Cara Mudah Meningkatkan Semangat Kerja
Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Suasana kantor menjadi hening. Tadinya, riuh orang bekerja sembari bercanda.
Apa yang terjadi? Rupanya, mereka mulai mengantuk! Ada pula yang mulai bosan dengan tugas yang tak kunjung selesai meski sudah berjam-jam dikerjakan.
Bagaimana dengan Anda?
Apa? Anda juga bosan?
Hmmm, jangan anggap sepele rasa bosan itu. Ia bisa menurunkan produktivitas Anda, memperlambat kinerja Anda. Akibatnya, tugas yang deadline hari ini tidak terselesaikan hingga jam pulang. Akhirnya, Anda terpaksa lembur untuk menyelesaikannya.
Nah, tidak mau, kan, hal di atas terjadi? Untuk itu, Anda harus memaksa diri Anda untuk tetap bekerja, melawan rasa bosan itu. Anda harus meningkatkan semangat kerja Anda.
Tetapi, bagaimana caranya meningkatkan semangat kerja?
Berikut ini, penulis akan sampaikan kepada Anda cara mudah meningkatkan semangat kerja saat Anda merasa malas dan jenuh.
Carrots and Sticks
Dalam psikologi, dikenal pendekatan “carrots and sticks” untuk meningkatkan semangat kerja.
Sesuai dengan namanya, pendekatan itu menekankan reward/hadiah dan punishment/hukuman dalam meningkatkan motivasi kerja. Carrots (wortel) merupakan analogi untuk rewards, sedangkan sticks (tongkat) merupakan analogi untuk hukuman.
Untuk memotivasi seekor kelinci agar giat bekerja, kita dapat memberinya wortel. Wortel adalah makanan kesukaan kelinci. Apa pun yang diperintahkan kepadanya, apabila imbalannya wortel, maka ia akan bersemangat melakukannya.
Demikian sebaliknya dengan stick/tongkat. Kita dapat mendorong kelinci untuk bekerja dengan mencambuknya dengan stick. Cambukan itu tentu menyakitkan baginya. Dan, karena itu, untuk menghindari cambukan, ia memilih untuk bekerja. Ia akan berpikir, lebih baik bekerja daripada mendapat cambukan.
Nah, analogi itu dapat diterapkan juga untuk manusia. Anda akan lebih bersemangat bekerja jika ada reward atau imbalan atas kerja itu. Selain reward, Anda juga akan terdorong untuk bekerja lebih giat jika ada sesuatu yang membuat Anda takut.
Meminjam istilah Joe Vital, reward dan punishment itu disebut sebagai pleasure and pain alias kesenangan dan penderitaan. Membayangkan kesenangan yang akan Anda peroleh setelah bekerja dapat meningkatkan semangat Anda. Demikian juga dengan penderitaan. Membayangkan penderitaan/konsekuensi buruk yang akan Anda terima jika Anda malas-malasan bekerja dapat mendorong Anda untuk lebih semangat dalam bekerja.
Bentuk reward beraneka rupa. Ada perusahaan yang memberikan reward berupa kenaikan pangkat. Ada yang memberikan sanjungan. Ada juga yang memberikan tunjangan. Demikian juga dengan stick. Bentuk juga bermacam-macam. Ada yang berupa sanksi, teguran, hingga mutasi.
Benarkah Carrots dan Stick tidak Manjur?
Dunia psikologi membuktikan bahwa carrots dan sticks tidak berhasil membuat orang termotivasi untuk bekerja. Para pakar menjelaskan, orang yang terbiasa bekerja karena reward cenderung enggan bekerja ketika ia tidak mendapatkannya. Sebaliknya, orang yang terbiasa bekerja tanpa reward tetap akan bersemangat ketika diberi atau tidak diberi reward.
Tetapi, anggapan pakar tersebut hanya relevan ketika carrots dan sticks diciptakan, bukan datang dari sesuatu yang alami. Manajemen perusahaan menciptakan reward berupa kenaikan pangkat, tunjangan, atau pujian. Atau, manajemen memberikan sanksi dan teguran.
Sebenarnya, tanpa kenaikan pangkat atau pujian dan teguran serta sanksi, karyawan tetap memperoleh reward dan punishment. Reward dan punishment itu alami, tidak diciptakan oleh manajemen, tidak pula diciptakan oleh karyawan. Baik manajemen maupun karyawan tidak dapat menghilangkan keduanya.
Reward alami berupa penghasilan tetap setiap bulan dan tetap dibutuhkan sebagai tenaga kerja di perusahaan. Perusahaan tidak dapat tidak memberikan gaji tiap bulan kepada karyawannya. Itu kewajiban.
Sementara itu, punishment alaminya yaitu terancam kehilangan pekerjaan dan kehilangan penghasilan tetap. Perusahaan tidak bisa tidak memberhentikan karyawan yang malas bekerja. Itu keniscayaan. Selain itu, punishment juga dapat berupa kerja lembur. Ketika Anda malas mengerjakan tugas, Anda menunda-nunda mengerjakannya. Akibatnya, Anda harus lembur untuk menyelesaikannya. Itu tidak bisa ditawar-tawar.
Meningkatkan Semangat Kerja dengan Carrots dan Sticks
Setelah menyimak penjelasan di atas, Anda paham, bukan, bagaimana carrots dan sticks meningkatkan semangat kerja?
Sekarang, bagaimana cara menerapkan pendekatan itu untuk meningkatkan semangat kerja Anda?
Bayangkan reward alami yang niscaya Anda peroleh ketika Anda bekerja dengan rajin.
Ketika rasa malas melanda diri Anda, bayangkanlah konsekuensi positif/reward yang akan Anda peroleh ketika Anda rajin: Anda tetap bertahan di kantor Anda, perusahaan tetap menggunakan jasa Anda untuk mengerjakan proyek-proyeknya; anak-anak Anda di rumah dapat terus bersekolah; Anda dapat terus membahagiakan keluarga Anda.
Bayangkanlah Anda sedang berlibur ke Bali bersama keluarga. Liburan itu merupakan hasil kerja keras Anda; Anda menabung sekian bulan untuk biaya berlibur ke Bali. Bayangkan anak-anak Anda berterima kasih kepada Anda karena mengajak mereka berlibur; Bayangkan istri Anda tersenyum gembira karena tahu Anda pria yang bertanggungjawab terhadap keluarga.
Nah, dengan membayangkan konsekuensi positif/reward di atas, niscaya Anda kembali semangat bekerja.
Selain konsekuensi positif, Anda juga dapat membayangkan konsekuensi negatif yang akan Anda terima jika Anda malas-malasan bekerja: Kerjaan terbengkalai karena Anda menunda-nunda mengerjakannya, yang menyebabkan Anda terpaksa lembur; waktu bertemu keluarga menjadi singkat, karena ketika sampai rumah, semua orang sudah tidur; anak-anak menjadi jauh dari Anda karena Anda lebih banyak menghabiskan waktu di kantor; perusahaan enggan menggunakan jasa Anda lagi karena melihat kinerja Anda yang buruk; kehilangan kerja; kesulitan hidup.
Ketika rasa bosan dan malas menjangkiti diri Anda, bayangkanlah konsekuensi negatif di atas. Bayangkan Anda lembur hingga larut malam demi mengerjakan tugas yang besok harus diserahkan kepada atasan; bayangkan ketika sampai rumah, semua orang sudah tidur dan tak ada yang menyambut Anda; bayangkan anak-anak Anda menjadi jauh dari Anda; bayangkan istri Anda cemberut karena sering ditinggal lembur; bayangkan Anda kehilangan pekerjaan. Niscaya, Anda bersemangat kembali mengerjakan tugas Anda.
Cara di atas sangat manjur bagi penulis. Ketika rasa bosan melanda, penulis membayangkan liburan yang menyenangkan, di mana liburan itu merupakan hasil tabungan dari gaji penulis sendiri. Penulis juga membayangkan penulis masih bertahan di kantor tempat penulis bekerja dan masih bisa berjumpa dengan kawan-kawan penulis.
Selain itu, penulis juga membayangkan konsekuensi negatif yang bakal penulis terima jika penulis bermalas-malasan. Penulis membayangkan lembur yang membuat punggung sakit, kehilangan waktu untuk belajar, membaca buku, bercengkerama dengan keluarga, dan kehilangan waktu untuk berolahraga. Penulis juga membayangkan bagaimana jadinya jika penulis kehilangan pekerjaan lantaran bermalas-malasan.