Memulai bisnis merupakan keputusan besar! Tidak banyak orang yang memiliki keberanian untuk memutuskan memulai bisnis. Pertimbangan pertamanya adalah risiko! Yup! Banyak yang takut risiko yang bakal dihadapi.
Akan tetapi, tidak dengan Anda. Anda adalah satu dari sedikit orang yang memiliki keberanian. Anda berani mengambil keputusan besar untuk memulai bisnis. Usia muda, kurangnya pengalaman, dan sedikitnya modal tidak menghentikan langkah Anda.
Sudah berkali-kali Anda terjatuh. Sudah berkali-kali Anda menemui kegagalan. Akan tetapi, Anda terus bangkit dan melakukan perjuangan. Anda memang hebat dan patut diacungi jempol!
Hmmm, tapi… Tunggu sebentar! Apa yang tadi penulis bilang? Anda sudah berkali-kali jatuh? Anda sudah berkali-kali menemui kegagalan? Dan, Anda tidak pernah berhasil?
Aneh sekali!!!
Jangan-jangan, ada yang salah dengan strategi Anda! Anda harus segera mengetahuinya.
Sekaranglah saatnya bagi Anda untuk merenung dan berpikir mengapa bisnis Anda selalu gagal.
Dalam tulisan ini, akan dibahas satu hal yang wajib Anda ketahui ketika memulai bisnis. Satu hal ini saaaaangat penting! Tanpa memerhatikan hal ini, Anda tidak akan memiliki kontrol terhadap tindakan-tindakan Anda dalam menjalankan bisnis.
Saat Anda tidak memiliki kontrol atas tindakan-tindakan Anda, Anda pun tidak akan sadar manakala tindakan-tindakan itu merugikan bisnis Anda.
Lalu, apakah satu hal penting itu? Ia adalah MINDSET!
Apa Itu Mindset?
Mindset sama artinya dengan pola pikir. Pola pikir adalah pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang dijadikan sebagai acuan dan rujukan dalam berpikir. Cara berpikir orang yang memiliki mindset pragmatis berbeda dengan cara berpikir orang yang memiliki mindset hedonis.
Orang yang pragmatis menilai sesuatu menurut kegunaannya.
Sebagai contoh, saat membeli ponsel, orang yang pragmatis tidak banyak mempertimbangkan gaya (style). Apa yang mereka pertimbangkan adalah fungsi ponsel tersebut. Ponsel yang bagus menurut mereka adalah ponsel yang harganya terjangkau, awet, dan memiliki fitur-fitur yang dapat digunakan untuk membantunya dalam komukasi sehari-hari.
Nah, sebaliknya, bagi orang yang hedonis, gaya (style) lebih penting daripada fungsi ponsel itu sendiri.
Saat membeli ponsel, pertimbangkan mereka adalah apakah ponsel itu membantunya meningkatkan prestise. Atau, jika tidak, untuk kesenangan seperti bermain game.
Cara berpikir orang yang memiliki mindset result-oriented (berorientasi pada hasil) berbeda dengan cara berpikir orang yang memiliki mindset process-oriented (berorientasi pada proses). Menurut mereka yang result-oriented, yang terpenting adalah hasil. Bagaimana pun cara memperoleh hasil tidak penting bagi mereka.
Sebaliknya, bagi orang yang process-oriented, yang terpenting adalah proses atau cara memperoleh hasil. Mereka tidak terlalu berfokus pada hasil yang akan dicapai. Fokus perhatian mereka terletak pada proses.
Nah, contoh-contoh di atas merupakan contoh mindset dan bagaimana ia memengaruhi sikap seseorang.
Pentingnya Mindset dalam Berbisnis
Saat Anda memulai bisnis, Anda perlu memiliki mindset yang dapat mendukung kegiatan bisnis Anda. Mindset bisnis ini sangat penting. Ia akan menjadi acuan tindakan Anda berkaitan dengan bisnis tersebut.
Kegagalan sering terjadi akibat Anda menerapkan mindset yang tidak mendukung kesuksesan Anda. Sebagai contoh, Anda memiliki keyakinan bahwa Anda mustahil mendapatkan penghasilan 100 juta rupiah perbulan.
Keyakinan itu tidaklah main-main!
Dikatakan tidak main-main karena tindakan Anda senantiasa sesuai dengan keyakinan itu.
Saat Anda yakin bahwa Anda tidak mampu mendapatkan penghasilan 100 juta rupiah perbulan, maka tindakan-tindakan Anda pun akan mencerminkan keyakinan itu.
Mungkin, saat ini, dalam hati, Anda mengatakan bahwa Anda mampu menghasilkan 100 juta rupiah perbulan, tetapi selama keyakinan Anda mengatakan yang sebaliknya, ucapan dalam hati Anda itu akan diabaikan begitu saja oleh otak.
Keyakinan Sadar dan Keyakinan Bawah Sadar
Di dalam otak, terdapat dua lapis pemikiran. Lapisan atas adalah keyakinan-keyakinan sadar, sedangkan lapisan bawah adalah keyakinan-keyakinan bawah sadar.
Keyakinan bawah sadar dapat terbentuk dari repetisi alias pengulangan. Ini artinya, terbentuknya keyakinan bawah sadar tidak serta-merta. Butuh waktu untuk membentuknya.
Namun demikian, tidak jarang juga keyakinan bawah sadar terbentuk secara serta merta, melalui pengalaman traumatik.
Pembentukan keyakinan bawah sadar dengan repetisi persis seperti pembentukan kebiasaan. Kebiasaan terbentuk manakala kita mengulanginya secara rutin.
Sebagai contoh, awalnya kita tidak memiliki kebiasaan bangun pagi; Kita selalu bangun telat.
Nah, jika ingin terbiasa bangun pagi, maka setiap hari, kita harus bangun pagi. Saat kita berat untuk membuka mata, maka kita harus memaksa diri untuk membuka mata.
Demikian juga halnya dengan keyakinan bawah sadar. Ia akan terbentuk manakala kita mengulanginya setiap hari.
Sebagai contoh, awalnya Anda percaya adanya hantu.
Jika Anda ingin membentuk keyakinan bahwa hantu itu tidak ada, Anda harus mengulangi keyakinan itu dalam hati Anda. Anda harus meyakinkan diri bahwa hantu itu tidak ada.
Bahkan, Anda perlu mengikrarkannya dalam hati atau pun secara lisan. Anda juga perlu mengulangi ikrar itu setiap hari hingga akhirnya keyakinan bahwa hantu itu tidak ada benar-benar terbentuk di dalam pikiran bawah sadar Anda.
Meskipun pembentukan keyakinan bawah sadar (melalui repetisi) membutuhkan waktu yang lama, tetapi sekali keyakinan itu terbentuk, maka ia sangat sulit dihilangkan.
Hal itu juga berlaku untuk kebiasaan. Kebiasaan sangat sukar dibentuk. Tetapi, sekali terbentuk, ia sangat sukar dihilangkan.
Nah, jika keyakinan bawah sadar sukar dibentuk dan sukar dihilangkan, keyakinan sadar adalah kebalikannya. Pembentukan keyakinan sadar relatif lebih mudah dibanding pembentukan keyakinan bawah sadar. Terlebih, jika keyakinan itu didukung oleh bukti-bukti yang membenarkannya.
Akan tetapi, saat keyakinan sadar tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan keyakinan bawah sadar, maka keyakinan sadar akan kalah. Inilah kehebatan pikiran bawah sadar.
Entah bagaimana, sudah dari sononya, pikiran bawah sadar kitalah yang mendominasi diri kita, bukan pikiran sadar. Selain itu, dominasi pikiran bawah sadar juga dikarenakan, ia memuat kebiasaan-kebiasaan yang TIDAK MUDAH HILANG begitu saja.
Ingat! Sebagaimana disebut di atas, pembentukan keyakinan bawah sadar sama persis dengan pembentukan kebiasaan. Ini artinya, KEYAKINAN BAWAH SADAR TIDAK LAIN MERUPAKAN SUATU JENIS KEBIASAAN.
Pembentukan keyakinan bawah sadar adalah melalui repetisi. Artinya, kita merepetisi atau membiasakan keyakinan-keyakinan itu dalam pikiran kita, setiap hari.
Dan, kita tahu saat kebiasaan diadu dengan kehendak (kehendak adalah kegiatan pikiran sadar), kebiasaan selalu menang.
Kita terbiasa menulis dengan tangan kanan. Saat kita berkeinginan (berkehendak) untuk menulis dengan tangan kiri, hal itu sangat sukar dilakukan. Karena, kita tidak terbiasa menulis dengan tangan kiri.
Keyakinan bawah sadar biasanya terbentuk saat kita masih kecil. Ia didapat dari pendidikan, keyakinan agama yang dianut orang tua, filsafat, ideologi, budaya, dan pengalaman. Sementara itu, keyakinan sadar adalah keyakinan yang terbentuk secara spontan ketika kita mengalami pengalaman yang diperoleh lewat pancaindra.
Jadi, pada saat yang bersamaan, kita memiliki keyakinan bawah sadar dan juga keyakinan-keyakinan sadar. Bedanya, keyakinan bawah sadar sudah menetap di dalam otak jauh lebih lama dibanding keyakinan sadar kita. Keyakinan sadar kita sebentar muncul saat kita mengalami pengalaman, dan sebentar menghilang.
Contohnya, sebagai orang yang bermoral, di tingkat bawah sadar, kita memiliki keyakinan yang sesuai dengan moral yang kita anut. Keyakinan itu menetap di dalam otak kita dan menjadi pegangan hidup sehari-hari. Menurut ajaran moral kita, mencuri adalah perbuatan yang terlarang. Nah, ajaran itu tersimpan di dalam bawah sadar kita sebagai keyakinan bawah sadar.
Pada suatu hari, ada peristiwa pencurian. Pencurian itu dilakukan oleh seorang nenek tua yang kelaparan. Saat mengetahui peristiwa itu, pikiran sadar kita berreaksi dan menganalisis.
Akhirnya, didapat kesimpulan bahwa nenek itu tidak bersalah. Ini menurut pikiran sadar kita. Tetapi, karena keyakinan bawah sadar kita mengatakan mencuri adalah perbuatan yang dilarang, maka terjadi pertentangan antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar kita.
Atau, jika pikiran sadar kita lemah, maka pikiran bawah sadarlah yang menang. Keyakinan sadar kita akan diabaikan begitu saja oleh otak kita. Walhasil, dalam tingkatan sadar, kita pun menganggap bahwa sang nenek tetap bersalah.
Keyakinan Bawah Sadar, Mindset, dan Mindset Sukses
Nah, mindset tidak lain adalah keyakinan bawah sadar itu sendiri. Jadi, mindset dapat terbentuk dari pendidikan yang kita peroleh sedari kecil, pandangan-pandangan hidup yang diajarkan kepada kita, budaya yang berlaku di dalam lingkungan kita, dan juga pengalaman-pengalaman yang kita alami.
Dalam kaitannya dengan bisnis, kegagalan yang kita alami bisa disebabkan oleh mindset yang tidak mendukung kegiatan bisnis. Mindset seperti itu bisa terbentuk akibat pengalaman hidup kita.
Sebagai contoh, kita terlahir di tengah keluarga sederhana. Pendidikan kita pun tidak terlalu tinggi. Prestasi kita di masa sekolah pas-pasan.
Pengalaman menjadi anak dari keluarga sederhana dan menjadi anak yang kepintarannya biasa-biasa saja seperti di atas bisa membentuk keyakinan bawah sadar kita.
Karena pengalaman itu, kita pun menjadi orang yang pesimis, memandang bahwa kita tidak mungkin bisa menjadi pengusaha yang kaya raya. Keyakinan itu menetap di dalam pikiran bawah sadar kita dan menjadi pegangan hidup sehari-hari, menjadi mindset hidup kita.
Suatu saat, seorang teman menyarankan agar kita membangun bisnis daripada bekerja kepada orang lain.
Di dalam tingkatan sadar, pikiran kita setuju dengan ide itu. Kita pun mulai membangun bisnis. Celakanya, keyakinan bawah sadar kita masih seperti sebelum kita membangun bisnis, yaitu bahwa kita tidak mungkin bisa menjadi pengusaha yang kaya raya.
Nah, karena keyakinan bawah sadar kita masih meyakini bahwa kita mustahil menjadi pengusaha kaya raya, maka tindakan-tindakan kita pun akan mengikuti keyakinan itu. Alih-alih menjalankan strategi yang memajukan bisnis kita, kita justru melakukan tindakan-tindakan yang menjauhkan bisnis kita dari profit.
Tindakan-tindakan kita itu dikendalikan oleh keyakinan bawah sadar yang tak lain mindset kita, bukan oleh kehendak sadar kita.
Nah, itulah mengapa, saat berbisnis, kita perlu merubah mindset kita. Jika mindset kita tidak mendukung bisnis, kita harus merubahnya dengan mindset yang baru. Syaratnya, mindset baru itu harus mendukung bisnis kita.
Contoh mindset yang mendukung kegiatan bisnis adalah “Saya bisa mendapatkan penghasilan sekian ratus juta atau milyar setiap bulannya.” (tergantung keinginan kita); “Saya bisa memimpin perusahaan”; “Saya mendapatkan konsumen yang banyak”, dan sebagainya.
Nah, demikianlah pentingnya mindset dalam kegiatan bisnis. Mindset adalah keyakinan yang menjadi rujukan dan pegangan bagi kita dalam bertindak. Semua tindakan kita senantiasa berdasarkan mindset yang kita miliki. Jika dianalogikan, mindset ibarat jalan yang kita tempuh. Saat kita ingin sukses, maka kita harus memilih jalan menuju sukses. Jika kita memilih jalan lainnya, maka sampai kapan pun kita tidak akan mencapai sukses.
Sekarang, sudahkah Anda menelusuri mindset Anda? Apakah mindset Anda mendukung kesuksesan Anda?
Oya, pada artikel selanjutnya, penulis akan membahas bagaimana caranya merubah mindset.
Baca juga:
14 Kualitas yang Harus Anda Miliki untuk Sukses
Mengapa Semua Pemimpin Besar Produktif?