Celaka! Akhir-akhir ini, hidup Anda berantakan. Atasan komplain mengenai hasil kerja Anda yang tidak maksimal. Dia juga menilai bahwa Anda berubah menjadi orang yang lelet. Bahkan, Anda sering kepergok sedang bermalas-malasan di meja Anda. Daaaaan, pada ujungnya, terjadi hal yang paaaaaaaling tidak Anda inginkan. Apa itu? Anda terkena SP, surat peringatan!
Anda pun membenarkan semua teguran yang dilayangkan kepada Anda. Anda mengaku bahwa akhir-akhir ini Anda tidak memiliki mood untuk bekerja. Jangankan mood untuk bekerja, untuk sekadar melakukan hobi pun, Anda tidak memiliki gairah.
Parahnya, Anda tidak mengetahui sama sekali akar penyebabnya. Tahu-tahu, Anda kehilangan mood begitu saja. Yang Anda tahu, Anda telah berubah menjadi seorang pemalas. Anda berpikir, mungkin Anda mulai bosan dengan pekerjaan Anda di kantor. Anda mengira, mungkin Anda butuh suasana baru, mengingat sudah belasan tahun Anda bekerja di kantor tersebut.
Apa yang harus Anda lakukan? Stop menyalahkan diri sendiri! Anda kehilangan mood, kehilangan motivasibukan karena Anda bosan apalagi berubah menjadi pemalas. Bisa jadi, Anda kehilangan mood dan motivasi karena Anda sedang dilanda depresi.
Jika ini benar-benar terjadi, Anda harus segera mengambil tindakan dan mencari bantuan untuk menyembuhkan depresi yang Anda derita. Tetapi, agar Anda dapat mengetahui apakah kurangnya motivasi pada diri Anda akhir-akhir ini memang disebabkan karena depresi atau bukan, Anda perlu mengetahui apa itu depresi, bagaimana kaitannya dengan hilangnya motivasi, dan apa saja yang dapat Anda lakukan untuk mengetahui bahwa Anda terkena depresi.
Dan, jika Anda sedang membaca tulisan ini, Anda termasuk salah satu orang yang beruntung karena tulisan ini memuat informasi-informasi yang Anda perlukan berkaitan dengan hilangnya motivasi karena depresi.
Sekarang, langsung saja kita simak tulisan ini selengkapnya.
Apa Itu Depresi?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (KBBI Daring), depresi diartikan sebagai gangguan kejiwaan pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot (seperti muram, sedih, dan tertekan). Namun, definisi ini masih bersifat umum dan oleh karenanya dapat menimbulkan kesalahpahaman. Dengan definisi ini, kita akan mengeneralisasi bahwa semua perasaan negatif seperti sedih, duka, kecewa, takut, atau pun putus asa merupakan indikasi daripada depresi. Padahal, banyak perasaan negatif yang sering kita rasakan yang sejatinya tidak mengindikasikan bahwa kita sedang mengalami depresi.
Menurut Bapak Terapi Kognitif (terapi psikis yang mendasarkan penyembuhan pada aspek kognitif atau pemikiran) Aaron T. Beck, depresi adalah gangguan kejiawaan yang disebabkan oleh pikiran dan penilaian-penilaian negatif mengenai diri sendiri, orang lain, dan dunia.
Pemikiran dan penilaian negatif ini muncul sebagai akibat dari pengalaman pahit di masa lalu. Pengalaman itu bisa berupa trauma, kehilangan orang tercinta, hubungan yang sering bermasalah, atau pun kejadian mengerikan yang sejatinya hanya dilihat, bukan dialami. Selain itu, pemikiran atau penilaian negatif juga dapat muncul dari sistem keyakinan bawah sadar mengenai diri sendiri, orang lain, dan dunia. Yang terakhir ini bisa timbul dari pengajaran mau pun dari pengalaman, baik yang traumatik atau pun yang tidak.
Tanda-Tanda Depresi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kehilangan motivasi bisa menjadi gejala Anda sedang dilanda depresi. Akan tetapi, kehilangan motivasi saja tidak cukup untuk memvonis bahwa Anda benar-benar dilanda depresi. Masih banyak gejala lain yang harus Anda perhatikan untuk meyakinan bahwa Anda benar-benar dilanda depresi. Gejala-gejala ini berhubungan satu sama lain. Saat Anda dilanda depresi, gejala kehilangan motivasi yang Anda derita senantiasa dibarengi dengan gejala lain yang berkaitan dengan hal itu.
Dalam buku yang berjudul Mind over Mood: Change How You Feel by Changing How You Think, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Manajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnya, Dennis Greenberger dan Christine A. Padesky menjelaskan gejala-gejala depresi yang terbagi ke dalam empat kategori gejala sebagai berikut.
Gejala Kognitif
Gejala kognitif adalah gejala yang berupa perubahan pikiran atau persepsi. Dalam kajian psikologi (terutama sistem kognitif), orang yang menderita depresi senantiasa menganggap dirinya sendiri sebagai orang yang tidak berguna. Mereka berpikir bahwa mereka orang yang sangat hina. Singkatnya, orang yang mengalami depresi senantiasa menganggap dirinya sendiri rendah, menyedihkan, pecundang, memalukan, merepotkan orang lain, bahkan tidak pantas hidup di dunia.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, pikiran-pikiran negatif mengenai diri sendiri ini muncul sebagai akibat dari pengalaman masa lalu yang menyakitkan atau memalukan. Dalam buku Manajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnya, Dennis Greenberger dan Christine A. Padesky memberikan contoh menarik mengenai bagaimana persepsi negatif mengenai diri sendiri terjadi.
Dikisahkan, salah seorang pasien terapi bernama Marissa menderita depresi. Penyebab depresi yang dideritanya adalah trauma masa lalu yaitu sebagai korban pelecehan seksual oleh ayahnya sendiri.
Depresi bukan terjadi lantaran kejadian itu sendiri, melainkan lantaran persepsi negatif tentang kejadian itu. Lalu, apa persepsi negatif itu? Persepsi itu ialah Marissa menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian itu, bukan menyalahkan ayahnya atau pun keluarganya. Ia menyesali bahwa seharusnya ia bisa bersikap tegas terhadap tindakan sang ayah.
Akibat persepsi negatif itu, Marissa merasa dirinya tidak berguna. Dia bahkan merasa dirinya memang hina dan oleh karenanya pantas mendapatkan pelecehan. Persepsi-persepsi negatif ini dibawanya hingga ia tumbuh dewasa.
Perubahan Perilaku
Akibat dari persepsi negatif tentang diri sendiri seperti di atas, orang yang mengalami depresi memiliki perubahan dalam perilaku. Mereka menjadi pemurung, penyendiri, dan kehilangan motivasi sama sekali sehingga malas melakukan apa pun.
Gejala Fisik
Gejala fisik yang mengindikasikan bahwa seseorang sedang dilanda depresi diantaranya insomnia (susah tidur), tidur berlebihan, mudah capai, nafsu makan berkurang atau sebaliknya, bertambah, dan perubahan berat badan (naik atau turun drastis).
Perubahan fisik ini terjadi sebagai akibat dari pemikiran atau persepsi negatif mengenai dirinya seperti yang tertulis di atas mau pun persepsi negatif mengenai orang lain dan dunia.
Sebagi contoh, andaikanlah Anda mengalami depresi. Anda berpikir bahwa Anda merupakan orang yang paaaaling aneh sedunia. Apap pun yang ada di dalam diri Anda mengindikasikan bahwa Anda berbeda dari orang lain. Jika Anda adalah orang yang aneh, tidak berguna, membosankan, tidak bakalan bisa menjalin hubungan dengan orang lain, dan tidak akan pernah berhasil, maka orang lain adalah kebalikan dari Anda. Anda berpikir bahwa orang lain senantiasa cerdas, antusias, cekatan, percaya diri, berpotensi besar untuk maju dan berhasil, dan pemberani.
Pemikiran-pemikiran tersebut pada ujungnya mengakibatkan perubahan fisik pada diri Anda. Anda menjadi mudah capai, misalnya. Menurut kajian ilmiah, rasa capai yang dialami oleh penderita depresi diakibatkan oleh tingginya kandungan enzim monoamin oksidase A, suatu enzim yang menghancurkan neurotransmitter yang berperan dalam pengaturan mood dan tingkat energi seperti serotonin, norepinephrine, dan dopamine. Dilaporkan bahwa tingginya kandungan MAO-A (monoamine oxidase A) mengakibatkan rendahnya serotonin, dopamine, dan norepinepherine, di mana rendahnya kandungan tiga neurotransmitter itu di dalam otak menyebabkan berkurangnya mood.
Gejala Emosional
Gejala emosional yang menyertai depresi antara lain sedih, serba salah, kecewa pada diri sendiri, malu, dan gugup. Perasaan-perasaan emosional itu pun muncul sebagai akibat dari persepsi-persepsi negatif mengenai diri sendiri, orang lain, dan dunia.
Sebagai contoh, Anda baru saja dimarahi oleh atasan Anda karena Anda melakukan suatu kesalahan fatal (di mana Anda pernah melakukan kesalahan seperti itu sebelumnya). Karena hal itu, Anda menyalahkan diri Anda sendiri. Anda terus menerus memikirkan kesalahan itu hingga timbul keyakinan dalam bawah sadar Anda bahwa Anda memang salah. Bahkan Anda berpikir bahwa Anda tidak akan melakukan kesalahan fatal itu jika saja Anda bukanlah orang yang bodoh.
Nah, dari pemikiran itu, Anda mulai berpikir bahwa secara alami Anda memang bodoh. Anda bagaikan keledai dungu yang sulit mengambil pelajaran dari masa lalu. Pemikiran ini bahkan tersimpan di dalam bawah sadar Anda dan menjadi mindset Anda. Akibatnya, Anda pun menganggap bahwa Anda orang yang tidak berguna karena Anda tidak mungkin dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik (karena Anda dungu, Anda tidak mampu belajar apa pun. Karena Anda tidak mampu belajar apa pun, Anda tidak dapat mengerjakan suatu pekerjaan yang membutuhkan keterampilan. Karena Anda tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan, itu artinya Anda tidak berguna).
Nah, saat Anda menganggap diri Anda sendiri tidak berguna, Anda pun sedih, malu, dan kecewa terhadap diri Anda.
Mengapa Depresi Membuat Anda Kehilangan Motivasi?
Pada bab sebelumnya, sudah penulis jelaskan salah satu gejala depresi yaitu perubahan fisik seperti capai sepanjang waktu, insomnia, nafsu makan menurun atau bertambah, berkurang atau bertambahnya berat badan, dan kehilangan motivasi dan mood. Pada bab tersebut, penulis menyebutkan bahwa rasa capai pada orang yang menderita depresi diakibatkan oleh meningginya level enzim monoamin oksidase A, yang pada ujungnya menurunkan asupan zat-zat pemicu mood dan gairah, yaitu serotonin dan dopamin di dalam otak.
Yang menjadi pertanyaan, jika depresi diakibatkan oleh persepsi atau pikiran-pikiran negatif orang yang menderitanya, lantas bagaimana persepsi dan pikiran negatif itu memengaruhi otak, atau dalam kata lain bagaimana persepsi negatif memengaruhi level monoamin oksidase A di dalam otak atau menurunkan kadar serotonin dan dopamin?
Berbeda dengan kajian-kajian sebelumnya yang menemukan bahwa depresi diakibatkan oleh rendahnya hormon serotonin dan dopamin karena faktor genetik atau paparan zat-zat kimia, penelitian ilmiah terakhir mengenai depresi justru menunjukkan hasil sebaliknya. Menurut kajian psikologi kognitif, yang terjadi bukanlah bahwa depresi diakibatkan oleh rendahnya kadar serotonin yang asli dari sononya, melainkan diakibatkan oleh pemikiran-pemikiran negatif yang memengaruhi perubahan biokimia pada otak. Dijelaskan bahwa pemikiran-pemikiran negatif dapat menyebabkan penurunan kadar serotonin dan dopamin di dalam otak. Padahal, kedua hormon itu berperan dalam munculnya mood dan rasa senang.
Inilah mengapa orang yang memiliki pemikiran-pemikiran negatif mengenai dirinya sendiri, orang lain, dan dunia rentan kehilangan motivasi.
Bagaimana Mengetahui Anda sedang Dilanda Depresi?
Dalam buku Manajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnya, Greenberger dan Padesky memaparkan cara efektif untuk mengidentifikasi apakah seseorang sedang menderita depresi atau tidak. Untuk mengaplikasikan cara itu, pasien diminta untuk mengisi tabel yang berisi daftar gejala depresi. Pasien diminta untuk memilih dan melingkari salah satu dari tiga pilihan mengenai frekuensi (sering-tidaknya) gejala depresi yang dialaminya.
Anda pun dapat mengaplikasikan cara di atas. Caranya, siapkan dua lembar kertas. Buatlah tabel yang terdiri dari 5 kolom. Isi kolom pertama dengan daftar gejala depresi; Kolom kedua dengan angka 0, yang menunjukkan bahwa Anda tidak pernah mengalami gejala depresi tersebut; Isi kolom k-3 dengan angka 1, yang menunjukkan bahwa kadang-kadang Anda merasakan gejala tersebut; Isi kolom ke-4 dengan angka 2, yang menunjukkan bahwa Anda sering mengalami gejala tersebut; Isi kolom ke-5 dengan angka 3, yang menunjukkan bahwa Anda hampir selalu mengalami gejala depresi tersebut.
Berikut beberapa gejala depresi yang bisa Anda masukkan ke dalam tabel.
- Sedih
- Merasa bersalah
- Jengkel
- Kehilangan minat
- Menarik diri dari pergaulan
- Kesulitan melakukan aktivitas
- Menganggap diri tidak berguna
- Sulit berkonsentrasi
- Sulit mengambil keputusan
- Ingin bunuh diri
- Berpikir tentang kematian
- Merencanakan bunuh diri
- Rendah diri
- Menganggap masa depan tanpa harapan
- Menganggap diri sendiri buruk
- Kehilangan tenaga dan capai
- Berat badan dan nafsu makan menurun
- Insomnia atau kelebihan tidur
- Nafsu seks menurun
Pilih dan lingkari angka yang menunjukkan frekuensi (sering-tidaknya) Anda mengalami tiap-tiap gejala depresi yang tersebut di dalam tabel. Setelah semuanya terisi, jumlahkan angka-angka tersebut.
Jika jumlah skor Anda tinggi, itu pertanda bahwa mungkin Anda menderita depresi. Anda harus segera mencari pertolongan.
Kesimpulan
Motivasi merupakan penggerak kehidupan. Tidak akan ada yang mau bersusah payah bekerja, bangun pagi buta setiap hari tanpa motif yang jelas. Namun demikian, seringkali kita kehilangan motivasi. Berbagai cara sudah kita lakukan untuk membangkitkannya kembali, namun kita semakin terpuruk. Semakin hari kita semakin enggan beranjak dari tempat duduk, produktivitas pun menurun. Tidak bisa dibayangkan apa lagi yang akan menimpa diri kita hanya karena kita kehilangan motivasi.
Depresi merupakan salah satu akar penyebab kita kehilangan motivasi. Jika Anda merasa akhir-akhir ini Anda kehilangan motivasi, curigailah bahwa jangan-jangan Anda sedang dilanda depresi. Jangan malu dan takut untuk menelusuri apakah Anda benar-benar depresi atau tidak. Pengetahuan ini penting bagi Anda. Karena, saat Anda mengetahui bahwa akar penyebab Anda kehilangan motivasi adalah karena Anda sedang depresi, dengan segera Anda dapat melakukan tindakan untuk menyembuhkan depresi yang Anda derita.
Dalam tulisan selanjutnya, penulis akan mengulas cara mengurangi depresi secara mandiri (self-healing).
Ada yang perlu ditanyakan? Jangan ragu untuk berkomentar.