Tips Menumbuhkan Kharisma di Atas Panggung

Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana para penceramah/motivator di TV menyedot perhatian penonton? Mereka mendapatkan sambutan dan tepuk tangan yang meriah. Ceramah mereka selaaaaalu ditunggu-tunggu. Materi yang mereka sampaikan selalu diterima secara positif oleh audiens, baik yang hadir di studio maupun pemirsa di depan layar kaca.

Bagaimana dengan Anda? Apakah ceramah Anda semengagumkan ceramah mereka? Bagaimana audiens menanggapi presentasi Anda di atas panggung?

“Masih belum terlalu disambut. Mungkin, karena masih belum dikenal,” demikian jawab Anda.

Hmmm, tidak perlu berkecil hati. Walau pun masih belum dikenal, Anda tetap dapat menarik perhatian masyarakat dengan ceramah Anda. Kuncinya adalah kharisma. Yup, kharisma!

Selain konten yang menarik dan bermanfaat, kharisma merupakan salah satu faktor penting dalam menarik perhatian khalayak. Sehebat dan sepenting apa pun isinya, jika penyampaiannya tidak menarik, maka tidak akan disambut. Dan, kharisma membantu membuat penyampaian Anda menarik.

Tetapi, bagaimana caranya agar dapat memiliki kharisma saat berceramah di atas panggung?

Nah, artikel ini ditulis khusus untuk menyajikan beberapa tips menumbuhkan kharisma di atas panggung. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.

Baiklah jika begitu, sekarang, yuk, langsung saja kita urai tips tersebut, dimulai dari yang pertama, yaitu senyum.

Tips Menumbuhkan Kharisma di Atas Panggung

Berikut ini beberapa tips menumbuhkan kharisma yang dapat Anda terapkan ketika tampil di depan audiens.

1. Senyum

Mana yang lebih enak dipandang? Orang yang selalu cemberut atau orang yang selalu menebar senyum ramah?

Tentu saja, orang yang selalu menebar senyum, bukan?

Raut muka yang cemebrut seolah memberikan kesan bahwa kita tidak berkenan akan hadirnya orang lain di hadapan kita. Hal ini berujung membuat suasana hati mereka terganggu. Sebaliknya, senyum memberikan kesan bahwa kita menyambut kehadiran orang lain di depan kita. Walhasil, suasan hati mereka pun bertambah baik.

Senyum dapat membuat audiens terkesan. Selain itu, senyum juga membuat suasana hati mereka positif. Akhirnya, suasanya hati yang positif itu membuat mereka terbuka terhadap ceramah yang Anda sampaikan kepada mereka.

2. Adaptasi bahasa

Suatu hari, teman penulis distop polisi saat melintas di jalur busway. Sebagaimana biasanya, polisi itu menanyakan kelengkapan surat-surat seperti STNK dan SIM. Ketika ditanya apakah membawa SIM dan STNK, teman penulis menjawab dengan tegas, “Saya bawa kok, Pak. Ini,” sambil menyodorkan surat-surat itu kepada polisi tersebut. Kebetulan, teman penulis itu berasal dari daerah Jawa Tengah. Dengan aksen yang “ke-Jawa-Jawa-an”, ia meyakinkan sang polisi bahwa dia tidak berniat melanggar peraturan lalu lintas.

Mendengar aksennya yang ke-Jawa-Jawa-an, polisi itu pun langsung bertanya, “Kamu orang mana? Kok bahasanya medhok?”

Orang Tegal, Pak,” jawab teman penulis dengan aksen yang memang medhok. Mendengar jawaban itu, sang polisi pun langsung menyambut, “Owalaaaaah, wong Jowo, tho. Sama dong kalau begitu. Ya wis, hati-hati saja. Kali ini kamu tidak saya tilang. Hanya saya peringatkan. Lain kali, kalau masih masuk jalur busway lagi, saya tilang kamu.”

Pernahkah Anda mengalami apa yang dialami teman penulis di atas? Dalam cerita di atas, teman penulis terbantu urusannya berkat aksennya yang medhok alias ke-Jawa-Jawa-an. Aksen medhok tersebut memberitahukan kepada sang polisi bahwa teman penulis berasal dari dearah yang sama dengannya. Mengetahui bahwa mereka datang dari daerah yang sama menimbulkan sentimen persaudaraan di dalam hati sang polisi. Akhirnya, sentimen persaudaraan itu membuatnya luluh terhadap teman penulis, dan berbaik hati tidak memberikannya surat tilang.

Sentimen persaudaraan memang powerful. Ia dapat membantu membuat orang lain menerima diri kita.

Nah, Anda dapat menggunakan sentimen persaudaraan untuk menumbuhkan kharisma dalam diri Anda. Caranya, ketika membawakan ceramah di depan umum, sesuaikan bahasa atau aksen Anda dengan bahasa atau aksen mayoritas audiens. Apabila audiens Anda dari kalangan muda, sesekali gunakan bahasa yang gaul, yang populer di antara mereka. Apabila audiens Anda orang Jawa, maka sesekali gunakan bahasa atau aksen Jawa. Apabila audiens Anda orang Medan, buatlah aksen Anda seolah-olah Anda juga orang Medan.

Dengan begitu, dijamin, audiens tersedot oleh ceramah Anda.

3. Humor

Apa yang membuat masyarakat menunggu-nunggu ceramah para motivator di TV? Salah satunya yaitu humor mereka yang menyegarkan.

Humor membuat suasana menjadi lebih santai. Di samping itu, humor juga membuat jarak antara audiens dan penceramah menjadi lebih dekat.

Nah, kedekatan itu menimbulkan kesan yang positif terhadap sang penceramah. Audiens menjadi lebih terbuka terhadap isi ceramah lantaran kesan positif itu.

Untuk itu, untuk menumbuhkan kharisma di dalam diri Anda, sisipkan humor dalam setiap ceramah yang Anda bawakan di depan umum. Dijamin, dalam sekejap, Anda jadi terkenal seperti motivator-motivator di televisi. Heheheh.

4. Tatapan mata

Bagaimana perasaan Anda ketika ada orang menatap mata Anda dengan tajam dan cukup lama? Penulis jamin, Anda jadi GR, bukan? Heheheh. Tatapan mata yang tajam membuat orang merasa istimewa dan tersanjung.

Anda dapat menggunakannya untuk membuat diri Anda menjadi lebih kharismatik di hadapan audiens.

Caranya bagaimana?

Sesekali, ketika meyakinkan audiens, tataplah mata satu di antara mereka dengan tajam dan cukup lama dibanding tatapan biasa. Di jamin, audiens merasa dekat dengan Anda, di mana kesan dekat itu membuat mereka menyukai diri Anda dan ceramah yang Anda sampaikan.

5. One-second pause rule

Agar Anda terkesan dewasa dan penuh dengan kontrol diri, terapkan aturan one-second pause rule.

Apa itu one-second pause rule?

One-second pause rule adalah aturan bahwa Anda perlu menunggu jeda selama satu detik sebelum merespons pertanyaan/ucapan orang lain.

Mengapa Anda perlu menunggu jeda satu detik?

Bayangkan Anda sedang berbicara kepada orang lain. Begitu Anda mengakhiri kalimat Anda, lawan bicara Anda langsung merespons, tanpa menunggu jeda. Kira-kira, bagaimana perasaan Anda?

Pastinya, Anda berpikir lawan bicara Anda tidak sabaran, bukan? Di samping itu, Anda pasti berpikir bahwa selama Anda berbicara, dia tidak mendengarkan dan mempertimbangkan ucapan Anda dan malah asyik dengan pikirannya sendiri. Hal itu tentu membuat percakapan tidak efektif. Lebih jauh, hal itu membuat Anda tidak respect terhadap lawan bicara Anda.

Sama halnya dengan pecakapan, ketika Anda berbicara di depan umum, Anda perlu menerapkan aturan jeda satu detik. Ini terutama ketika audiens bertanya kepada Anda. Sebelum menjawab pertanyaannya, diamlah selama satu detik, baru kemudian memberikan jawaban. Atau, Anda juga dapat memuji pertanyaannya dengan pujian ini: “Pertanyaan yang bagus!”

6. Pertanyaan

Kharisma dapat juga dibangun lewat pertanyaan. Pertanyaan membuat hubungan yang timbal-balik, membuat kesan kedetakan dengan audiens.

Dengan Anda bertanya kepada audiens, timbul kesan di hati mereka bahwa Anda bukan hanya sedang menceramahi mereka, melainkan juga mendengarkan mereka. Hal ini membuat mereka lebih terbuka terhadap pesan yang Anda sampaikan.

Untuk itu, jangan ragu untuk sesekali bertanya kepada mereka. Tanyakan pertanyaan-pertanyaan retoris yang jawabannya sudah jelas sehingga tidak perlu dijawab oleh audiens, khususnya ketika Anda meyakinkan mereka pada gagasan yang Anda sampaikan.

 

Demikian beberapa tips menumbuhkan kharisma ketika Anda berbicara di atas panggung. Bagaimana? Mudah, bukan menerapkannya?

Kharisma memang bukan segalanya. Tetapi, ia dapat membantu menyedot perhatian masyarakat pada ceramah yang Anda sampaikan.

Sumber: psychologytoday.com

 

Baca juga:

Gugup Berbicara di Depan Umum? Atasi dengan Cara Berikut Ini!

4 Kebiasaan yang Menghancurkan Komunikasi Anda dengan Orang Lain

Pria Vs Wanita, Gaya Komunikasi

 

 

Rina Ulwia
 

Rina Ulwia mulai terjun ke dunia penulisan semenjak lulus pendidikan S1 di salah satu perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia tulis-menulis bermula ketika ia menjadi editor di salah satu penerbit buku pendidikan terkemuka di Indonesia. Semenjak itu, ia aktif menuangkan ide ke dalam tulisan. Perempuan yang hobi membaca buku ini menaruh minat pada semua bidang. Ia suka berdikusi mengenai berbagai topik. Dari filsafat hingga musik, dari ekonomi hingga sastra, semua ia diskusikan di sela-sela kesibukan kerja. Memiliki banyak pengalaman yang menguji aspek psikis dan psikologisnya membuat perempuan kelahiran 1985 ini menaruh perhatian besar pada dunia pengembangan diri. Ia bergabung dengan Aquarius Resources, event organizer yang bergerak di bidang reedukasi pengembangan diri sebagai creative writer. Baginya, berkecimpung di dunia pengembangan diri memberikan banyak manfaat. Selain dapat mengembangkan diri, ia juga dapat membantu orang lain lewat tulisan-tulisannya.

>