Membaca Buku! (Bagian 2)
Bagaimana agar bisa Berkonsentrasi saat Baca Buku?
Subvokalisasi: Bisakah Kita Menghindari “Kebiasaan Buruk” Ini saat Membaca Buku?